Mesir Berminat Impor Kopi Robusta Sumsel
A
A
A
PALEMBANG - Guna mengenal lebih dekat produksi kopi Sumatera Selatan, sejumlah pengusaha asal Mesir mendatangi Pemprov Sumsel dan sepakat untuk impor kopi robusta sebanyak 300 ton perbulan, mulai akhir Oktober 2014.
Atase Perdagangan KBRI Kairo, Lauti Nia Astrisutedja mengatakan, sedikitnya ada sembilan investor Mesir yang hadir menemui Gubernur Sumsel Alex Noerdin kemarin. Kehadiran mereka ini merupakan tindak lanjut dari pameran multisektor di KBRI Kairo September lalu. Hal ini sejalan dengan dorongan dari pihak Kementerian Perindustrian dan Perdagangan agar kopi andalan Indonesia, salah satunya produksi dari tanah Sumsel, bisa menjadi komoditi ekspor yang bernilai tinggi.
Sebelumnya, jelas Lauti, Mesir hanya mengenal kopi yang berasal dari Brazil, Amerika Latin. Mereka akui belum mengenal dengan baik yang mana kopi Indonesia, terutama kopi terbaiknya yang berasal dari Sumsel. Padahal, 70% produksi kopi sudah diekspor ke Mesir.
“Kini mereka tertarik untuk impor kopi jenis robusta dari Sumsel,” jelas Lauti di ruang rapat gubernur, Senin (13/10/2014).
Chief Executive Officer Haggag Compeny, Hassan Sayed Haggag mengatakan, pihaknya adalah distributor terbesar untuk kopi yang berasal dari seluruh dunia seperti kopi Brazil, India, Kolombia, Vietnam, serta sebagian dari Indonesia.
Pihaknya siap menjadi importir kopi asli Sumsel dengan sistem pembayaran cash and carrier. Sebab, kopi robusta Sumsel dinilai beraroma nikmat dengan kepekatan yang pas. “Tapi, kami memerlukan adanya sertifikat ekspor resmi dengan jaminan kualitas dan cepatnya pengiriman,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Sumsel Alex Noerdin melalui Kadisperindag Sumsel Permana mengatakan, Sumsel menyambut ketertarikan para importir Mesir tersebut. Hanya saja diakuinya saat ini pintu keluar komoditi Sumsel masih terpusat melalui Tarahan, Tanjung Priuk, dan Belawan. Hal ini tentu dapat mengurangi pendapatan ekspor dan pajak bagi Sumsel sendiri.
“Ya, upaya mengekspor komoditi dari pintu TAA maupun Boombaru sampai sekarang belum terwujud. Karena itu keyword-nya, Gubernur akan segera mempercepat pembangunan sarana dan infrastruktur pelabuhan TAA,” terang Permana.
Dia menjelaskan, Sumsel bukan tidak mampu memenuhi permintaan Mesir yang hampir 300 ton kopi robusta perbulan, tapi pintu keluar adalah belenggu bagi ekspor Sumsel. Sementara produksi kopi di Sumsel sendiri sebanyak 9.000 ton perbulan yang dipasok dari OKU Selatan, Muaraenim, Lahat, dan Empat Lawang.
“Satu lagi kendala kita, para petani kita ini belum memiliki jaminan kualitas dan kecepatan hasil produksi. Tapi, kami tentu akan terus lakukan pembinaan lebih jauh,” pungkas dia.
Atase Perdagangan KBRI Kairo, Lauti Nia Astrisutedja mengatakan, sedikitnya ada sembilan investor Mesir yang hadir menemui Gubernur Sumsel Alex Noerdin kemarin. Kehadiran mereka ini merupakan tindak lanjut dari pameran multisektor di KBRI Kairo September lalu. Hal ini sejalan dengan dorongan dari pihak Kementerian Perindustrian dan Perdagangan agar kopi andalan Indonesia, salah satunya produksi dari tanah Sumsel, bisa menjadi komoditi ekspor yang bernilai tinggi.
Sebelumnya, jelas Lauti, Mesir hanya mengenal kopi yang berasal dari Brazil, Amerika Latin. Mereka akui belum mengenal dengan baik yang mana kopi Indonesia, terutama kopi terbaiknya yang berasal dari Sumsel. Padahal, 70% produksi kopi sudah diekspor ke Mesir.
“Kini mereka tertarik untuk impor kopi jenis robusta dari Sumsel,” jelas Lauti di ruang rapat gubernur, Senin (13/10/2014).
Chief Executive Officer Haggag Compeny, Hassan Sayed Haggag mengatakan, pihaknya adalah distributor terbesar untuk kopi yang berasal dari seluruh dunia seperti kopi Brazil, India, Kolombia, Vietnam, serta sebagian dari Indonesia.
Pihaknya siap menjadi importir kopi asli Sumsel dengan sistem pembayaran cash and carrier. Sebab, kopi robusta Sumsel dinilai beraroma nikmat dengan kepekatan yang pas. “Tapi, kami memerlukan adanya sertifikat ekspor resmi dengan jaminan kualitas dan cepatnya pengiriman,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Sumsel Alex Noerdin melalui Kadisperindag Sumsel Permana mengatakan, Sumsel menyambut ketertarikan para importir Mesir tersebut. Hanya saja diakuinya saat ini pintu keluar komoditi Sumsel masih terpusat melalui Tarahan, Tanjung Priuk, dan Belawan. Hal ini tentu dapat mengurangi pendapatan ekspor dan pajak bagi Sumsel sendiri.
“Ya, upaya mengekspor komoditi dari pintu TAA maupun Boombaru sampai sekarang belum terwujud. Karena itu keyword-nya, Gubernur akan segera mempercepat pembangunan sarana dan infrastruktur pelabuhan TAA,” terang Permana.
Dia menjelaskan, Sumsel bukan tidak mampu memenuhi permintaan Mesir yang hampir 300 ton kopi robusta perbulan, tapi pintu keluar adalah belenggu bagi ekspor Sumsel. Sementara produksi kopi di Sumsel sendiri sebanyak 9.000 ton perbulan yang dipasok dari OKU Selatan, Muaraenim, Lahat, dan Empat Lawang.
“Satu lagi kendala kita, para petani kita ini belum memiliki jaminan kualitas dan kecepatan hasil produksi. Tapi, kami tentu akan terus lakukan pembinaan lebih jauh,” pungkas dia.
(gpr)