RI Harus Contoh Thailand dalam Hadapi MEA
A
A
A
JAKARTA - Pasar bebas dan industri menjadi semakin kompetitif menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Karena itu keunggulan kualitas SDM Indonesia harus mempunyai daya saing.
Staf Penasehat Bidang Perdagangan Kedutaan Thailand untuk Indonesia Vilasinee Nonsrichai mengungkapkan, kaya akan pengetahuan serta aneka bahasa merupakan bekal yang cukup untuk berkompetisi. Ia mengklaim bahwa negaranya sudah sangat siap menghadapi AEC di segala sektor khususnya sektor pendidikan.
"Murid dan guru-guru di Thailand sudah diinformasikan sejak dini apa itu AEC begitu pula dengan lulusan sarjana, kami tahu kebutuhuan guru-guru, anggotanya apa yang menjadi kebutuhan dalam menghadapi pasar bebas, segala level, SMA, bachelor, pebisnis semua terlibat. Semuanya siap 100 persen," tegasnya, Selasa (23/09/2014).
Ia menegaskan, dalam MEA, banyak negara anggota begitu juga ASEAN+3. Sehingg seluruh anak didik di Thailand, diwajibkan bisa menguasai seluruh bahasa negara anggota.
"Kami push bahkan asisten saya harus bisa bahasa Indonesia, karena kita akan sangat mobile tanpa VISA, begitu pula masyarakat Indonesia harus bisa dong bahasa Thailand, Brunei, Malaysia, Vietnam, serta ASEAN +3 itu ada New Zealand, Jepang, China harus kaya akan pengetahuan bahasa," tegasnya.
Dalam dua tahun terakhir, lanjutnya, Thailand menggelar banyak kerja sama pendidikan dan budaya dengan Indonesia. Tak hanya pertukaran pelajar, tetapi keduanya bisa melamar atau masuk ke bidang industri atau kesenian dan budaya.
"Bagaimana pemerintahan Thailand jug bersedia membangun bisnis support center untuk serius menghadapi AEC. Karena itu kami pun akan menggelar pameran dan konferensi permesinan dan pengerjaan logam terbesar se-ASEAN Metalex 2014 di Bangkok 19-22 November sebagai perhelatan dunia industri Thailand dengan Indonesia menyambut AEC 2015," katanya.
Staf Penasehat Bidang Perdagangan Kedutaan Thailand untuk Indonesia Vilasinee Nonsrichai mengungkapkan, kaya akan pengetahuan serta aneka bahasa merupakan bekal yang cukup untuk berkompetisi. Ia mengklaim bahwa negaranya sudah sangat siap menghadapi AEC di segala sektor khususnya sektor pendidikan.
"Murid dan guru-guru di Thailand sudah diinformasikan sejak dini apa itu AEC begitu pula dengan lulusan sarjana, kami tahu kebutuhuan guru-guru, anggotanya apa yang menjadi kebutuhan dalam menghadapi pasar bebas, segala level, SMA, bachelor, pebisnis semua terlibat. Semuanya siap 100 persen," tegasnya, Selasa (23/09/2014).
Ia menegaskan, dalam MEA, banyak negara anggota begitu juga ASEAN+3. Sehingg seluruh anak didik di Thailand, diwajibkan bisa menguasai seluruh bahasa negara anggota.
"Kami push bahkan asisten saya harus bisa bahasa Indonesia, karena kita akan sangat mobile tanpa VISA, begitu pula masyarakat Indonesia harus bisa dong bahasa Thailand, Brunei, Malaysia, Vietnam, serta ASEAN +3 itu ada New Zealand, Jepang, China harus kaya akan pengetahuan bahasa," tegasnya.
Dalam dua tahun terakhir, lanjutnya, Thailand menggelar banyak kerja sama pendidikan dan budaya dengan Indonesia. Tak hanya pertukaran pelajar, tetapi keduanya bisa melamar atau masuk ke bidang industri atau kesenian dan budaya.
"Bagaimana pemerintahan Thailand jug bersedia membangun bisnis support center untuk serius menghadapi AEC. Karena itu kami pun akan menggelar pameran dan konferensi permesinan dan pengerjaan logam terbesar se-ASEAN Metalex 2014 di Bangkok 19-22 November sebagai perhelatan dunia industri Thailand dengan Indonesia menyambut AEC 2015," katanya.
(gpr)