Ini Kata Ekonom Soal APBN-P 2014

Minggu, 15 Juni 2014 - 15:56 WIB
Ini Kata Ekonom Soal...
Ini Kata Ekonom Soal APBN-P 2014
A A A
JAKARTA - Pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy menilai, rancangan perekonomian Indonesia dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) atau APBN Perubahan 2014 mengandung tiga kesalahan.

"Saya karena sejak awal ngomongnya begitu bahwa perekonomian Indonesia tidak dirancang 6%-an, maka saya menganggap itu juga mengidap tiga kesalahan," kata dia saat dihubungi Sindonews, Minggu (15/6/2014).

Hal ini, menurut dia, pernah diungkapkan di depan Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dalam sebuah acara di institusi pemerintahan.

"Saya bilang pemerintah punya kesalahan tiga hal dalam merancang perekonomian di 2014 dan 2015," tuturnya.

Kesalahan pertama, pemerintah melihat perekonomian Indonesia masih dalam arah business as usual. Kedua, pemerintah masih berpikir urban oriented dan ketiga, antara pengertian risiko pasar dan krisis tidak bisa dibedakan secara tegas.

"Kecuali cuma besaran angka bahwa fluktuasi nilai tukar di atas 15% adalah krisis. Dari perspektif itu, dalam posisi kayak gitu, maka 2014 tidak akan pernah bicara di atas 5,4%. Nah sekarang terbukti," tambah dia.

Sementara ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti menilai bahwa APBN-P 2014 yang diajukan oleh pemerintah lebih realistis dengan kondisi saat ini.

"Aku rasa lebih realistis, dari sisi forecast currency-nya juga Rp11.600, terus juga GDP growth-nya diturunin ke 5,5%. Aku rasa lebih realistis dengan kondisi sekarang. Lalu juga budget-nya dipangkas, tinggal masalah pajaknya saja. Harus ada effort khusus buat merealisir yang ditargetkan pemerintah," tutur dia.

Selain itu, naiknya angka subsidi bahan bakar minyak (BBM) menjadi Rp350,3 triliun dalam APBN-P 2014 memang menjadi pilihan jika harga BBM tidak bisa naik.

"Makanya harus ada pengeluaran yang di-cut dan itu sudah diajukan pemerintah. Cuma dampaknya berarti peran pemerintah untuk mendorong perekonomian di infrastruktur akan berkurang juga," tutupnya.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0753 seconds (0.1#10.140)