Konversi Minyak Tanah ke Elpiji Hemat Rp123,3 T
A
A
A
YOGYAKARTA - PT Pertamina (persero) mengungkapkan program konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg menghasilkan penghematan subsidi sekitar Rp123,3 triliun. Hal tersebut disampaikan Senior Vice President Non Fuel Marketing Pertamina, Taryono.
"Konversi minyak tanah cukup signfikan sejak 2007. Angka tersebut diperoleh dari pengurangan impor BBM (bahan bakar minyak) dan biaya konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg senilai Rp13,1 triliun," ujarnya, Senin (16/6/2014).
Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution Pertamina Suhartoko mengungkapkan, perseroan mengalami kerugian sejak 2011 dalam penyaluran BBM bersubsidi.
Pada 2011, Pertamina mencatat kerugian sebesar Rp970 miliar. Kerugian menurun pada 2012 yang mencapai angka Rp842 miliar. Sementara, pada 2013 mengalami kerugian Rp331 miliar. Di samping itu, realisasi penyaluran BBM bersubsidi hingga kini masih terkendali.
Tercatat, realisasi penyaluran BBM bersubsidi hingga 30 April 2014 mencapai 14,99 juta kiloliter (kl) atau 31,7% terhadap kuota BBM bersubsidi yang dialokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 kepada Pertamina.
Suhartoko mengungkapkan, total kuota penyaluran BBM bersubsidi yang dialokasikan kepada perseroan tahun ini sebanyak 47,35 juta kl.
Sampai 30 April 2014, telah tersalurkan sebanyak 9,48 juta kl yang terdiri dari Premium sebanyak 9,5 juta kl atau 29,4% dari kuota 32,32 kl, solar 5,15 juta kl atau 36,42% dari kuota 14,14 juta kl dan Kerosene sebanyak 325.000 kl atau 36% dari kuota 900.000 kl.
"Konversi minyak tanah cukup signfikan sejak 2007. Angka tersebut diperoleh dari pengurangan impor BBM (bahan bakar minyak) dan biaya konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg senilai Rp13,1 triliun," ujarnya, Senin (16/6/2014).
Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution Pertamina Suhartoko mengungkapkan, perseroan mengalami kerugian sejak 2011 dalam penyaluran BBM bersubsidi.
Pada 2011, Pertamina mencatat kerugian sebesar Rp970 miliar. Kerugian menurun pada 2012 yang mencapai angka Rp842 miliar. Sementara, pada 2013 mengalami kerugian Rp331 miliar. Di samping itu, realisasi penyaluran BBM bersubsidi hingga kini masih terkendali.
Tercatat, realisasi penyaluran BBM bersubsidi hingga 30 April 2014 mencapai 14,99 juta kiloliter (kl) atau 31,7% terhadap kuota BBM bersubsidi yang dialokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 kepada Pertamina.
Suhartoko mengungkapkan, total kuota penyaluran BBM bersubsidi yang dialokasikan kepada perseroan tahun ini sebanyak 47,35 juta kl.
Sampai 30 April 2014, telah tersalurkan sebanyak 9,48 juta kl yang terdiri dari Premium sebanyak 9,5 juta kl atau 29,4% dari kuota 32,32 kl, solar 5,15 juta kl atau 36,42% dari kuota 14,14 juta kl dan Kerosene sebanyak 325.000 kl atau 36% dari kuota 900.000 kl.
(izz)