BBM Naik, Pertamina Diuntungkan
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (persero) menegaskan sangat diuntungkan dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi karena membuat keuangan perseroan lebih sehat.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, Pertamina sangat diuntungkan dengan kenaikan harga BBM bersubsidi karena cash in ke perusahaan lebih besar dari cash flow sehingga lebih bagus untuk Pertamina.
Artinya, lanjut Hanung, penggantian subsidi BBM dari pemerintah kepada Pertamina semakin kecil sehingga outstanding bulanan menjadi lebih kecil sehingga membuat kondisi keuangan lebih sehat.
“Kalau sekarang misalnya Rp6.500 untuk Premium harga keekonomiannya sekian, ini subsidi yang di bayar pemerintah besar. Kalau naik Rp2.000-Rp3.000 per liter sehari-hari langsung masuk Pertamina sehingga cash flow semakin baik disamping itu beban subsidi energi semakin kecil,” kata dia di Jakarta, Kamis (25/9/2014).
Namun demikian, lanjut Hanung, kenaikan harga BBM bersubsidi merupakan domain pemerintah. Menurutnya, tidak adala pilihan lain dalam mengatasi beban subsidi yang berat dengan menaikan harga BBM bersubsidi dan mensukseskan program konversi BBM ke Bahan Bakar Gas (BBG).
“Kita pernah punya success story konversi minyak tanah ke elpiji. Waktu itu ada political will yang kuat, leadership yang kuat dan yang menjalankan adalah organisasi handal yakni Pertamina. Sekarang sudah 55 juta rumah tangga menggunakan elpiji 3 kg dan penghematannya luar biasa,” jelas Hanung.
Hanung merinci, saat ini konsumsi minyak tanah turun dari sekitar 12 juta kiloliter (kl) menjadi hanya sekitar 900.000 kl. Penghematan negara dari konversi ini rata-rata gross Rp90 triliun setiap tahunnya.
“Ke depan Pertamina siap membangun infrastruktur BBG. Kenapa siap? karena Pertamina punya lebih 5000 SPBU. Jawa Bali ada 3.200 SPBU, Pertamina bisa siapkan setidaknya 5% dari SPBU di Jawa Bali kita konversi dengan menambah fasilitas BBG,” kata dia.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, Pertamina sangat diuntungkan dengan kenaikan harga BBM bersubsidi karena cash in ke perusahaan lebih besar dari cash flow sehingga lebih bagus untuk Pertamina.
Artinya, lanjut Hanung, penggantian subsidi BBM dari pemerintah kepada Pertamina semakin kecil sehingga outstanding bulanan menjadi lebih kecil sehingga membuat kondisi keuangan lebih sehat.
“Kalau sekarang misalnya Rp6.500 untuk Premium harga keekonomiannya sekian, ini subsidi yang di bayar pemerintah besar. Kalau naik Rp2.000-Rp3.000 per liter sehari-hari langsung masuk Pertamina sehingga cash flow semakin baik disamping itu beban subsidi energi semakin kecil,” kata dia di Jakarta, Kamis (25/9/2014).
Namun demikian, lanjut Hanung, kenaikan harga BBM bersubsidi merupakan domain pemerintah. Menurutnya, tidak adala pilihan lain dalam mengatasi beban subsidi yang berat dengan menaikan harga BBM bersubsidi dan mensukseskan program konversi BBM ke Bahan Bakar Gas (BBG).
“Kita pernah punya success story konversi minyak tanah ke elpiji. Waktu itu ada political will yang kuat, leadership yang kuat dan yang menjalankan adalah organisasi handal yakni Pertamina. Sekarang sudah 55 juta rumah tangga menggunakan elpiji 3 kg dan penghematannya luar biasa,” jelas Hanung.
Hanung merinci, saat ini konsumsi minyak tanah turun dari sekitar 12 juta kiloliter (kl) menjadi hanya sekitar 900.000 kl. Penghematan negara dari konversi ini rata-rata gross Rp90 triliun setiap tahunnya.
“Ke depan Pertamina siap membangun infrastruktur BBG. Kenapa siap? karena Pertamina punya lebih 5000 SPBU. Jawa Bali ada 3.200 SPBU, Pertamina bisa siapkan setidaknya 5% dari SPBU di Jawa Bali kita konversi dengan menambah fasilitas BBG,” kata dia.
(gpr)