Data manufaktur China Naik, Minyak Brent Rebound
A
A
A
SEOUL - Harga minyak mentah brent rebound setelah mengalami koreksi selama sepekan akibat naiknya data manufaktur China. Ini memberi sinyal naiknya permintaan dari konsumen minyak terbesar kedua di dunia tersebut.
Kontrak berjangka (futures) naik sebanyak 0,4% di London. Laporan awal Purchasing Managers’ Index (PMI) dari HSBC Holdings Plc dan Markit Economics berada di 50,5 untuk September, naik dibanding estimasi dalam survei Bloomberg News sebesar 50. Angka itu juga meningkat dibanding Agustus sebesar 50,2.
Sebuah laporan terpisah sebelum rilis Administrasi Informasi Energi menyebutkan bahwa Stok bensin Amerika Serikat (AS) kemungkinan menyusut 300.000 barel pada pekan lalu.
"Data PMI mengurangi kekhawatiran di pasar bahwa permintaan minyak mentah di China akan terpengaruh oleh perlambatan pertumbuhan. Hari ini, sentimen itu menjadi pendorong naiknya harga minyak," kata analis di Samsung Futures Inc Hong Ki Sung seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (23/92/104).
Minyak brent di ICE Futures Europe Exchange, London untuk pengiriman November naik sebanyak 37 sen menjadi USD97,34 per barel dan berada di harga USD97,30 pada 11.15 siang waktu Seoul. Sedangkan harga minyak kemarin di USD96,97, penutupan terendah sejak 15 September 2014.
Semua volume kontrak berjangka yang diperdagangkan sekitar 45% di bawah rata-rata 100 hari. Harga telah turun 12% sepanjang tahun ini.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman November naik sebanyak 33 sen atau 0,4% menjadi USD91,20 per barel. Kontrak Oktober yang berakhir kemarin terkoreksi 1% menjadi USD91,52, penutupan terendah untuk bulan depan sejak Mei 2013. Premi patokan minyak mentah AS ini terhadap brent sebesar USD6,10.
Menurut International Energy Agency di Paris, permintaan minyak oleh China akan mencapai sekitar 11%, sedangkan AS sebesar 21% dari permintaan minyak global tahun ini.
Kontrak berjangka (futures) naik sebanyak 0,4% di London. Laporan awal Purchasing Managers’ Index (PMI) dari HSBC Holdings Plc dan Markit Economics berada di 50,5 untuk September, naik dibanding estimasi dalam survei Bloomberg News sebesar 50. Angka itu juga meningkat dibanding Agustus sebesar 50,2.
Sebuah laporan terpisah sebelum rilis Administrasi Informasi Energi menyebutkan bahwa Stok bensin Amerika Serikat (AS) kemungkinan menyusut 300.000 barel pada pekan lalu.
"Data PMI mengurangi kekhawatiran di pasar bahwa permintaan minyak mentah di China akan terpengaruh oleh perlambatan pertumbuhan. Hari ini, sentimen itu menjadi pendorong naiknya harga minyak," kata analis di Samsung Futures Inc Hong Ki Sung seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (23/92/104).
Minyak brent di ICE Futures Europe Exchange, London untuk pengiriman November naik sebanyak 37 sen menjadi USD97,34 per barel dan berada di harga USD97,30 pada 11.15 siang waktu Seoul. Sedangkan harga minyak kemarin di USD96,97, penutupan terendah sejak 15 September 2014.
Semua volume kontrak berjangka yang diperdagangkan sekitar 45% di bawah rata-rata 100 hari. Harga telah turun 12% sepanjang tahun ini.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman November naik sebanyak 33 sen atau 0,4% menjadi USD91,20 per barel. Kontrak Oktober yang berakhir kemarin terkoreksi 1% menjadi USD91,52, penutupan terendah untuk bulan depan sejak Mei 2013. Premi patokan minyak mentah AS ini terhadap brent sebesar USD6,10.
Menurut International Energy Agency di Paris, permintaan minyak oleh China akan mencapai sekitar 11%, sedangkan AS sebesar 21% dari permintaan minyak global tahun ini.
(rna)