Kadin Bentuk Indonesia House di Italia
A
A
A
JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendirikan perusahaan yang khusus menampung, menjual, memasarkan dan mendistribusikan produk-produk Indonesia di Italia.
Namun, produk-produk tersebut yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan baik oleh Italia maupun Uni Eropa.
"Kita ingin agar produk Indonesia yang berdaya saing dan memiliki nilai tambah untuk ekspor dapat terdistribusi dengan baik di luar. Pendirian Indonesia House merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan itu," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perbankan dan Finansial Rosan P Roeslani dalam rilisnya, Jumat (6/6/2014).
Rosan mengungkapkan, pendirian Indonesia House terinspirasi dari Departemen Store, Aumai Spa yang merupakan perusahaan berbadan hukum Italia yang dimiliki pengusaha China. Perusahaan ini umumnya menjual berbagai produk yang berasal dari China.
"Keberadaan Departemen Store itu cukup efektif untuk memasarkan dan mendistribusikan produk. Karena perusahaan itu dapat menjadi perwakilan produk-produk China yang dipasarkan di Italia dan Uni Eropa," terangnya.
Dia menjelaskan, Indonesia House yang berlokasi di Milan itu merupakan departemen store yang bertugas untuk menjual langsung kepada konsumen yang lokasinya berada di Milan.
Sementara, gudangnya yang berada di Genoa berfungsi sebagai tempat penyimpanan produk yang diimpor dari Indonesia untuk memasok. Bahkan, tidak hanya untuk Indonesia House, tetapi juga departemen store dan toko-toko lainnya.
"Sejauh ini kita lakukan di Milan, Italia dan selanjutnya kita akan jajaki Belanda dan Perancis," katanya.
Ketua Komite Tetap Modal Ventura dan Pembiayaan Alternatif Kadin, Safari Azis mengatakan, pihaknya akan mengupayakan produk-produk UKM Indonesia dapat dipasarkan di sana.
Sebelumnya, Kadin telah membina UKM-UKM melalui lembaga pembiayaan yang dibentuk, yakni PT Palapa Nusantara Berdikari. "Selain pembiayaannya, sekarang kita akan dorong akses pasarnya," kata Safari.
Dalam pertemuan yang sama, lebih jauh Honorary Consul Republik Indonesia untuk Milan di Italia, Jacopo Fusaia mengatakan, bahwa Indonesia juga memiliki peluang sangat tinggi untuk produk seafood.
Namun, dia mengingatkan pebisnis Italia hanya mau melakukan kerja sama dengan perusahaan yang lolos uji sertifikasi dari Uni Eropa. Karena itu sertifikasi itu menjadi sangat penting.
Selain itu, pengusaha dan importir furnitur Marco Villani mengatakan, pihaknya telah melakukan kerja sama selama belasan tahun dan mengimpor produk dari belasan UKM di kawasan Yogyakarta, Bali, Tulung Agung dan Jakarta.
Menurutnya, produk furniture Indonesia sangat diminati pasar Italia bahkan pasar Eropa. Karena keunggulan kualitas, kreativitas dan harga yang sangat kompetitif.
Meski demikian, kata dia, pihaknya harus melakukan pendekatan langsung dengan perajin agar dapat membuat produk dengan desain percampuran tradisional Indonesia yang diberi sentuhan rasa Italia agar dapat memenuhi standar Italia.
Berdasarkan laporan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Milan, Indonesia dinilai sangat menarik bagi pebisnis Italia. Bahkan dari sektor perikanan saja, Indonesia diindikasi berpotensi mengisi kebutuhan pasar tuna untuk Italia, khususnya yellow fin tuna sedikitnya 10 ton per bulan.
Selain itu, dari sektor mebel, minyak kelapa sawit, batu bara dan pakaian yang apabila dikalkulasikan dapat mencapai angka jutaan euro.
Selain melakukan pertemuan bisnis di Milan, didampingi oleh ITPC Milan, tim dari Kadin juga melakukan kunjungan kerja ke perusahaan Land and Ocean Srl di kota Brescia untuk melihat secara langsung perusahaan yang dapat dijadikan contoh dalam rencana pembentukan Indonesia House di Italia.
