Petani Jabar Minta Kompensasi Kekeringan dari Pemerintah
A
A
A
Kekeringan yang melanda sejumlah di Jawa Barat mengancam penurunan produktivitas padi di kawasan tersebut. Bahkan, banyak petani terancam gagal panen karena kekeringan ini mengakibatkan puso.
Ketua Forum Petani Tasikmalaya Yuyun menyebutkan, di Tasikmalaya kota saja ada beberapa daerah yang mengalami kekeringan parah. Jumlah luasnya hingga ratusan hektar dan membuat petani harus gigit jari karena terancam memanen padi yang di tanamnya.
"Di kecamatan Kawaluh, Mangkubumi, Tamansari, Cibeureum dan lain-lain kekeringannya tergolong parah. Ada yang puso bahkan. Dan luasnya mencapai ratusan hektar," ujarnya saat dihubungi, Kamis (25/9/2014).
Dia menyebutkan, pihak dinas terkait sudah melakukan inventarisasi data petani yang lahannya terdampak kekeringan. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan kompensasi kepada petani agar lebih teringankan beban kerugiannya.
"Asalkan jangan sampai seperti tahun lalu. Ada inventarisasi cuma formalitas. Tidak ada kelanjutannya. Petani ini jangan dijadikan 'talenan' pengganjal saja. Karena keberadaan mereka sangat vital," katanya.
Dia mengakui, sejauh ini belum ada pembicaraan lebih lanjut dengan pihak dinas terkait mengenai kelanjutan hasil inventarisasi ini. Pihaknya belum mengetahui apakah hasil inventarisasi ini sudah diajukan ke kementerian atau belum.
"Pada dasarnya para petani sepakat agar pencairan kompensasi tersebut tidak dalam bentuk uang. Karena kalau bentuknya uang akan cepat habis dalam waktu singkat," katanya.
Dia mencontohkan, pencairan kompensasi tersebut seperti yang dilakukan di Rajapolah kabupaten Tasikmalaya. Di sana, kata dia, para petani yang terdampak kekeringan menerima kompensasi dalam bentuk pupuk. Banyaknya karung pupuk disesuaikan dengan luasnya lahan yang terdampak.
Dengan begitu, kata dia, para petani selalu memiliki modal pupuk yang bisa digunakan untuk masa tanam berikutnya. "Tahun lalu di kabupaten (Tasikmalaya) ada skema seperti itu. Sementara di kota (Tasikmalaya) nol," sebutnya.
Dia berharap dinas terkait merealisasikan hal serupa agar para petani juga tidak menjadi putus asa karena dampak kekeringan ini. "Kasihan para petani, kerugian mereka sangat besar akibat dari kekeringan ini," imbuhnya.
Menurutnya, kita sudah tidak lagi bersahabat dengan alam. Sehingga cukup sulit untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada musim tanam hingga masa panen.
"Sempat ada kesepakatan untuk gencar menanam palawija untuk menekan angka kerugian. Tetapi, kami juga khawatir akan datangnya hujan di awal-awal masa tanam kedelai misalnya. Akhirnya, kalaupun mau menanam palawija seperti kedelai, para petani bersepakat untuk menunggu masa tanam yang pas agar bisa berbarengan," tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian RI Suswono menilai kekeringan yang melanda beberapa daerah di Indonesia tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap produksi padi. Menurutnya, persentase kekeringan dengan puso sangat jomplang sehingga produksi padi masih dalam kondisi aman.
"Dari total kekeringan yang terjadi di beberapa di Indonesia hanya 9000 hektar yang puso. Sekitar 120.000 hektar lainnya masih dalam batas kekeringan yang wajar," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, prediksi akan adanya el-nino juga meleset. Sehingga produksi pangan aman. Walaupun begitu, pihaknya terus mewaspadai kemungkinan-kemungkinan terburuk. Daerah-daerah yang terkena irigasi, terus dipantau, tanaman yang masih ada diamankan, atau memaksimalkan air irigasi dengan pompanisasi.
"Ada beberapa waduk untuk irigasi dalam kondisi waspada seperti Waduk Cirata di Jabar. Namun tidak perlu dikhawatirkan, karena masih bisa menyuplai air ke lahan-lahan irigasi di sekitarnya," katanya.
