Biaya Kontrak Rumah Dongkrak Inflasi Jateng
A
A
A
SEMARANG - Kenaikan harga sejumlah bahan pokok menjelang Ramadan memicu naiknya inflasi di Jawa Tengah dari 0,24 persen di bulan Mei naik menjadi 0,73 persen di bulan Juni.
Selain kenaikan harga sejumlah kebutuhan bahan pokok inflasi di Jateng juga dipicu oleh biaya kontrak rumah. Bahkan inflasi di Kota Tegal sebesar 0,60 persen, justru dipicu oleh naiknya harga air pikulan.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jateng, pada bulan Juni 2014 di Jateng terjadi inflasi sebesar 0,73 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 112,27. Kondisi ini lebih tinggi dibandingkan pada bulan Mei 2014 yang mengalami inflasi sebesar 0,24 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 111,45.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari mengatakan, komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya inflasi adalah kontrak rumah, bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras dan bawang putih.
Inflasi terjadi terutama disebabkan karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,67, kemudian disusul oleh kelompok perumahan sebesar 1,16 persen.
Secara keseluruhan pada bulan Juni 2014, kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,3126 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi antara lain kontrak rumah, bahan bakar rumah tangga (elpiji) dan tarip listrik.
“Dari 4 sub kelompok yang ada perumahan, semuanya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 1,55 persen , diikuti sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 0,93 persen; sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,22 persen dan inflasi terendah terjadi pada sub kelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 0,16 persen,” katanya, Selasa (1/7/2014).
Sedangkan untuk komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya deflasi adalah bayam, nangka muda, cabai merah, besi beton, dan bensin.
Dari enam kota SBH, semuanya mengalami inflasi. Kota SBH yang mengalami inflasi tertinggi adalah Kota Cilacap sebesar 1,07 persen dengan IHK sebesar 114,85 diikuti oleh Kota Semarang sebesar 0,85 persen dengan IHK 112,15.
Kemudian Kota Tegal sebesar 0,60 persen dengan IHK sebesar 108,95; Kota Kudus sebesar 0,52 persen dengan IHK sebesar 117,48; Kota Surakarta sebesar 0,51 persen dengan IHK 110,78 dan terendah adalah Kota Purwokerto sebesar 0,48 persen dengan IHK sebesar 111,90.
Jam-jam mengatakan, , inflasi tersebut perlu disikapi dengan tindakan antisipasi. Baik dari segi pasokan maupun distribusi berbagai komoditas yang harganya berpotensi terus naik. Mengingat tren dari tahun-tahun sebelumnya selama menjelang Ramadhan dan lebaran.
Beberapa komoditas yang biasanya mengalami peningkatan harga menjelang lebaran diantaranya bahan pokok, sandang serta harga tariff transportasi. Harga-harga komoditas tersebut biasanya naik tajam dua minggu jelang lebaran.
Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jateng Sri Puryono menyatakan, komoditas yang cenderung meningkat harganya pada bulan puasa dan Idul Fitri pada tahun ini telah berhasil diidentifikasi. Kenaikan harga diprediksi akan terjadi pada daging dan telur ayam ras.
“Berkaitan dengan hal tersebut, TPID telah dan akan terus berkoordinasi dengan SKPD terkait untuk menjaga pasokan dan distribusi bahan kebutuhan pokok masyarakat, khususnya komoditas yang diperkirakan akan menjadi sumber inflasi,” katanya.
Menurut dia, kondisi pasokan dan distribusi yang terjaga serta paket kebijakan dimaksud perlu diinformasikan secara luas dan massive kepada masyarakat sehingga tercipta ekspektasi yang positif.
Selain kenaikan harga sejumlah kebutuhan bahan pokok inflasi di Jateng juga dipicu oleh biaya kontrak rumah. Bahkan inflasi di Kota Tegal sebesar 0,60 persen, justru dipicu oleh naiknya harga air pikulan.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jateng, pada bulan Juni 2014 di Jateng terjadi inflasi sebesar 0,73 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 112,27. Kondisi ini lebih tinggi dibandingkan pada bulan Mei 2014 yang mengalami inflasi sebesar 0,24 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 111,45.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari mengatakan, komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya inflasi adalah kontrak rumah, bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras dan bawang putih.
Inflasi terjadi terutama disebabkan karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,67, kemudian disusul oleh kelompok perumahan sebesar 1,16 persen.
Secara keseluruhan pada bulan Juni 2014, kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,3126 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi antara lain kontrak rumah, bahan bakar rumah tangga (elpiji) dan tarip listrik.
“Dari 4 sub kelompok yang ada perumahan, semuanya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 1,55 persen , diikuti sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 0,93 persen; sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,22 persen dan inflasi terendah terjadi pada sub kelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 0,16 persen,” katanya, Selasa (1/7/2014).
Sedangkan untuk komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya deflasi adalah bayam, nangka muda, cabai merah, besi beton, dan bensin.
Dari enam kota SBH, semuanya mengalami inflasi. Kota SBH yang mengalami inflasi tertinggi adalah Kota Cilacap sebesar 1,07 persen dengan IHK sebesar 114,85 diikuti oleh Kota Semarang sebesar 0,85 persen dengan IHK 112,15.
Kemudian Kota Tegal sebesar 0,60 persen dengan IHK sebesar 108,95; Kota Kudus sebesar 0,52 persen dengan IHK sebesar 117,48; Kota Surakarta sebesar 0,51 persen dengan IHK 110,78 dan terendah adalah Kota Purwokerto sebesar 0,48 persen dengan IHK sebesar 111,90.
Jam-jam mengatakan, , inflasi tersebut perlu disikapi dengan tindakan antisipasi. Baik dari segi pasokan maupun distribusi berbagai komoditas yang harganya berpotensi terus naik. Mengingat tren dari tahun-tahun sebelumnya selama menjelang Ramadhan dan lebaran.
Beberapa komoditas yang biasanya mengalami peningkatan harga menjelang lebaran diantaranya bahan pokok, sandang serta harga tariff transportasi. Harga-harga komoditas tersebut biasanya naik tajam dua minggu jelang lebaran.
Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jateng Sri Puryono menyatakan, komoditas yang cenderung meningkat harganya pada bulan puasa dan Idul Fitri pada tahun ini telah berhasil diidentifikasi. Kenaikan harga diprediksi akan terjadi pada daging dan telur ayam ras.
“Berkaitan dengan hal tersebut, TPID telah dan akan terus berkoordinasi dengan SKPD terkait untuk menjaga pasokan dan distribusi bahan kebutuhan pokok masyarakat, khususnya komoditas yang diperkirakan akan menjadi sumber inflasi,” katanya.
Menurut dia, kondisi pasokan dan distribusi yang terjaga serta paket kebijakan dimaksud perlu diinformasikan secara luas dan massive kepada masyarakat sehingga tercipta ekspektasi yang positif.
(gpr)