BI Optimistis Transaksi Berjalan Terus Membaik
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menilai secara umum defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) tahun ini akan membaik.
Hal itu didukung beberapa hal, di antaranya selesainya persoalan ekspor mineral dan membaiknya ekspor nonmigas.
"Jadi kita menyambut baik bahwa ternyata di-forecast yang terakhir current account kita mengalami perbaikan," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta kemarin.
Membaiknya defisit transaksi berjalan, lanjut dia, juga akan membuat fundamental ekonomi Indonesia lebih baik. Hingga kuartal II/2014, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar 4,27% dari produk domestik bruto (PDB) atau senilai USD9,1 miliar. Namun, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal selanjutnya membaik menjadi 3,8% atau senilai USD8 miliar. Perbaikan itu diharapkan terus berlanjut di kuartal berikutnya dan hingga 2015.
Namun, lanjut Agus, saat ini pemerintah dan BI harus bersama- sama mempersiapkan diri seandainya tingkat bunga di Amerika membaik. Agus menambahkan, saat ini BI masih sangat memperhatikan risiko inflasi mengingat bulan November akan ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan mendorong naiknya inflasi.
Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebutkan, defisit hingga akhir tahun diperkirakan turun ke level 3,2%, lebih baik dari tahun lalu sebesar 3,3%. Salah satu penyebabnya adalah peningkatan ekspor konsentrat.
Dia menuturkan, ada tambahan ekspor yang cukup besar pada kuartal III sekitar USD1,7 miliar berkat ekspor konsentrat yang sudah mulai berjalan. Sementara di sisi impor, terutama nonmigas, diperkirakan masih turun. Kemudian, impor dari sisi neraca jasa juga menurutnya akan turun dibandingkan pada kuartal kedua yang tinggi akibat musim pembayaran kupon dan repatriasi. "Sehingga secara keseluruhan tahun, kami memperkirakan defisit transaksi berjalan akan mencapai USD27 miliar atau kurang lebih 3,2% dari PDB," tuturnya.
Perry mengatakan, defisit transaksi berjalan masih sulit diturunkan karena tingginya tekanan impor, terutama BBM. Namun, defisit diyakini menipis jika pemerintahan baru mengimplementasikan kebijakan kenaikan harga. Menurut dia, setiap kenaikan Rp1.000 per liter akan mengurangi defisit hingga USD1 miliar.
Namun, dia mengakui bahwa kenaikan harga BBM juga akan memicu naiknya inflasi. Jika pemerintah menaikkan harga BBM Rp3.000 per liter, kata dia, maka inflasi akan bertambah 3-3,5%. Titik tengah kenaikan inflasi menurutnya adalah 3,2%, tergantung pada efek putaran kedua dan ketiga dari kenaikan harga BBM.
Sebelumnya Tim Bank Ekonomi Mandiri memperhitungkan berbagai skenario kenaikan harga BBM. Dengan skenario kenaikan harga BBM di akhir 2014 sebesar Rp1.000 per liter, maka penghematan subsidi dalam setahun bisa mencapai Rp47 triliun, sedangkan inflasi 2014 mencapai 6,21%, pertumbuhan ekonomi 5,28%, defisit transaksi berjalan 2014 mencapai 3,16%,. Sementara jika harga BBM dinaikkan Rp3.000 per liter pada akhir 2014, maka penghematan anggaran dalam setahun bisa Rp141 triliun, inflasi keseluruhan tahun 2014 mencapai 8,47% dan pertumbuha nekonomi mencapai 5,25%.
Sementara jika pemerintah baru menaikkan harga BBM di awal 2015, misalnya sebesar Rp3.000 per liter, maka inflasi pada tahun tersebut akan mencapai 8,84%, defisit transaksi berjalan sebesar 2,67%, dan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,23%.
Kunthi fahmar sandy
SABTU 25 OKTOBER 2014
Hal itu didukung beberapa hal, di antaranya selesainya persoalan ekspor mineral dan membaiknya ekspor nonmigas.
"Jadi kita menyambut baik bahwa ternyata di-forecast yang terakhir current account kita mengalami perbaikan," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta kemarin.
Membaiknya defisit transaksi berjalan, lanjut dia, juga akan membuat fundamental ekonomi Indonesia lebih baik. Hingga kuartal II/2014, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar 4,27% dari produk domestik bruto (PDB) atau senilai USD9,1 miliar. Namun, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal selanjutnya membaik menjadi 3,8% atau senilai USD8 miliar. Perbaikan itu diharapkan terus berlanjut di kuartal berikutnya dan hingga 2015.
Namun, lanjut Agus, saat ini pemerintah dan BI harus bersama- sama mempersiapkan diri seandainya tingkat bunga di Amerika membaik. Agus menambahkan, saat ini BI masih sangat memperhatikan risiko inflasi mengingat bulan November akan ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan mendorong naiknya inflasi.
Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebutkan, defisit hingga akhir tahun diperkirakan turun ke level 3,2%, lebih baik dari tahun lalu sebesar 3,3%. Salah satu penyebabnya adalah peningkatan ekspor konsentrat.
Dia menuturkan, ada tambahan ekspor yang cukup besar pada kuartal III sekitar USD1,7 miliar berkat ekspor konsentrat yang sudah mulai berjalan. Sementara di sisi impor, terutama nonmigas, diperkirakan masih turun. Kemudian, impor dari sisi neraca jasa juga menurutnya akan turun dibandingkan pada kuartal kedua yang tinggi akibat musim pembayaran kupon dan repatriasi. "Sehingga secara keseluruhan tahun, kami memperkirakan defisit transaksi berjalan akan mencapai USD27 miliar atau kurang lebih 3,2% dari PDB," tuturnya.
Perry mengatakan, defisit transaksi berjalan masih sulit diturunkan karena tingginya tekanan impor, terutama BBM. Namun, defisit diyakini menipis jika pemerintahan baru mengimplementasikan kebijakan kenaikan harga. Menurut dia, setiap kenaikan Rp1.000 per liter akan mengurangi defisit hingga USD1 miliar.
Namun, dia mengakui bahwa kenaikan harga BBM juga akan memicu naiknya inflasi. Jika pemerintah menaikkan harga BBM Rp3.000 per liter, kata dia, maka inflasi akan bertambah 3-3,5%. Titik tengah kenaikan inflasi menurutnya adalah 3,2%, tergantung pada efek putaran kedua dan ketiga dari kenaikan harga BBM.
Sebelumnya Tim Bank Ekonomi Mandiri memperhitungkan berbagai skenario kenaikan harga BBM. Dengan skenario kenaikan harga BBM di akhir 2014 sebesar Rp1.000 per liter, maka penghematan subsidi dalam setahun bisa mencapai Rp47 triliun, sedangkan inflasi 2014 mencapai 6,21%, pertumbuhan ekonomi 5,28%, defisit transaksi berjalan 2014 mencapai 3,16%,. Sementara jika harga BBM dinaikkan Rp3.000 per liter pada akhir 2014, maka penghematan anggaran dalam setahun bisa Rp141 triliun, inflasi keseluruhan tahun 2014 mencapai 8,47% dan pertumbuha nekonomi mencapai 5,25%.
Sementara jika pemerintah baru menaikkan harga BBM di awal 2015, misalnya sebesar Rp3.000 per liter, maka inflasi pada tahun tersebut akan mencapai 8,84%, defisit transaksi berjalan sebesar 2,67%, dan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,23%.
Kunthi fahmar sandy
SABTU 25 OKTOBER 2014
(bbg)