Perkembangan Infrastruktur Perkotaan Masih Minim
A
A
A
JAKARTA - Pesatnya perkembangan kota besar di Indonesia dalam 10 tahun terakhir, tidak dibarengi dengan perkembangan infrastruktur perkotaan untuk transportasi barang maupun pergudangan.
Hal tersebut dikatakan Ketua tim kerja Pengembangan Sistem Logistik Nasional (Sislognas) sekaligus Deputi Kemenko Perekonomian bidang Perniagaan dan Kewirausahaan Edy Putra Irawadi di Jakarta, Selasa (23/9/2014).
"Kita jauh tertinggal dibandingkan infrastruktur untuk penumpang (passenger). Sehingga timbul persoalan baru dalam urban logistics," ujarnya.
Menurut doa, sinkronisasi antara urban logistics dan mobilitas orang sangat penting untuk menunjang perkembangan ekonomi di kota besar.
Beberapa permasalahan utama di dalam logistik perkotaan antara lain, pertama kemacetan dan ketidakteraturan lalu lintas yang masif. Kedua, rendahnya kepatuhan masyarakat dalam berlalu lintas.
Ketiga, pembatasan akses jalan bagi kendaraan truk untuk pengiriman barang, dan keempat keterbatasan lahan bagi ruang kota.
"Kesemuanya berdampak pada kelancaran arus barang dan tentunya menjadi PR bagi pemerintahan baru untuk ditangani secara serius," katanya.
Dia mencontohkan, ada beberapa kota besar di dunia yang memiliki sistem distribusi angkutan barang yang tidak dapat direplikasi atau ditiru begitu saja oleh kota lain di dunia.
Paris, strategi dan prioritas distribusi angkutan perkotaan diarahkan untuk membatasi dampak lingkungan distribusi barang.
Mexico City, dimana layanan logistic modern sama pentingnya dengan kegiatan pengiriman barang yang dilayani sektor usaha kecil.
Chicago, bertujuan mempertahankan perannya sebagai hub rel dan distribusi angkutan untuk melayani Amerika Utara dengan platform distribusi manufaktur.
Shanghai menjadi pelabuhan kargo terbesar di dunia dan bertindak sebagai pusat transportasi ekspor utama china.
Kota Istanbul tengah menghadapi pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi yang cepat. Kota ini sedang memperkuat fungsi komersial dengan perannya sebagai platform interaksi komersial antara Timur Tengah, Eropa dan laut hitam.
Adanya komitmen untuk integrasi sektor logistik dan konektivitas MEA 2015 dalam rangka menurunkan biaya, waktu dan transparansi supply chain dalam kerangka kerja sama APEC.
"Ini merupakan keharusan meningkatkan kinerja logistik dalam upaya menarik investasi," pungkas Ddy.
Hal tersebut dikatakan Ketua tim kerja Pengembangan Sistem Logistik Nasional (Sislognas) sekaligus Deputi Kemenko Perekonomian bidang Perniagaan dan Kewirausahaan Edy Putra Irawadi di Jakarta, Selasa (23/9/2014).
"Kita jauh tertinggal dibandingkan infrastruktur untuk penumpang (passenger). Sehingga timbul persoalan baru dalam urban logistics," ujarnya.
Menurut doa, sinkronisasi antara urban logistics dan mobilitas orang sangat penting untuk menunjang perkembangan ekonomi di kota besar.
Beberapa permasalahan utama di dalam logistik perkotaan antara lain, pertama kemacetan dan ketidakteraturan lalu lintas yang masif. Kedua, rendahnya kepatuhan masyarakat dalam berlalu lintas.
Ketiga, pembatasan akses jalan bagi kendaraan truk untuk pengiriman barang, dan keempat keterbatasan lahan bagi ruang kota.
"Kesemuanya berdampak pada kelancaran arus barang dan tentunya menjadi PR bagi pemerintahan baru untuk ditangani secara serius," katanya.
Dia mencontohkan, ada beberapa kota besar di dunia yang memiliki sistem distribusi angkutan barang yang tidak dapat direplikasi atau ditiru begitu saja oleh kota lain di dunia.
Paris, strategi dan prioritas distribusi angkutan perkotaan diarahkan untuk membatasi dampak lingkungan distribusi barang.
Mexico City, dimana layanan logistic modern sama pentingnya dengan kegiatan pengiriman barang yang dilayani sektor usaha kecil.
Chicago, bertujuan mempertahankan perannya sebagai hub rel dan distribusi angkutan untuk melayani Amerika Utara dengan platform distribusi manufaktur.
Shanghai menjadi pelabuhan kargo terbesar di dunia dan bertindak sebagai pusat transportasi ekspor utama china.
Kota Istanbul tengah menghadapi pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi yang cepat. Kota ini sedang memperkuat fungsi komersial dengan perannya sebagai platform interaksi komersial antara Timur Tengah, Eropa dan laut hitam.
Adanya komitmen untuk integrasi sektor logistik dan konektivitas MEA 2015 dalam rangka menurunkan biaya, waktu dan transparansi supply chain dalam kerangka kerja sama APEC.
"Ini merupakan keharusan meningkatkan kinerja logistik dalam upaya menarik investasi," pungkas Ddy.
(izz)