Jero Dinilai Gagal Jalankan Program Konversi BBM ke BBG
Jero Dinilai Gagal Jalankan Program Konversi BBM ke BBG
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Migas Kurtubi menilai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik dianggap gagal dalam menjalankan program konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG). Padahal program tersebut sangat penting karena disinyalir dapat menekan subsidi BBM.
Kurtubi mengatakan, program Menteri ESDM tersebut terkesan mandek karena tidak ada kabarnya lagi. "Memang itu jelas gagal, terutama Menteri ESDM itu gagal untuk masalah konversi tersebut yang jelas-jelas penting untuk ekonomi kita. Faktanya adalah pembangunan infrastruktur gas sangatlah minim. Stasiun pelayanan BBG sangat minim. Itu yang seharusnya diperhatikan. Tidak ada program nyata," jelas dia ketika berbincang dengan Sindonews, di Jakarta, Minggu (20/7/2014).
Menurut Kurtubi, ini merupakan pekerjaan rumah yang harus dibenahi untuk pemerintahan selanjutnya. "Beberapa angkutan BBG kan sudah ada, tinggal dilanjutkan saja untuk yang lain, syukur-syukur bisa digunakan untuk kendaraan pribadi," ujar dia.
Namun di sini yang menjadi masalah menurut Kurtubi adalah, untuk masalah pembangunan terminal bahan bakar gas tersebut. "Saya melihat, tidak adanya terminal BBG dan converter kit buat angkutan massal untuk BBG, sedangkan itu kan yang perlu," ujar dia.
Diberitakan sebelumnya, Menteri ESDM Jero Wacik bumkam ketika ditanya perkembangan program konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG).
Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya, gembar gembor mengenai konversi BBM ke BBG santer dibicarakan dan banyak dukungan yang diberikan untuk langkah ini karena disinyalir dapat dapat menekan impor BBM dan subsidi BBM.
Jero Wacik tampak mengabaikan pertanyaan wartawan yang bertanya masalah kelanjutan atau progress konversi BBM ke BBG. Seolah acuh, Jero mengabaikan begitu saja pertanyaan wartawan yang menanyakan masalah tersebut.
Padahal, Jero beberapa waktu lalu sempat mengatakan bahwa konversi atau pengalihan bahan bakar dari BBM ke BBG dengan memperbanyak SPBG merupakan program pemerintah yang harus terus diupayakan secara optimal.
Kurtubi mengatakan, program Menteri ESDM tersebut terkesan mandek karena tidak ada kabarnya lagi. "Memang itu jelas gagal, terutama Menteri ESDM itu gagal untuk masalah konversi tersebut yang jelas-jelas penting untuk ekonomi kita. Faktanya adalah pembangunan infrastruktur gas sangatlah minim. Stasiun pelayanan BBG sangat minim. Itu yang seharusnya diperhatikan. Tidak ada program nyata," jelas dia ketika berbincang dengan Sindonews, di Jakarta, Minggu (20/7/2014).
Menurut Kurtubi, ini merupakan pekerjaan rumah yang harus dibenahi untuk pemerintahan selanjutnya. "Beberapa angkutan BBG kan sudah ada, tinggal dilanjutkan saja untuk yang lain, syukur-syukur bisa digunakan untuk kendaraan pribadi," ujar dia.
Namun di sini yang menjadi masalah menurut Kurtubi adalah, untuk masalah pembangunan terminal bahan bakar gas tersebut. "Saya melihat, tidak adanya terminal BBG dan converter kit buat angkutan massal untuk BBG, sedangkan itu kan yang perlu," ujar dia.
Diberitakan sebelumnya, Menteri ESDM Jero Wacik bumkam ketika ditanya perkembangan program konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG).
Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya, gembar gembor mengenai konversi BBM ke BBG santer dibicarakan dan banyak dukungan yang diberikan untuk langkah ini karena disinyalir dapat dapat menekan impor BBM dan subsidi BBM.
Jero Wacik tampak mengabaikan pertanyaan wartawan yang bertanya masalah kelanjutan atau progress konversi BBM ke BBG. Seolah acuh, Jero mengabaikan begitu saja pertanyaan wartawan yang menanyakan masalah tersebut.
Padahal, Jero beberapa waktu lalu sempat mengatakan bahwa konversi atau pengalihan bahan bakar dari BBM ke BBG dengan memperbanyak SPBG merupakan program pemerintah yang harus terus diupayakan secara optimal.
(gpr)
Explore More