Harga Minyak Tertahan Usai Reli Panjang
A
A
A
LONDON - Harga minyak di perdagangan dunia hari ini tertahan, tapi Brent tetap dekat di posisi puncak dalam sembilan bulan, karena para dealer memantau konflik sektarian di Irak, yang dikhawatirkan bisa menyebabkan gangguan besar terhadap pasokan minyak mentah.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, turun 12 sen menjadi USD114,94 per barel dibandingkan level penutupan, kemarin. Sementara patokan AS, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk Juli, naik tipis tiga sen menjadi USD106,46 per barel.
"Keuntungan dominan pekan ini berasal dari pengepungan yang sedang berlangsung di kilang minyak terbesar Irak, Baiji," kata Dorian Lucas, analis konsultan energi Inenco, seperti dilansir dari Yahoo Finance, Jumat (20/6/2014).
"Sejauh ini, keuntungan minyak mentah Brent didasarkan sekitar sentimen pasokan minyak dari produsen terbesar kedua OPEC yang mungkin terganggu," tambahnya.
Kemarin, Brent mencapai USD115,71 per barel, titik tertinggi sejak September 2013. Brent merupakan patokan harga minyak mentah di Timur Tengah.
"Minyak melihat dukungan dari risiko konflik di Irak mengganggu pasokan minyak, di mana Amerika Serikat mengatakan akan mengirim penasihat militer ke negara itu," ujar United Overseas Bank (UOB) Singapura dalam catatannya.
Presiden AS Barack Obama mengumumkan dirinya siap mengirim 300 penasihat ke Irak dan jika perlu mengambil "target" aksi militer melawan pejuang radikal Sunni.
"Kami akan membantu Irak saat mereka melakukan perlawanan kepada teroris yang mengancam rakyat Irak, wilayah dan kepentingan Amerika juga," tegasnya.
Washington telah memposisikan sebuah kapal induk di Teluk dan mempertimbangkan untuk menggunakan serangan pesawat tak berawak terhadap militan.
Sebuah sumber di Kongres mengatakan, Menteri Luar Negeri AS John Kerry akan melakukan perjalanan ke Irak "segera".
Krisis telah mengguncang pasar minyak dunia karena Irak adalah produsen terbesar kedua di 12 anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Negara tersebut tercatat memiliki lebih dari 11% sumber daya minyak dunia dan menghasilkan 3,4 juta barel per hari.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, turun 12 sen menjadi USD114,94 per barel dibandingkan level penutupan, kemarin. Sementara patokan AS, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk Juli, naik tipis tiga sen menjadi USD106,46 per barel.
"Keuntungan dominan pekan ini berasal dari pengepungan yang sedang berlangsung di kilang minyak terbesar Irak, Baiji," kata Dorian Lucas, analis konsultan energi Inenco, seperti dilansir dari Yahoo Finance, Jumat (20/6/2014).
"Sejauh ini, keuntungan minyak mentah Brent didasarkan sekitar sentimen pasokan minyak dari produsen terbesar kedua OPEC yang mungkin terganggu," tambahnya.
Kemarin, Brent mencapai USD115,71 per barel, titik tertinggi sejak September 2013. Brent merupakan patokan harga minyak mentah di Timur Tengah.
"Minyak melihat dukungan dari risiko konflik di Irak mengganggu pasokan minyak, di mana Amerika Serikat mengatakan akan mengirim penasihat militer ke negara itu," ujar United Overseas Bank (UOB) Singapura dalam catatannya.
Presiden AS Barack Obama mengumumkan dirinya siap mengirim 300 penasihat ke Irak dan jika perlu mengambil "target" aksi militer melawan pejuang radikal Sunni.
"Kami akan membantu Irak saat mereka melakukan perlawanan kepada teroris yang mengancam rakyat Irak, wilayah dan kepentingan Amerika juga," tegasnya.
Washington telah memposisikan sebuah kapal induk di Teluk dan mempertimbangkan untuk menggunakan serangan pesawat tak berawak terhadap militan.
Sebuah sumber di Kongres mengatakan, Menteri Luar Negeri AS John Kerry akan melakukan perjalanan ke Irak "segera".
Krisis telah mengguncang pasar minyak dunia karena Irak adalah produsen terbesar kedua di 12 anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Negara tersebut tercatat memiliki lebih dari 11% sumber daya minyak dunia dan menghasilkan 3,4 juta barel per hari.
(dmd)