DPR Nilai Pengelolaan Elpiji 3 Kg Kurang Maksimal
A
A
A
JAKARTA - Menjelang bulan suci Ramadhan, pasokan elpiji 3 kilogram (kg) di beberapa daerah masih mengalami kelangkaan dan harga yang tidak sesuai ketentuan.
Di daerah Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat (Banjabar) walau PT Pertamina (Persero) telah melakukan penambahan hampir 2,95 juta tabung elpiji untuk kesiapan Ramadhan, namun hal tersebut ternyata tidak menjamin distribusi harga dan ketersediaan di tingkat konsumen akhir stabil.
Dalam pekan ini saja masih ditemukan kelangkaan di daerah Depok, Jawa Barat dan Jakarta Timur untuk wilayah Jabotabek. Anggota DPR RI Komisi VII Rofi Munawar mengatakan, tentu hal ini harus menjadi catatan penting bagi Pertamina mengingat di luar Jabotabek kondisi kelangkaan dan tingginya harga elpiji sudah cukup lama terjadi.
"Pengelolaan elpiji 3 kg memprihatinkan, hampir sepanjang tahun ini tak pernah sepi dari beragam masalah, seperti distribusi, harga, dan penyelewengan berdasarkan temuan di lapangan," kata dia dalam rilisnya, Senin (9/6/2014).
Belum lama ini, Pertamina pemasaran Jawa bagian Barat menambah pasokan elpiji 3 kg di tiga provinsi, yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Hal ini sebagai langkah antisipasi peningkatan kebutuhan elpiji menjelang dan selama bulan Puasa 2014.
Rofi memberikan catatan bahwa kenaikan elpiji 12 kg yang dilakukan oleh Pertamina beberapa waktu lalu disadari telah mempengaruhi kenaikan konsumsi elpiji 3 kg di tingkat konsumen kelas menengah hingga bawah. Bahkan di beberapa agen kecil mengatakan sudah cukup lama pasokan elpiji mengalami keterlambatan.
Kemudian di saat bersamaan adanya konversi minyak tanah (mitan) ke epiji di beberapa provinsi juga masih terkendala masalah karena kesiapan infrastruktur pendukung dan distribusi yang belum maksimal.
"Kenaikan dan kelangkaan elpiji pasti akan menambah beban ekonomi bagi masyarakat karena di sisi lainnya harga-harga komoditas pangan juga telah mengalami kenaikan cukup signifikan saar ini," tegas Rofi.
Pertamina selama ini, menurut dia, pasti telah melakukan inventarisasi permasalahan elpiji, namun ternyata realitas di lapangan masih jauh dari memuaskan.
Karenanya perlu ada rumusan yang lebih terintegrasi dalam pelaksanaan, baik secara pengawasan maupun alur distribusi. Secara nyata harga distribusi yang diserahkan ke agen, telah membuat konsumen mendapatkan elpiji yang lebih mahal.
Di daerah Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat (Banjabar) walau PT Pertamina (Persero) telah melakukan penambahan hampir 2,95 juta tabung elpiji untuk kesiapan Ramadhan, namun hal tersebut ternyata tidak menjamin distribusi harga dan ketersediaan di tingkat konsumen akhir stabil.
Dalam pekan ini saja masih ditemukan kelangkaan di daerah Depok, Jawa Barat dan Jakarta Timur untuk wilayah Jabotabek. Anggota DPR RI Komisi VII Rofi Munawar mengatakan, tentu hal ini harus menjadi catatan penting bagi Pertamina mengingat di luar Jabotabek kondisi kelangkaan dan tingginya harga elpiji sudah cukup lama terjadi.
"Pengelolaan elpiji 3 kg memprihatinkan, hampir sepanjang tahun ini tak pernah sepi dari beragam masalah, seperti distribusi, harga, dan penyelewengan berdasarkan temuan di lapangan," kata dia dalam rilisnya, Senin (9/6/2014).
Belum lama ini, Pertamina pemasaran Jawa bagian Barat menambah pasokan elpiji 3 kg di tiga provinsi, yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Hal ini sebagai langkah antisipasi peningkatan kebutuhan elpiji menjelang dan selama bulan Puasa 2014.
Rofi memberikan catatan bahwa kenaikan elpiji 12 kg yang dilakukan oleh Pertamina beberapa waktu lalu disadari telah mempengaruhi kenaikan konsumsi elpiji 3 kg di tingkat konsumen kelas menengah hingga bawah. Bahkan di beberapa agen kecil mengatakan sudah cukup lama pasokan elpiji mengalami keterlambatan.
Kemudian di saat bersamaan adanya konversi minyak tanah (mitan) ke epiji di beberapa provinsi juga masih terkendala masalah karena kesiapan infrastruktur pendukung dan distribusi yang belum maksimal.
"Kenaikan dan kelangkaan elpiji pasti akan menambah beban ekonomi bagi masyarakat karena di sisi lainnya harga-harga komoditas pangan juga telah mengalami kenaikan cukup signifikan saar ini," tegas Rofi.
Pertamina selama ini, menurut dia, pasti telah melakukan inventarisasi permasalahan elpiji, namun ternyata realitas di lapangan masih jauh dari memuaskan.
Karenanya perlu ada rumusan yang lebih terintegrasi dalam pelaksanaan, baik secara pengawasan maupun alur distribusi. Secara nyata harga distribusi yang diserahkan ke agen, telah membuat konsumen mendapatkan elpiji yang lebih mahal.
(rna)