Ini Kata Pekerja Seni Soal Subsidi BBM

Minggu, 07 September 2014 - 16:56 WIB
Ini Kata Pekerja Seni Soal Subsidi BBM
Ini Kata Pekerja Seni Soal Subsidi BBM
A A A
SUTRADARA Film sekaligus pemerhati ekonomi, Joko Anwar sepakat bahwa subsidi bahan bakar minyak (BBM) dialihkan ke pihak yang lebih berhak mendapatkan.

"Ini kesadaran kolektif harus ditumbuhkan untuk membuka kesadaran masyrakat tentang subsidi BBM. Subsidi BBM sekarang 53% dipakai mobil pribadi, angkot hanya 8%," ujarnya di Jakarta, Minggu (7/9/2014).

Menurutnya, jika BBM tidak naik, maka komponen lain dalam Rancangan Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 diturunkan. Sebagai contoh, pendidikan sebelumnya Rp119 triliun menjadi Rp109 triliun dan anggaran perumahan dari Rp27 triliun menjadi Rp18,6 triliun.

"Jika itu (menaikkan BBM) tidak dilaksanakan, maka jelas terlihat RAPBN nggak mendukung pendidikan dan perumahan rakyat. Nah, rakyat-rakyat kecil juga kan yang sengsara," ujar dia.

Seharusnya, dia berpendapat, harus ada bantuan yang turun langsung ke masyarakat jika nantinya subsidi BBM dihapus dan BBM dinaikkan agar semuanya merata dalam hal kesejahteraan.

Pendapat tak jauh berbeda datang dari artis, seniman sekaligus pemerhati ekonomi Indonesia Olga Lidya mengatakan bahwa Indonesia sebenarnya adalah negara yang kaya raya, namun juga amat boros.

"Kita itu kaya sebenarnya, tapi boros dan nggak efisien dalam memanfaatkan hasil alam. Semuanya habis begitu saja sampai-sampai kita harus ekspor migas kan," ujarnya.

Menurut dia, dana subsidi BBM yang membengkak diharapkan bisa dialihkan ke pembangunan infrastruktur. Pasalnya, infrastruktur yang kurang baik menyebabkan biaya distribusi membengkak.

"Komponen distribusi di Indonesia sebesar 25%, kalau di Jepang cuma 8%. Di sana, mereka bisa lebih hemat dan efisien. Besarnya komponen distribusi itu yang membuat harga barang jadi mahal," ujar dia.

Dirinya berharap bahwa di masa pemerintah baru, komponen distribusi tersebut bisa diperbaiki jadi lebih kecil, maka ongkos bisa ditekan dan harga bisa lebih murah.

"Saya percaya pasti bisa, namun kalau subsidi BBM-nya bisa (dialihkan) ke infrastruktur. Itu juga pasti akan berdampak pada komponen distribusi" ujar dia.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8300 seconds (0.1#10.140)