Kepercayaan Konsumen Global Membaik
A
A
A
LONDON - Kepercayaan konsumen secara global membaik pada kuartal III/2014. Menurut survei yang dilakukan Nielsen, India tetap pasar konsumen yang paling optimistis, sedangkan Italia menjadi yang paling pesimistis.
Indonesia berada di peringkat kedua dengan 125 poin atau mengalami kenaikan dua poin. Di Amerika Serikat (AS) kepercayaan konsumen meningkat saat publik lebih optimistis dengan prospek lapangan kerja dibandingkan kondisi keuangan pribadi mereka. Survei menunjukkan berkurangnya kekhawatiran tentang prospek ekonomi dan lapangan kerja yang secara global dari kuartal II/2014.Meski demikian, Amerika Utara dan Eropa mengalami peningkatan kekhawatiran terkait perang dan terorisme.
"Negara-negara Eropa secara umum paling pesimistis, berkaca pada konflik di Ukraina, melemahnya pertumbuhan, dan risiko deflasi di zona euro. Inggris dan Jerman mengalami peningkatan kepercayaan konsumen," ungkap laporan Nielsen, dikutip kantor berita Reuters. Indeks Kepercayaan Konsumen Global Nielsen naik satu poin pada kuartal III/2014 menjadi 98 dalam survei yang dilakukan antara 13 Agustus dan 5 September. Indeks itu naik sejak kuartal I/2012 dan data terbaru mendekati angka 100 yang menunjukkan optimisme di antara konsumen.
Kepercayaan konsumen AS naik empat poin menjadi 108 saat optimisme tentang prospek lapangan kerja terus meningkat. Warga AS optimistis dengan outlookuntuk keuangan personal mereka dibandingkan pada kuartal II/2014. Tidak seperti warga di negara-negara Eropa yang lebih pesimistis, terlihat pada pertumbuhan gaji yang masih rendah."Konsumen AS sekarang merasa lebih yakin dibandingkan beberapa tahun pemulihan sebelumnya karena tren pasar tenaga kerja yang bagus, tercermin dalam pertumbuhan gaji dan penurunan pengangguran pada 2014," kata Louise Keely, seniorvice president Nielsen.
"Mereka juga diuntungkan dari harga bahan bakar yang lebih rendah dan pemulihan bertahap pasar perumahan. Dalam beberapa bulan mendatang, saat kami mulai melihat lebih banyak orang memasuki kembali lapangan kerja dan pertumbuhan gaji yang tinggi, ini sepertinya terlihat dalam peningkatan belanja konsumen secara luas," papar Keely. Australia mengalami peningkatan terbesar dalam kepercayaan konsumen dari kuartal sebelumnya, hingga 12 poin, diikuti Slovenia dengan peningkatan 12 poin dan Thailand naik delapan poin.
Cile membukukan penurunan paling tajam pada kepercayaan konsumen, hingga tujuh poin. Diikuti oleh Filipina yang mengalami penurunan lima poin dan penurunan empat poin untuk Ukraina dan Italia. Survei Nielsen dilakukan secara online dan mencakup lebih dari 30.000 konsumen di 60 negara. Secara rinci, 10 peringkat tertinggi ditempati India 126, Indonesia 125, Filipina 115, Thailand 113, Uni Emirat Arab 112, China 111, AS 108, Hong Kong 107, Arab Saudi 105, dan Denmark 104.
Adapun 10 peringkat terendah ditempati oleh Italia 47, Kroasia 49, Serbia 51, Korea Selatan 52, Portugal 53, Yunani 56, Ukraina 57, Slovenia 58, Prancis 59, dan Finlandia 64. Rata-rata kepercayaan konsumen global sebesar 98 poin. Negara yang masuk rata-rata yakni Jerman 97, Inggris 93, Jepang 77, dan Australia 97. Sementara awal bulan ini Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan negara- negara maju masih memiliki utang dalam jumlah yang terlalu banyak.
Meski demikian, IMF mendorong negaranegara maju meningkatkan anggaran belanja untuk membuka lapangan kerja. Menurut penilaian terbaru IMF mengenai kekuatan fiskal global, setelah utang pemerintah meningkat saat krisis terjadi pada 2008, mereka sekarang stabil. "Tapi, utang sebagai rasio terhadap produk domestik bruto (PDB) tetap tinggi dan perlu dikurangi lagi di negara-negara maju," ungkap laporan IMF, dikutip kantor berita AFP.
IMF melihat rata-rata batas utang untuk negara-negara maju naik menjadi 106,5% terhadap PDB tahun ini sebelum melemah menjadi 106% pada akhir tahun depan. "Untuk negara-negara maju sebagai satu grup masih diperkirakan melebihi 100% PDB pada akhir dekade. Penting untuk terus mengurangi utang ke level yang lebih aman dan membangun kembali pengaman fiskal," ungkap IMF. Dengan tingkat pengangguran yang masih tinggi di banyak negara maju, IMF memperingatkan setiap negara untuk tidak melakukan pemangkasan belanja dan pengurangan utang terlalu besar yang akan memengaruhi pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja.
