Beban dan Penjualan Bikin Laba Timah Turun 25%
A
A
A
JAKARTA - PT Timah Tbk (TINS) pada kuartal I tahun ini mencatat penurunan laba bersih sebesar 25% menjadi Rp95,08 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu Rp126,7 miliar.
Turunnya laba bersih perusahaan dipicu berkurangnya pendapatan bersih, meningkatnya usaha, beban bunga dan keuangan serta rugi selisih kurs.
Dalam rilis Timah, pendapatan bersih perseroan merosot 14% menjadi 1,24 triliun dibandinhg kuartal I/2013 sebesar Rp1,44 triliun. Sementara beban usaha meningkat menjadi Rp147,9 miliar dari Rp145,6 miliar.
Beban bunga dan keuangan melonjak menjadi Rp20,3 miliar dari Rp2,8 miliar. Rugi selisih kurs mencapai Rp31,1 miliar dibanding tiga bulan pertama tahun lalu yang mencatat laba selisih kurs sebesar Rp11,7 miliar.
Adapun kurs rata-rata tiga bulan tahun ini mencapai Rp11.891 per USD, sedangkan pada kuartal I tahun lalu Rp9.719 per USD.
Terkait merosotnya pendapatan sepanjang tiga bulan pertama karena dipicu turunnya penjualan logam timah menjadi 4,32 metrik ton (MT) dari sebelumnya sebanyak 5,82 MT. Harga timah jual rata-rata juga turun menjadi USD23.302 per MT dari sebelumnya USD23.910 per MT.
Selama periode Januari-pertengahan Februari 2014, harga komoditas timah di London Metal Exchange di bawah harga ekspektasi perseroaan, hanya berkisar USD21.500-22.930 per MT atau belum mencapai target harga yang ditetapkan oleh perseroan, sehingga perseroan menahan jumlah penjualannya.
Perseroan berharap, harga jual komoditas timah di pasaran akan naik seiring rendahnya suplai dari produsen timah di Indonesia. Untuk meningkatkan kinerja perseroan ke depan, BUMN timah ini akan meningkatkan kualitas produksi logam timah.
Selain itu, melakukan upaya konsistensi malalui melalui platform "Good Mining Practice”, sehingga komoditas timahnya dapat diterima di berbagai negara yang menuntut environmentalfriendly product sebagai bahan baku industri.
Turunnya laba bersih perusahaan dipicu berkurangnya pendapatan bersih, meningkatnya usaha, beban bunga dan keuangan serta rugi selisih kurs.
Dalam rilis Timah, pendapatan bersih perseroan merosot 14% menjadi 1,24 triliun dibandinhg kuartal I/2013 sebesar Rp1,44 triliun. Sementara beban usaha meningkat menjadi Rp147,9 miliar dari Rp145,6 miliar.
Beban bunga dan keuangan melonjak menjadi Rp20,3 miliar dari Rp2,8 miliar. Rugi selisih kurs mencapai Rp31,1 miliar dibanding tiga bulan pertama tahun lalu yang mencatat laba selisih kurs sebesar Rp11,7 miliar.
Adapun kurs rata-rata tiga bulan tahun ini mencapai Rp11.891 per USD, sedangkan pada kuartal I tahun lalu Rp9.719 per USD.
Terkait merosotnya pendapatan sepanjang tiga bulan pertama karena dipicu turunnya penjualan logam timah menjadi 4,32 metrik ton (MT) dari sebelumnya sebanyak 5,82 MT. Harga timah jual rata-rata juga turun menjadi USD23.302 per MT dari sebelumnya USD23.910 per MT.
Selama periode Januari-pertengahan Februari 2014, harga komoditas timah di London Metal Exchange di bawah harga ekspektasi perseroaan, hanya berkisar USD21.500-22.930 per MT atau belum mencapai target harga yang ditetapkan oleh perseroan, sehingga perseroan menahan jumlah penjualannya.
Perseroan berharap, harga jual komoditas timah di pasaran akan naik seiring rendahnya suplai dari produsen timah di Indonesia. Untuk meningkatkan kinerja perseroan ke depan, BUMN timah ini akan meningkatkan kualitas produksi logam timah.
Selain itu, melakukan upaya konsistensi malalui melalui platform "Good Mining Practice”, sehingga komoditas timahnya dapat diterima di berbagai negara yang menuntut environmentalfriendly product sebagai bahan baku industri.
(rna)