TPID Jabar Klaim Mampu Menekan Inflasi

Selasa, 17 Juni 2014 - 19:10 WIB
TPID Jabar Klaim Mampu...
TPID Jabar Klaim Mampu Menekan Inflasi
A A A
BANDUNG - Keberadaan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Jawa Barat (Jabar) dianggap efektif dengan hasil yang cukup menggembirakan.

Terbukti dengan pencapaian laju inflasi tahun kalender Januari-Mei 2014 menunjukkan angka yang istimewa bagi Jabar, yakni sebesar 1,38% atau terendah dibandingkan provinsi lain di kawasan Jawa.

Kepala Kantor Perwakilan Wilayah VI Bank Indonesia (BI) Dian Ediana Rae mengatakan, pencapaian tersebut merupakan prestasi yang patut diapresiasi.

Hal tersebut tidak terlepas dari peran TPID baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota yang berada di 21 TPID kab/kota dari 27 kab/kota yang ada di Jabar.

"Tren penurunan inflasi Jabar hingga Mei 2014 disebabkan adanya koreksi harga pangan, pasokan dan distribusi yang lancar, inflasi inti dan ekspektasi inflasi yang cenderung stabil," ujar Dian di Bandung, Selasa (17/6/2014).

Namun, ke depan perlu dicermati beberapa risiko yang dapat memberikan tekanan pada inflasi Jabar, yaitu kenaikan tarif dasar listrik dan rumah tangga, kenaikan harga elpiji, dampak kekeringan El Nino, dan musim Lebaran serta akhir tahun.

"Bila kita dapat mengatasi ketiga hal tersebut, maka inflasi yang rendah, Insya Allah dapat dicapai," ucapnya.

Bobot inflasi Jabar terhadap nasional, mencapai 18,51% atau tertinggi kedua setelah DKI Jakarta sekitar 20%. Dari tujuh kota inflasi di Jabar, bobot tertinggi ada di tiga kota, yakni Bandung, Bekasi, dan Depok dengan bobot di atas 20%.

"Apabila kita dapat mengendalikan inflasi di ketiga daerah tersebut, maka setengah lebih pengendalian inflasi di Jabar sudah dapat diatasi. Itu perlu dukungan dari kota/kabupaten lainnya yang tentu ada hubungannya dengan ketiga kota tersebut," terangnya.

Pada 2014, pertumbuhan ekonomi Jabar diperkirakan mencapai 5,7%-6,2%. Sedangkan inflasi masih berada pada kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 4,5% ± 1%. Pada 2015, pertumbuhan ekonomi Jabar diperkirakan mencapai 5,9%-6,4% dengan inflasi lebih rendah pada kisaran 4,0% ± 1%.

Faktor penyebabnya adalah dinamika perekonomian global, rencana kenaikan tingkat suku bunga di negara-negara maju, Masyarakat Ekonomi ASEAN. Selain itu, pergerakan permintaan dan penawaran barang dan jasa selama periode Lebaran, berbagai dampak bencana alam seperti El Nino, La Nina.

Kemudian banjir, gunung meletus yang memengaruhi produksi dan ketersediaan pasokan pangan, defisit APBN yang menyebabkan kenaikan harga seperti listrik dan gas.

Dian menjelaskan, hasil dari High Level Meeting Pengendalian Inflasi Provinsi Jabar dan TPID kab/kota se-wilayah Jabar merekomendasikan beberapa upaya menjaga keterjangkauan harga barang dan jasa terutama menjelang Ramadan.

"Di dalamnya ada upaya-upaya yang dilakukan seperti monitoring perkembangan harga, menjaga ketersediaan pasokan bahan pangan, dan pengamanan jalur distribusi, serta menjaga ekspektasi masyarakat," katanya.

Pihaknya berharap, semoga dengan upaya tersebut gejolak harga yang biasa terjadi selama Ramadan dan Idul Fitri dapat ditekan dan perkembangan harga di Jabar semakin stabil.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6212 seconds (0.1#10.140)