DPK Bank Syariah Mandiri hingga Juli Rp57,3 T
A
A
A
JAKARTA - Bank Syariah Mandiri (BSM) sepanjang semester I/2014 berhasil menecatat total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp55,17 triliun atau tumbuh sekitar 7,48% dari Rp51,33 triliun dari posisi Juni 2013. Sementara hingga Juli 2014, DPK perseroan menjadi Rp57,3 triliun.
Peningkatan DPK tersebut turut memperkuat posisi likuiditas perseroan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) selama 2014 (Januari-Juni) rata-rata berada pada level 89,34%. Sementara kondisi FDR rata-rata bank syariah pada 2014 (Januari-April berdasar data OJK) sebesar 99,96%.
“Pada posisi yang sama sampai dengan April 2014, rata-rata FDR BSM adalah 89,7 2%,” ujar Senior Executive Vice Presiden sekaligus Direktorat Wholesale, Treasury and International Banking BSM Kusman Yandi dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (14/8/2014).
Sementara posisi FDR BSM per Juni 2014 sebesar 89,91% atau membaik 2,29% dibandingkan posisi Juni 2013 sebesar 92,20%. Dia mengungkapkan, pihaknya akan terus berupaya menjaga kepercayaan nasabahnya. Tingkat kepercayaan nasabah terterlihat dari market share perbankan syariah, yang tetap terjaga dan rata-rata di atas 25% dari sisi aset, DPK, pembiayaan, CASA.
Menurutnya, keseriusan BSM untuk tetap memimpin di tengah ketatnya persaingan perbankan syariah dan ditengah ketatnya perbankan Tanah Air antara lain ditunjukan dalam pemenuhan kewajiban jangka pendek.
“BSM menjaga komitmen kepada induk perusahaan Bank Mandiri untuk menjaga FDR di level 90%,” ujar dia.
Saat ini, BSM memelihara Instrumen Bank Indonesia (SBIS, Reverse Repo, Fasbis) sebagai secondary reserve yang per 31 Juli 2014 tercatat sebesar Rp6,13 Triliun. Dengan kondisi itu lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan likuiditas BSM.
Adapun per Juni 2014, total aset BSM meningkat dari Rp58,48 triliun di bulan Juni 2013 menjadi Rp62,78 triliun di bulan Juni 2014. Capital Adequacy Ratio (CAR) terjaga di level 19,94%, sedangkan di sektor pembiayaan BSM tetap tumbuh dari Rp11,02 menjadi Rp11,66 triliun.
Peningkatan DPK tersebut turut memperkuat posisi likuiditas perseroan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) selama 2014 (Januari-Juni) rata-rata berada pada level 89,34%. Sementara kondisi FDR rata-rata bank syariah pada 2014 (Januari-April berdasar data OJK) sebesar 99,96%.
“Pada posisi yang sama sampai dengan April 2014, rata-rata FDR BSM adalah 89,7 2%,” ujar Senior Executive Vice Presiden sekaligus Direktorat Wholesale, Treasury and International Banking BSM Kusman Yandi dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (14/8/2014).
Sementara posisi FDR BSM per Juni 2014 sebesar 89,91% atau membaik 2,29% dibandingkan posisi Juni 2013 sebesar 92,20%. Dia mengungkapkan, pihaknya akan terus berupaya menjaga kepercayaan nasabahnya. Tingkat kepercayaan nasabah terterlihat dari market share perbankan syariah, yang tetap terjaga dan rata-rata di atas 25% dari sisi aset, DPK, pembiayaan, CASA.
Menurutnya, keseriusan BSM untuk tetap memimpin di tengah ketatnya persaingan perbankan syariah dan ditengah ketatnya perbankan Tanah Air antara lain ditunjukan dalam pemenuhan kewajiban jangka pendek.
“BSM menjaga komitmen kepada induk perusahaan Bank Mandiri untuk menjaga FDR di level 90%,” ujar dia.
Saat ini, BSM memelihara Instrumen Bank Indonesia (SBIS, Reverse Repo, Fasbis) sebagai secondary reserve yang per 31 Juli 2014 tercatat sebesar Rp6,13 Triliun. Dengan kondisi itu lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan likuiditas BSM.
Adapun per Juni 2014, total aset BSM meningkat dari Rp58,48 triliun di bulan Juni 2013 menjadi Rp62,78 triliun di bulan Juni 2014. Capital Adequacy Ratio (CAR) terjaga di level 19,94%, sedangkan di sektor pembiayaan BSM tetap tumbuh dari Rp11,02 menjadi Rp11,66 triliun.
(rna)