Kredit BTN Semester I Capai Rp106,58 T
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) sepanjang semester I/2014 berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp106,58 triliun. Jumlah tersebut naik 16,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp91,4 triliun.
"Industri perbankan pada tahun ini mengalami sejumlah tekanan. Tekanan terbesar datang dari kenaikan biaya dana yang merupakan imbas dari ketatnya likuiditas dan naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate). Di samping itu, kondisi perekonomian nasional juga mengalami perlambatan. Dalam kondisi seperti ini, bank cenderung berhati-hati terutama dalam menyalurkan kredit agar tidak terjebak pada kredit macet," ujar Direktur Utama BTN Maryono dalam rilisnya, Selasa (22/7/2014).
Maryono menjelaskan, dengan kondisi tersebut dan adanya penurunan net interest margin (NIM) dari 5,35% pada Juni 2013 menjadi 4,53% di semester I/2014, maka laba bersih perseroan hingga pertengahan tahun ini turun 20% dari Rp673 miliar pada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp539 miliar.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) perseroan pada semester I/2014 tumbuh cukup signifikan di atas rata-rata industri dalam negeri. Pertumbuhannya mencapai 22,61% menjadi Rp101,345 triliun dibandingkan posisi yang sama 2013 sebesar Rp82,656 triliun.
Dari sisi, loan to deposit ratio (LDR), BTN berhasil menurunkan rasionya dari 110,58% pada semester I/2013 menjadi 105,17% pada semester I/2014.
Menurut Maryono, khusus untuk LDR perseroan tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi likuiditas BTN. Dalam formula perhitungan LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI), tidak memasukkan komponen sumber dana perseroan lainnya, seperti obligasi, pinjaman berjangka waktu panjang dan sumber dana lainnya.
"Bisnis perseroan perlu didukung oleh dana jangka panjang. Untuk melihat kondisi likuiditas perseroan, Bank BTN menggunakan perhitungan Loan to Funding, rasionya hanya sebesar 89% yang berarti masih berada dalam rentang normal. Apalagi jika melihat secondary reserve Bank BTN per 30 Juni 2014 masih di atas Rp8 Triliun, maka dapat dikatakan Bank BTN dalam kondisi likuiditas yang sangat aman," tegasnya.
"Industri perbankan pada tahun ini mengalami sejumlah tekanan. Tekanan terbesar datang dari kenaikan biaya dana yang merupakan imbas dari ketatnya likuiditas dan naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate). Di samping itu, kondisi perekonomian nasional juga mengalami perlambatan. Dalam kondisi seperti ini, bank cenderung berhati-hati terutama dalam menyalurkan kredit agar tidak terjebak pada kredit macet," ujar Direktur Utama BTN Maryono dalam rilisnya, Selasa (22/7/2014).
Maryono menjelaskan, dengan kondisi tersebut dan adanya penurunan net interest margin (NIM) dari 5,35% pada Juni 2013 menjadi 4,53% di semester I/2014, maka laba bersih perseroan hingga pertengahan tahun ini turun 20% dari Rp673 miliar pada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp539 miliar.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) perseroan pada semester I/2014 tumbuh cukup signifikan di atas rata-rata industri dalam negeri. Pertumbuhannya mencapai 22,61% menjadi Rp101,345 triliun dibandingkan posisi yang sama 2013 sebesar Rp82,656 triliun.
Dari sisi, loan to deposit ratio (LDR), BTN berhasil menurunkan rasionya dari 110,58% pada semester I/2013 menjadi 105,17% pada semester I/2014.
Menurut Maryono, khusus untuk LDR perseroan tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi likuiditas BTN. Dalam formula perhitungan LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI), tidak memasukkan komponen sumber dana perseroan lainnya, seperti obligasi, pinjaman berjangka waktu panjang dan sumber dana lainnya.
"Bisnis perseroan perlu didukung oleh dana jangka panjang. Untuk melihat kondisi likuiditas perseroan, Bank BTN menggunakan perhitungan Loan to Funding, rasionya hanya sebesar 89% yang berarti masih berada dalam rentang normal. Apalagi jika melihat secondary reserve Bank BTN per 30 Juni 2014 masih di atas Rp8 Triliun, maka dapat dikatakan Bank BTN dalam kondisi likuiditas yang sangat aman," tegasnya.
(rna)