Jelang Data Minyak, WTI Rebound dari Penurunan Terbesar

Rabu, 01 Oktober 2014 - 10:38 WIB
Jelang Data Minyak,...
Jelang Data Minyak, WTI Rebound dari Penurunan Terbesar
A A A
SINGAPURA - Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berhasil menguat (rebound) dari penurunan terbesar dalam 22 bulan menjelang data persediaan minyak di Amerika Serikat (AS), yang mungkin menandakan meningkatnya permintaan bahan bakar AS.

Kontrak berjangka (futures) naik sebanyak 0,4% di New York. Survei Bloomberg sebelum laporan pemerintah hari ini memperkirakan, stok minyak mentah bertambah 1,5 juta barel pekan lalu, sementara persediaan bensin diperkirakan telah menurun.

Indeks manufaktur China pada bulan September tidak berubah dari Agustus. Menurut UBS AG dan Barclays Plc, penurunan terburuk harga minyak global telah berakhir karena Arab Saudi memangkas produksi dan permintaan global menguat.

"Rebound terjadi sebagai perilaku short-covering setelah koreksi tajam semalam. Risiko yang menguntungkan ke depan mungkin OPEC merasa tidak nyaman dengan penurunan harga minyak," kata ekonom Oversea-Chinese Banking Corp Barnabas Gan seperti dilansir dari Bloomberg, Rabu (1/10/2014).

WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman November naik sebanyak 39 sen menjadi USD91,55 per barel dan berada di USD91,43 pada pukul 10.25 siang waktu Singapura. WTI kemarin meluncur USD3,41 ke USD91,16, penutupan terendah sejak 1 Mei 2013.

Semua volume berjangka yang diperdagangkan sekitar 4% di bawah rata-rata 100 hari. Harga minyak WTI anjlok 13% pada kuartal ini, turun 7,1% sepanjang tahun ini.

Brent di ICE Futures Europe Exchange, London untuk pengiriman November naik sebanyak 49 sen atau 0,5% ke USD95,16 per barel. Harga itu turun USD2,53 ke USD94,67 kemarin, penutupan terendah sejak 28 Juni 2012. Premi patokan minyak mentah Eropa ini terhadap WTI sebesar USD3,51.

Produsen minyak terbesar di OPEC, Arab Saudi mengurangi produksinya pada bulan Agustus yang terbesar dalam 20 bulan terakhir. Para ahli mengatakan pada tanggal 26 September yang lalu bahwa, langkah tersebut akan mempertahankan produksi pada level yang rendah hingga akhir tahun setelah meningkatnya permintaan bahan bakar pada musim dingin.

Sementara Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan tambahan konsumsi sebesar 600.000 barel per hari sampai Desember mendatang, dibandingkan dengan kuartal terakhir. Survei Bloomberg menjelang data Administrasi Informasi Energi memperkirakan, stok minyak mentah AS diperkirakan akan meningkat menjadi 359,5 juta pada pekan yang berakhir 26 September 2014.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5685 seconds (0.1#10.140)