Namun, produk-produk tersebut yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan baik oleh Italia maupun Uni Eropa.
"Kita ingin agar produk Indonesia yang berdaya saing dan memiliki nilai tambah untuk ekspor dapat terdistribusi dengan baik di luar. Pendirian Indonesia House merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan itu," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perbankan dan Finansial Rosan P Roeslani dalam rilisnya, Jumat (6/6/2014).
Rosan mengungkapkan, pendirian Indonesia House terinspirasi dari Departemen Store, Aumai Spa yang merupakan perusahaan berbadan hukum Italia yang dimiliki pengusaha China. Perusahaan ini umumnya menjual berbagai produk yang berasal dari China.
"Keberadaan Departemen Store itu cukup efektif untuk memasarkan dan mendistribusikan produk. Karena perusahaan itu dapat menjadi perwakilan produk-produk China yang dipasarkan di Italia dan Uni Eropa," terangnya.
Dia menjelaskan, Indonesia House yang berlokasi di Milan itu merupakan departemen store yang bertugas untuk menjual langsung kepada konsumen yang lokasinya berada di Milan.
Sementara, gudangnya yang berada di Genoa berfungsi sebagai tempat penyimpanan produk yang diimpor dari Indonesia untuk memasok. Bahkan, tidak hanya untuk Indonesia House, tetapi juga departemen store dan toko-toko lainnya.
"Sejauh ini kita lakukan di Milan, Italia dan selanjutnya kita akan jajaki Belanda dan Perancis," katanya.
Ketua Komite Tetap Modal Ventura dan Pembiayaan Alternatif Kadin, Safari Azis mengatakan, pihaknya akan mengupayakan produk-produk UKM Indonesia dapat dipasarkan di sana.
Sebelumnya, Kadin telah membina UKM-UKM melalui lembaga pembiayaan yang dibentuk, yakni PT Palapa Nusantara Berdikari. "Selain pembiayaannya, sekarang kita akan dorong akses pasarnya," kata Safari.
Dalam pertemuan yang sama, lebih jauh Honorary Consul Republik Indonesia untuk Milan di Italia, Jacopo Fusaia mengatakan, bahwa Indonesia juga memiliki peluang sangat tinggi untuk produk seafood.
Namun, dia mengingatkan pebisnis Italia hanya mau melakukan kerja sama dengan perusahaan yang lolos uji sertifikasi dari Uni Eropa. Karena itu sertifikasi itu menjadi sangat penting.
Selain itu, pengusaha dan importir furnitur Marco Villani mengatakan, pihaknya telah melakukan kerja sama selama belasan tahun dan mengimpor produk dari belasan UKM di kawasan Yogyakarta, Bali, Tulung Agung dan Jakarta.
Menurutnya, produk furniture Indonesia sangat diminati pasar Italia bahkan pasar Eropa. Karena keunggulan kualitas, kreativitas dan harga yang sangat kompetitif.
Meski demikian, kata dia, pihaknya harus melakukan pendekatan langsung dengan perajin agar dapat membuat produk dengan desain percampuran tradisional Indonesia yang diberi sentuhan rasa Italia agar dapat memenuhi standar Italia.
Berdasarkan laporan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Milan, Indonesia dinilai sangat menarik bagi pebisnis Italia. Bahkan dari sektor perikanan saja, Indonesia diindikasi berpotensi mengisi kebutuhan pasar tuna untuk Italia, khususnya yellow fin tuna sedikitnya 10 ton per bulan.
Selain itu, dari sektor mebel, minyak kelapa sawit, batu bara dan pakaian yang apabila dikalkulasikan dapat mencapai angka jutaan euro.
Selain melakukan pertemuan bisnis di Milan, didampingi oleh ITPC Milan, tim dari Kadin juga melakukan kunjungan kerja ke perusahaan Land and Ocean Srl di kota Brescia untuk melihat secara langsung perusahaan yang dapat dijadikan contoh dalam rencana pembentukan Indonesia House di Italia.
(izz)