Harga Minyak WTI dan Brent Turun

Senin, 29 September 2014 - 10:04 WIB
Harga Minyak WTI dan Brent Turun
Harga Minyak WTI dan Brent Turun
A A A
SINGAPURA - Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun dari harga tertinggi dalam tujuh hari terakhir karena meredanya kekhawatiran terhadap risiko gangguan suplai minyak di Timur Tengah. Penurunan harga juga dialami minyak brent.

Kontrak berjangka (futures) turun sebanyak 0,7% di New York. Harga ditutup naik dalam pekan kedua di 26 September dan diperdagangkan turun terhadap brent dalam setahun terakhir karena suplai yang cukup untuk melindungi pasar global di tengah serangan militer Amerika Serikat (AS) terhadap Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Dalam serangan terbaru yang dilakukan selama akhir pekan ini, pesawat AS, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menyerang empat kilang di Suriah, yang dikuasai oleh kelompok militan ISIS.

"Keuntungan WTI di bulan depan begitu besar, sehingga sekarang kita dapat melihat beberapa aksi ambil untung. Banyak likuidasi dalam dua bulan terakhir karena naiknya harga setelah serangan militer dimulai, tetapi sejauh ini belum ada ganguan suplai, kata Manajer di Newedge Ken Hasegawa seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (29/9/2014).

WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman November turun sebanyak 62 sen menjadi USD92,92 per barel dibanding akhir pekan lalu di harga USD USD93,54 dan berada di USD92,99 pada pukul 09.10 pagi waktu Singapura.

Pada 26 September, kontrak tersebut naik USD1,01 ke USD93,54 dan menjadi penutupan tertinggi sejak 17 September. Semua volume berjangka yang diperdagangkan sekitar 15% di atas rata-rata 100 hari. Harga turun 3,15 sepanjang bulan ini dan 5,5% sepanjang tahun ini.

Adapun minyak brent di ICE Futures Europe Exchange, London untuk pengiriman November turun sebanyak 38 sen atau 0,4% ke USD96,62 per barel. Premi minyak mentah patokan Eropa ini terhadap WTI diperdagangkansebesar USD3,75, turun dibanding akhir pekan lalu sebesar USD3,46.

Serangan yang dipimpin AS di Suriah melawan ISIS, yang dimulai bulan lalu jauh dari wilayah selatan, yang merupakan lumbung minyak dari produsen terbesar kedua di Organisasi Negara-negara Pengespor Minyak (OPEC) itu.

Sementara di Rusia, Igor Sechin yang merupakan CEO dari produsen minyak milik negara, Rosneft OAO dan sekutu lama Presiden Vladimir Putin mengatakan, sanksi AS tidak akan mencegah penemuan cadangan minyak baru. Perusahaan yang dipimpinnya bersama dengan Exxon Mobil Corp melakukan penemuan minyak mentah miliaran barel di wilayah Laut Kara Samudera Arktik.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5306 seconds (0.1#10.140)