Indonesia Terlalu Terbuka Menerima Barang Impor

Jum'at, 12 September 2014 - 10:31 WIB
Indonesia Terlalu Terbuka Menerima Barang Impor
Indonesia Terlalu Terbuka Menerima Barang Impor
A A A
JAKARTA - Sekretaris Fraksi PKB di DPR Hanif Dakhiri mengatakan, Indonesia terlalu terbuka menerima semua barang impor, bahkan terkesan dibanjiri barang impor.

Dia mencontohkan, produk ponsel dan BlackBerry yang digunakan puluhan juta warga Indonesia. Sementara, pabriknya berdiri di Malaysia.

"Lihat saja, sesuai data US Cencus Bureau Januari 2014, penduduk Indonesia yang 251 juta orang tapi pengguna ponselnya di angka 281 juta unit," ujar dia dalam rilisnya, Jumat (12/9/2014).

Angka itu jauh melebihi jumlah penduduk Indonesia. Tetapi produsen ponsel tak pernah mendirikan pabriknya di Indonesia, mereka lebih memilih mendirikan pabrik di Malaysia, Taiwan, Hongkong, dan China.

"Bangsa Indonesia hanya dijadikan market saja oleh mereka. Belum yang lain, motor, mobil, komputer, alat elektronik dan lain-lain," kata dia.

Padahal, jika para produsen ponsel, peralatan elektronik seperti televisi, tape radio, komputer, dan kendaraan bermotor mendirikan pabriknya di Indonesia, akan berdampak positif.

Di mana, jutaan tenaga kerja akan terserap, dan otomatis menaikkan pendapatan warga dan negara. "Persoalannya negara ini tak pernah mengeluarkan regulasi ke arah itu," tukasnya.

Dia mengatakan, industri dalam negeri yang kurang bergairah berdampak pada penurunan angka perdagangan Indonesia.

"Ke depan tantangannya neraca perdagangan kita yang mengalami defisit. Sementara industrialiasi di dunia internasional sangat masif," ujarnya.

Hanif mendesak Indonesia segera menjadi negara industri agar perekonomian bisa bergerak naik signifikan.

Sebab, jika hanya menjadi negara yang mampu membeli tanpa memproduksi, tidak baik bagi perekonomian secara keseluruhan. "Naif jika kita hanya menjadi bangsa konsumtif," pungkas dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1679 seconds (0.1#10.140)