Pertamina Siapkan Investasi Rp200 T Tingkatkan Kapasitas Kilang
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) akan meningkatkan kapasitas kilang pengolahan dari saat ini sebanyak 1,05 juta barel per hari menjadi 1,6 juta barel per hari.
Perkiraan investasi untuk program tersebut dalam enam tahun ke depan mencapai Rp200 triliun. Direktur Niaga dan Pemasaran Pertamina Hanung Budya mengatakan, program yang disebut Refinery Development Master Plan (RDMP) itu upaya Pertamina meningkatkan ketahanan energi Indonesia. “Dengan peningkatan kapasitas kilang ini, akan mengurangi ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM),” tuturnya di Jakarta kemarin. Menurut dia, peningkatan kapasitas oleh kilang menjadi 1,6 juta barel minyak mentah per hari tersebut akan menaikkan produksi BBM jenis premium hingga tiga kali lipat dan solar dua kali lipat.
Anggaran RDMP itu memang lebih tinggi dibandingkan kebutuhan untuk membangun kilang baru berkapasitas 300.000 barel per hari dengan perkiraan investasi USD12 miliar. Namun, peningkatan kapasitas kilang dengan skema tersebut bisa lebih dari dua kali kilang baru. Saat ini Indonesia masih mengimpor 70% BBM jenis premium untuk kebutuhan nasional. Sementara solar sebanyak 30% dari total kebutuhan juga diperoleh dari impor. Total impor kedua produk tersebut mencapai 13 juta kiloliter (kl) per tahun.
Kebutuhan impor kedua jenis BBM tersebut dipastikan bakal terus meningkat mengingat pertumbuhan pemakaiannya mencapai 8-9% per tahun. Hanung menambahkan, selain RDMP, Pertamina juga akan membangun kilang baru bersama mitra. Kebutuhan kilang baru untuk mencapai swasembada BBM adalah tiga unit dengan kapasitas masingmasing 300.000 barel per hari. “Kalau RDMP dan pembangunan tiga kilang baru ini selesai dalam delapan tahun, Indonesia baru bisa mandiri BBM pada 2022,” ungkapnya.
Manajer Humas Pertamina Adiatma Sardjito menambahkan, Pertamina masih meneruskan kerja sama pembangunan kilang baru bersama Saudi Aramco Asia (SAA). Pertamina bersama SAA berencana membangun kilang berkapasitas 300.000 barel per hari. Kemitraan dengan SAA merupakan upaya berbagi risiko karena pembangunan kilang baru selain membutuhkan investasi besar, juga perlu kepastian pasokan minyak mentah. Namun, pembangunan kilang dengan SAA tersebut masih menunggu persetujuan insentif fiskal dari pemerintah agar memenuhi keekonomian proyek.
“Dengan demikian, memang kini ada dua inisiatif Pertamina meningkatkan kapasitas kilang yakni RDMP dan bangun kilang baru bersama mitra,” paparnya. Adiatma mengatakan, program RDMP merupakan pilihan logis karena selain kebutuhan insentif fiskal, kilang baru juga memerlukan lahan hingga 1.000 ha dan dermaga dengan laut yang dalam. Di luar Pertamina, pemerintah juga merencanakan pembangunan kilang dengan skema kemitraan pemerintah dan swasta (KPS). Untuk skema KPS, imbuh dia, Pertamina siap memberikan dukungan teknis.
Saat ini Pertamina mengoperasikan enam kilang di seluruh Indonesia dengan total kapasitas 1,047 juta barel minyak per hari. Enam kilang tersebut adalah Dumai, Riau (170.000 barel per hari); Plaju, Sumsel (133.700 barel per hari); Cilacap, Jateng (348.000 barel per hari); Balikpapan, Kaltim (260.000 barel per hari); Balongan, Jabar (125.000 barel per hari); dan Kasim, Papua (10.000 barel per hari).
Ant
Perkiraan investasi untuk program tersebut dalam enam tahun ke depan mencapai Rp200 triliun. Direktur Niaga dan Pemasaran Pertamina Hanung Budya mengatakan, program yang disebut Refinery Development Master Plan (RDMP) itu upaya Pertamina meningkatkan ketahanan energi Indonesia. “Dengan peningkatan kapasitas kilang ini, akan mengurangi ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM),” tuturnya di Jakarta kemarin. Menurut dia, peningkatan kapasitas oleh kilang menjadi 1,6 juta barel minyak mentah per hari tersebut akan menaikkan produksi BBM jenis premium hingga tiga kali lipat dan solar dua kali lipat.
Anggaran RDMP itu memang lebih tinggi dibandingkan kebutuhan untuk membangun kilang baru berkapasitas 300.000 barel per hari dengan perkiraan investasi USD12 miliar. Namun, peningkatan kapasitas kilang dengan skema tersebut bisa lebih dari dua kali kilang baru. Saat ini Indonesia masih mengimpor 70% BBM jenis premium untuk kebutuhan nasional. Sementara solar sebanyak 30% dari total kebutuhan juga diperoleh dari impor. Total impor kedua produk tersebut mencapai 13 juta kiloliter (kl) per tahun.
Kebutuhan impor kedua jenis BBM tersebut dipastikan bakal terus meningkat mengingat pertumbuhan pemakaiannya mencapai 8-9% per tahun. Hanung menambahkan, selain RDMP, Pertamina juga akan membangun kilang baru bersama mitra. Kebutuhan kilang baru untuk mencapai swasembada BBM adalah tiga unit dengan kapasitas masingmasing 300.000 barel per hari. “Kalau RDMP dan pembangunan tiga kilang baru ini selesai dalam delapan tahun, Indonesia baru bisa mandiri BBM pada 2022,” ungkapnya.
Manajer Humas Pertamina Adiatma Sardjito menambahkan, Pertamina masih meneruskan kerja sama pembangunan kilang baru bersama Saudi Aramco Asia (SAA). Pertamina bersama SAA berencana membangun kilang berkapasitas 300.000 barel per hari. Kemitraan dengan SAA merupakan upaya berbagi risiko karena pembangunan kilang baru selain membutuhkan investasi besar, juga perlu kepastian pasokan minyak mentah. Namun, pembangunan kilang dengan SAA tersebut masih menunggu persetujuan insentif fiskal dari pemerintah agar memenuhi keekonomian proyek.
“Dengan demikian, memang kini ada dua inisiatif Pertamina meningkatkan kapasitas kilang yakni RDMP dan bangun kilang baru bersama mitra,” paparnya. Adiatma mengatakan, program RDMP merupakan pilihan logis karena selain kebutuhan insentif fiskal, kilang baru juga memerlukan lahan hingga 1.000 ha dan dermaga dengan laut yang dalam. Di luar Pertamina, pemerintah juga merencanakan pembangunan kilang dengan skema kemitraan pemerintah dan swasta (KPS). Untuk skema KPS, imbuh dia, Pertamina siap memberikan dukungan teknis.
Saat ini Pertamina mengoperasikan enam kilang di seluruh Indonesia dengan total kapasitas 1,047 juta barel minyak per hari. Enam kilang tersebut adalah Dumai, Riau (170.000 barel per hari); Plaju, Sumsel (133.700 barel per hari); Cilacap, Jateng (348.000 barel per hari); Balikpapan, Kaltim (260.000 barel per hari); Balongan, Jabar (125.000 barel per hari); dan Kasim, Papua (10.000 barel per hari).
Ant
(ars)