Pengusaha Otobus Keluhkan Pembatasan Solar Subsidi

Kamis, 07 Agustus 2014 - 15:36 WIB
Pengusaha Otobus Keluhkan Pembatasan Solar Subsidi
Pengusaha Otobus Keluhkan Pembatasan Solar Subsidi
A A A
JAKARTA - Kalangan pengusaha otobus mulai mengeluhkan kebijakan PT Pertamina yang membatasi penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis solar.

Pasalnya, sejak kebijakan tersebut mulai diberlakukan, akan berpengaruh besar terhadap biaya pengoperasionalan bus setiap hari.

Tri Haryadi salah satu pemilik PO Bus Antar Jaya mengatakan, saat ini memang belum dirasakan dampak dari penghapusan BBM bersubsidi jenis solar. Tetapi, bila kebijakan tersebut tidak segera dihapus, maka secara pelan namun pasti akan berdampak besar terhadap angkutan.

Untuk itu, dia meminta agar pemerintah terutama Pertamina masih memberikan kesempatan kepada pemilik bus dan angkutan untuk bisa membeli BBM bersubsidi. Meskipun, pihaknya mengakui permintaannya ini akan dianggap angin lalu oleh Pertamina.

"Meski belum seluruhnya memberlakukan kebijakan Pertamina, namun ada SPBU yang memberlakukan kebijakan tersebut. Di mana BBM bersubsidi masih bisa dibeli sejak pukul 6 pagi hingga 18.00 WIB. Di atas pukul 18.00 hingga pukul 6 pagi, BBM bersubsidi sudah tidak bisa dibeli lagi. Padahal bus saya beroperasi ada juga malam hari," terangnya di Solo, Jawa Tengah, Kamis (7/8/2014).

Di satu sisi, pihaknya tidak mungkin menaikkan tarif penumpang. Sebab, bila pihaknya menaikkan tarif maka otomatis, para penumpang akan lari ke transportasi lainnya.

"Dari harga saja sudah naik dua kali lipat. Pengeluaran siang hari, dan malam hari. Saat ini, kita masih bertahan di tarif lama. Mau gimana lagi, mana mungkin kita menaikkan tarif. Kalau tarif dinaikkan, penumpang akan lari ke transportasi lainnya," jelas doa.

Pihaknya sudah melayangkan surat kepada Organda Jawa Tengah untuk bersikap menyusul kebijakan tersebut. Saat ini langkah antisipasi yang diberlakukan olehnya baru menambah biaya operasional bus setiap hari.

Untuk satu bus, Tri menambah biaya operasional sebesar Rp500 ribu, dibandingkan sebelum kebijakan tersebuit diberlakukan. Padahal, tak hanya BBM saja yang dipikirkan untuk menjalankan bus miliknya.

Masih ada kebutuhan lain yang juga harus dipikirkan pihaknya sebagai pemilik transportasi. Yakni suku cadang kendaraan hingga upah kru bus miliknya.

"Saat ini kita pasrah kepada Organda saja. Kalau pemerintah bijak, dengan menaikkan harga solar, tentu biaya lainnya akan naik. Karena semua barang yang didistribusikan ke seluruh Indonesia, seluruhnya diangkut armada yang menggunakan solar," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6508 seconds (0.1#10.140)