Migrasi Elpiji Tidak Terjadi di Jateng
A
A
A
SEMARANG - Kenaikan harga elpiji 12 kg beberapa waktu lalu sempat dikhawatirkan terjadi migrasi besar-besaran ke elpji 3 kg, namun nampaknya tidak terjadi.
Pasalnya, konsumsi elpiji 3 kg di masyarakat di Jawa Tengah (Jateng) masih normal. Berdasarkan data dari Pertamina Marketing Operasi (MOR) IV Jateng dan DIY, konsumsi elpiji 12 kg dari Januari sampai Agustus sebesar 77.778 matrik ton. Sedangkan untuk elpiji 3 kg dari Januari sampai Agustus sebesar 535.834 matrik ton.
Justru kenaikan konsumsi elpiji 3 kg terjadi pada Juli yang mencapai 73 ribu matrik ton. Kenaikan ini dikarenakan bertepatan dengan Ramadan dan Lebaran.
"Untuk September sampai tanggal 23 konsumsi elpiji 12 kg di Jateng dan DIY sebesar 6.964 matrik ton. Sedangkan elpiji 3 kg sebesar 52.630 matrik ton," kata External Relation PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV Jawa Tengah-DIY Robert MV Dumatubun.
Menurutnya, apa yang dikhawatirkan selama ini tidak terjadi, karena sejak kenaikan harga elpiji 12 kg, konsumsi elpiji 3 kg masih normal.
"Berkaca pada kenaikan harga elpiji 12 kg pada April, di mana diperkirakan akan terjadi migrasi sebesar 10%, pada kenyataanya hanya di bawah 3% dan sekarang pun konsumsinya masih normal," tuturnya.
Wakil Ketua Hiswana Migas Jateng Trianto Cahyo Legowo mengakui, permintaan elpiji tabung melon memang masih normal.
"Kalau kenaikan tahun lalu waktu ada kenaikan harga elpiji 12 kg langsung terjadi migrasi dan itu sangat dirasakan, tetapi kali ini tidak," ujar dia.
Dia mengatakan, masih normalnya permintaan elpiji 3 kg di pasaran karena segmentasi elpiji 12 kg adalah rumah tangga menengah ke bawah dan pemilik usaha.
"Mereka yang sebelumnya menggunakan 12 kg tidak migrasi karena berpikir tidak mau repot harus beli tabung gas kecil dan harus bolak-balik beli gas," pungkasnya.
Pasalnya, konsumsi elpiji 3 kg di masyarakat di Jawa Tengah (Jateng) masih normal. Berdasarkan data dari Pertamina Marketing Operasi (MOR) IV Jateng dan DIY, konsumsi elpiji 12 kg dari Januari sampai Agustus sebesar 77.778 matrik ton. Sedangkan untuk elpiji 3 kg dari Januari sampai Agustus sebesar 535.834 matrik ton.
Justru kenaikan konsumsi elpiji 3 kg terjadi pada Juli yang mencapai 73 ribu matrik ton. Kenaikan ini dikarenakan bertepatan dengan Ramadan dan Lebaran.
"Untuk September sampai tanggal 23 konsumsi elpiji 12 kg di Jateng dan DIY sebesar 6.964 matrik ton. Sedangkan elpiji 3 kg sebesar 52.630 matrik ton," kata External Relation PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV Jawa Tengah-DIY Robert MV Dumatubun.
Menurutnya, apa yang dikhawatirkan selama ini tidak terjadi, karena sejak kenaikan harga elpiji 12 kg, konsumsi elpiji 3 kg masih normal.
"Berkaca pada kenaikan harga elpiji 12 kg pada April, di mana diperkirakan akan terjadi migrasi sebesar 10%, pada kenyataanya hanya di bawah 3% dan sekarang pun konsumsinya masih normal," tuturnya.
Wakil Ketua Hiswana Migas Jateng Trianto Cahyo Legowo mengakui, permintaan elpiji tabung melon memang masih normal.
"Kalau kenaikan tahun lalu waktu ada kenaikan harga elpiji 12 kg langsung terjadi migrasi dan itu sangat dirasakan, tetapi kali ini tidak," ujar dia.
Dia mengatakan, masih normalnya permintaan elpiji 3 kg di pasaran karena segmentasi elpiji 12 kg adalah rumah tangga menengah ke bawah dan pemilik usaha.
"Mereka yang sebelumnya menggunakan 12 kg tidak migrasi karena berpikir tidak mau repot harus beli tabung gas kecil dan harus bolak-balik beli gas," pungkasnya.
(izz)