Stabilkan Rupiah, RI Harus Perbaiki Fundamental Ekonomi
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada jeda siang hari ini masih menunjukkan pelemahan.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada hari ini berada di level Rp12.103 per USD. Posisi ini melemah 12 poin dibanding posisi pada penutupan kemarin di level Rp12.091 per USD.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menuturkan, faktor terbesar yang menyebabkan rupiah melemah adalah fundamental ekonomi Indonesia yang dinilai kurang stabil.
"Faktor fundamental ekonomi, neraca perdagangan kita bulan April, tentu ini sebenarnya estimasi BI Mei surplus walaupun tidak besar. Surplus mungkin sekitar USD15-30 juta," terang dia di Gedung BI, Jakarta, Jumat (27/6/2014).
Sebab itu, secara fundamental bagaimana Indonesia bisa meningkatkan ekspor dan mengurangi impor. Menurutnya, tekanan terhadap impor Bahan Bakar Minyak (BBM) yang masih besar, impor barang konsumsi yang cukup kuat pertumbuhannya menjadikan fundamental ekonomi Indonesia menjadi goyah.
"Impor barang konsumsi seperti April, tekanan impor dari gadget, handphone dan sebagainya. Jadi memang kita harus meningkatkan ekspor dan kurangi BBM," ujar Mirza.
Selain itu, kata dia, Indonesia harus memperbaiki neraca berjalan ekspor-impor barang dan jasa agar defisit, serta memperbaiki neraca perdagangan agar bisa surplus seperti periode sebelum 2012.
"Menurut BI, defisitnya kuartal II sesuai pola musiman lebih tinggi kuartal I, kuartal III juga sesuai pola musiman lebih tinggi dibandingkan kuartal I. BI dan pemerintah monitor dan kebijakan jangka panjang bagaimana kita berubah, dan bisa melakukan restrukturisasi terhadap current account dan tekanan neraca pembayaran," pungkas dia.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada hari ini berada di level Rp12.103 per USD. Posisi ini melemah 12 poin dibanding posisi pada penutupan kemarin di level Rp12.091 per USD.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menuturkan, faktor terbesar yang menyebabkan rupiah melemah adalah fundamental ekonomi Indonesia yang dinilai kurang stabil.
"Faktor fundamental ekonomi, neraca perdagangan kita bulan April, tentu ini sebenarnya estimasi BI Mei surplus walaupun tidak besar. Surplus mungkin sekitar USD15-30 juta," terang dia di Gedung BI, Jakarta, Jumat (27/6/2014).
Sebab itu, secara fundamental bagaimana Indonesia bisa meningkatkan ekspor dan mengurangi impor. Menurutnya, tekanan terhadap impor Bahan Bakar Minyak (BBM) yang masih besar, impor barang konsumsi yang cukup kuat pertumbuhannya menjadikan fundamental ekonomi Indonesia menjadi goyah.
"Impor barang konsumsi seperti April, tekanan impor dari gadget, handphone dan sebagainya. Jadi memang kita harus meningkatkan ekspor dan kurangi BBM," ujar Mirza.
Selain itu, kata dia, Indonesia harus memperbaiki neraca berjalan ekspor-impor barang dan jasa agar defisit, serta memperbaiki neraca perdagangan agar bisa surplus seperti periode sebelum 2012.
"Menurut BI, defisitnya kuartal II sesuai pola musiman lebih tinggi kuartal I, kuartal III juga sesuai pola musiman lebih tinggi dibandingkan kuartal I. BI dan pemerintah monitor dan kebijakan jangka panjang bagaimana kita berubah, dan bisa melakukan restrukturisasi terhadap current account dan tekanan neraca pembayaran," pungkas dia.
(izz)