"Pemulihan yang lamban dan risiko yang masih ada memerlukan kebijakan fiskal yang secara hati-hati menyeimbangkan dukungan untuk pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja dengan fiskal berkelanjutan," papar IMF.
Syarifudin
Indonesia berada di peringkat kedua dengan 125 poin atau mengalami kenaikan dua poin. Di Amerika Serikat (AS) kepercayaan konsumen meningkat saat publik lebih optimistis dengan prospek lapangan kerja dibandingkan kondisi keuangan pribadi mereka. Survei menunjukkan berkurangnya kekhawatiran tentang prospek ekonomi dan lapangan kerja yang secara global dari kuartal II/2014.Meski demikian, Amerika Utara dan Eropa mengalami peningkatan kekhawatiran terkait perang dan terorisme.
"Negara-negara Eropa secara umum paling pesimistis, berkaca pada konflik di Ukraina, melemahnya pertumbuhan, dan risiko deflasi di zona euro. Inggris dan Jerman mengalami peningkatan kepercayaan konsumen," ungkap laporan Nielsen, dikutip kantor berita Reuters. Indeks Kepercayaan Konsumen Global Nielsen naik satu poin pada kuartal III/2014 menjadi 98 dalam survei yang dilakukan antara 13 Agustus dan 5 September. Indeks itu naik sejak kuartal I/2012 dan data terbaru mendekati angka 100 yang menunjukkan optimisme di antara konsumen.
Kepercayaan konsumen AS naik empat poin menjadi 108 saat optimisme tentang prospek lapangan kerja terus meningkat. Warga AS optimistis dengan outlookuntuk keuangan personal mereka dibandingkan pada kuartal II/2014. Tidak seperti warga di negara-negara Eropa yang lebih pesimistis, terlihat pada pertumbuhan gaji yang masih rendah."Konsumen AS sekarang merasa lebih yakin dibandingkan beberapa tahun pemulihan sebelumnya karena tren pasar tenaga kerja yang bagus, tercermin dalam pertumbuhan gaji dan penurunan pengangguran pada 2014," kata Louise Keely, seniorvice president Nielsen.
"Mereka juga diuntungkan dari harga bahan bakar yang lebih rendah dan pemulihan bertahap pasar perumahan. Dalam beberapa bulan mendatang, saat kami mulai melihat lebih banyak orang memasuki kembali lapangan kerja dan pertumbuhan gaji yang tinggi, ini sepertinya terlihat dalam peningkatan belanja konsumen secara luas," papar Keely. Australia mengalami peningkatan terbesar dalam kepercayaan konsumen dari kuartal sebelumnya, hingga 12 poin, diikuti Slovenia dengan peningkatan 12 poin dan Thailand naik delapan poin.
Cile membukukan penurunan paling tajam pada kepercayaan konsumen, hingga tujuh poin. Diikuti oleh Filipina yang mengalami penurunan lima poin dan penurunan empat poin untuk Ukraina dan Italia. Survei Nielsen dilakukan secara online dan mencakup lebih dari 30.000 konsumen di 60 negara. Secara rinci, 10 peringkat tertinggi ditempati India 126, Indonesia 125, Filipina 115, Thailand 113, Uni Emirat Arab 112, China 111, AS 108, Hong Kong 107, Arab Saudi 105, dan Denmark 104.
Adapun 10 peringkat terendah ditempati oleh Italia 47, Kroasia 49, Serbia 51, Korea Selatan 52, Portugal 53, Yunani 56, Ukraina 57, Slovenia 58, Prancis 59, dan Finlandia 64. Rata-rata kepercayaan konsumen global sebesar 98 poin. Negara yang masuk rata-rata yakni Jerman 97, Inggris 93, Jepang 77, dan Australia 97. Sementara awal bulan ini Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan negara- negara maju masih memiliki utang dalam jumlah yang terlalu banyak.
Meski demikian, IMF mendorong negaranegara maju meningkatkan anggaran belanja untuk membuka lapangan kerja. Menurut penilaian terbaru IMF mengenai kekuatan fiskal global, setelah utang pemerintah meningkat saat krisis terjadi pada 2008, mereka sekarang stabil. "Tapi, utang sebagai rasio terhadap produk domestik bruto (PDB) tetap tinggi dan perlu dikurangi lagi di negara-negara maju," ungkap laporan IMF, dikutip kantor berita AFP.
IMF melihat rata-rata batas utang untuk negara-negara maju naik menjadi 106,5% terhadap PDB tahun ini sebelum melemah menjadi 106% pada akhir tahun depan. "Untuk negara-negara maju sebagai satu grup masih diperkirakan melebihi 100% PDB pada akhir dekade. Penting untuk terus mengurangi utang ke level yang lebih aman dan membangun kembali pengaman fiskal," ungkap IMF. Dengan tingkat pengangguran yang masih tinggi di banyak negara maju, IMF memperingatkan setiap negara untuk tidak melakukan pemangkasan belanja dan pengurangan utang terlalu besar yang akan memengaruhi pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja.
"Pemulihan yang lamban dan risiko yang masih ada memerlukan kebijakan fiskal yang secara hati-hati menyeimbangkan dukungan untuk pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja dengan fiskal berkelanjutan," papar IMF.
Syarifudin
(bbg)