Berdasarkan data dari Perum Bulog Regional Jawa Barat, stok beras di wilayahnya aman hingga lima bulan ke depan atau Februari 2015. Per 9 September 2014, stok beras di gudang Bulog divre Jabar mencapai 188.384 ton.
Ketua Forum Petani Tasikmalaya Yuyun menyebutkan, di Tasikmalaya kota saja ada beberapa daerah yang mengalami kekeringan parah. Jumlah luasnya hingga ratusan hektar dan membuat petani harus gigit jari karena terancam memanen padi yang di tanamnya.
"Di kecamatan Kawaluh, Mangkubumi, Tamansari, Cibeureum dan lain-lain kekeringannya tergolong parah. Ada yang puso bahkan. Dan luasnya mencapai ratusan hektar," ujarnya saat dihubungi, Kamis (25/9/2014).
Dia menyebutkan, pihak dinas terkait sudah melakukan inventarisasi data petani yang lahannya terdampak kekeringan. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan kompensasi kepada petani agar lebih teringankan beban kerugiannya.
"Asalkan jangan sampai seperti tahun lalu. Ada inventarisasi cuma formalitas. Tidak ada kelanjutannya. Petani ini jangan dijadikan 'talenan' pengganjal saja. Karena keberadaan mereka sangat vital," katanya.
Dia mengakui, sejauh ini belum ada pembicaraan lebih lanjut dengan pihak dinas terkait mengenai kelanjutan hasil inventarisasi ini. Pihaknya belum mengetahui apakah hasil inventarisasi ini sudah diajukan ke kementerian atau belum.
"Pada dasarnya para petani sepakat agar pencairan kompensasi tersebut tidak dalam bentuk uang. Karena kalau bentuknya uang akan cepat habis dalam waktu singkat," katanya.
Dia mencontohkan, pencairan kompensasi tersebut seperti yang dilakukan di Rajapolah kabupaten Tasikmalaya. Di sana, kata dia, para petani yang terdampak kekeringan menerima kompensasi dalam bentuk pupuk. Banyaknya karung pupuk disesuaikan dengan luasnya lahan yang terdampak.
Dengan begitu, kata dia, para petani selalu memiliki modal pupuk yang bisa digunakan untuk masa tanam berikutnya. "Tahun lalu di kabupaten (Tasikmalaya) ada skema seperti itu. Sementara di kota (Tasikmalaya) nol," sebutnya.
Dia berharap dinas terkait merealisasikan hal serupa agar para petani juga tidak menjadi putus asa karena dampak kekeringan ini. "Kasihan para petani, kerugian mereka sangat besar akibat dari kekeringan ini," imbuhnya.
Menurutnya, kita sudah tidak lagi bersahabat dengan alam. Sehingga cukup sulit untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada musim tanam hingga masa panen.
"Sempat ada kesepakatan untuk gencar menanam palawija untuk menekan angka kerugian. Tetapi, kami juga khawatir akan datangnya hujan di awal-awal masa tanam kedelai misalnya. Akhirnya, kalaupun mau menanam palawija seperti kedelai, para petani bersepakat untuk menunggu masa tanam yang pas agar bisa berbarengan," tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian RI Suswono menilai kekeringan yang melanda beberapa daerah di Indonesia tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap produksi padi. Menurutnya, persentase kekeringan dengan puso sangat jomplang sehingga produksi padi masih dalam kondisi aman.
"Dari total kekeringan yang terjadi di beberapa di Indonesia hanya 9000 hektar yang puso. Sekitar 120.000 hektar lainnya masih dalam batas kekeringan yang wajar," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, prediksi akan adanya el-nino juga meleset. Sehingga produksi pangan aman. Walaupun begitu, pihaknya terus mewaspadai kemungkinan-kemungkinan terburuk. Daerah-daerah yang terkena irigasi, terus dipantau, tanaman yang masih ada diamankan, atau memaksimalkan air irigasi dengan pompanisasi.
"Ada beberapa waduk untuk irigasi dalam kondisi waspada seperti Waduk Cirata di Jabar. Namun tidak perlu dikhawatirkan, karena masih bisa menyuplai air ke lahan-lahan irigasi di sekitarnya," katanya.
Berdasarkan data dari Perum Bulog Regional Jawa Barat, stok beras di wilayahnya aman hingga lima bulan ke depan atau Februari 2015. Per 9 September 2014, stok beras di gudang Bulog divre Jabar mencapai 188.384 ton.
(gpr)