Laba BNI dan BCA Meningkat
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mencatatkan laba sebesar Rp7,61 triliun hingga kuartal III tahun ini atau tumbuh 16,4% dibanding periode yang sama tahun 2013.
Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo mengungkapkan, faktor utama penyumbang laba bersih adalah pendapatan operasional yang mencapai Rp23,68 triliun atau tumbuh 13,0% dibanding tahun 2013 Rp16,39 triliun, di antaranya merupakan kontribusi dari pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang meningkat 18,6% lebih tinggi dibandingkan kuartal III/2013.
“Sumber pendapatan operasional lainnya berasal dari pendapatan non-bunga yang mencapai Rp7,29 triliun,” ujar dia di Jakarta kemarin. Adapun, penyaluran kredit BNI tumbuh 14,1% di atas realisasi kredit pada periode yang sama tahun 2013 atau mencapai Rp267,94 triliun, dengan komposisi sebesar 75,3% dialokasikan untuk sektor bisnis perbankan dan 19,4% untuk sektor konsumer dan ritel.
Gatot menjelaskan, di sisi bisnis perbankan, distribusi kredit BNI mengarah ke delapan sektor unggulan, yaitu sektor minyak, gas, dan pertambangan; informasi dan telekomunikasi; kimia; pertanian; makanan; ritel dan perdagangan besar; kelistrikan; dan sektor konstruksi. Adapun di sisi konsumer dan ritel, kredit BNI disalurkan kepada beberapa sektor utama, di mana kucuran untuk kredit pemilikan rumah (BNI Griya) mendapatkan porsi terbesar yaitu 62,8% dari total kredit konsumer dan ritel BNI.
“Kucuran kredit kami pada tahun 2014 memang diarahkan pada inisiatif BNI untuk menjadi pionir pembiayaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan meningkatkan ekspansi kredit pada sektor- sektor utama di setiap kawasannya,” ujar Gatot. Realisasi kredit tersebut, lanjut dia, menempatkan loan to deposit ratio(LDR) BNI pada posisi 85,7% atau lebih tinggi dibandingkan kuartal III/2013 yang berada pada level 84,7%.
“LDR ini masih berada pada batas wajar sesuai ketentuan Bank Indonesia (BI),” ungkapnya. Menurut Gatot, peningkatan kredit ini juga menunjukkan upaya BNI untuk terus meningkatkan fungsi intermediasinya dan menjadi agen pembangunan ekonomi di Indonesia. Dia menuturkan, kualitas kredit pun membaik, ditandai dengan menurunnya net NPL maupun gross NPL. Net NPL turun dari 0,6% pada kuartal III/2013 menjadi 0,5% pada Kuartal III 2014, sedangkan gross NPL turun dari 2,4% pada kuartal III/2013 menjadi 2,2% pada kuartal III/2014.
Sesuai prinsip kehati-hatian, BNI juga meningkatkan rasio pencadangan (coverage ratio) dari 125,2% pada kuartal III/2013 menjadi 129,0% pada kuartal III/2014. BNI tetap mengutamakan penyaluran kredit di dalam negeri sehingga komposisi kredit dalam mata uang rupiah tetap lebih besar, yaitu mencapai 86% atau sama dengan kuartal III/ 2013. Pada saat yangsama, lanjut Gatot, BNI tetap memperkuat bisnisnya di luar negeri sebagai salah satu bagian dari antisipasi terhadap berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Salah satu indikasinya adalah kredit untuk segmen internasional yang meningkat 41,4% menjadi Rp 9,80 triliun pada kuartal III/2014. Sementara, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan peningkatan pendapatan operasional yang mendukung pertumbuhan laba bersih sebesar 17,7% di kuartal III/2014. Pada periode tersebut laba BCA meningkat Rp1,8 triliun, menjadi Rp12,2 triliun dari sebelumnya Rp10,4 triliun.
Presiden Direktur BBCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, total pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya tumbuh 22,9% (year on year) menjadi Rp30,1 triliun, dibandingkan dengan Rp24,5 triliun pada periode yang sama di 2013. Adapun, margin bunga bersih (NIM) mencapai 6,5% pada September 2014, naik 50 bps dari 6,0% pada September 2013. “Kenaikan NIM tersebut mencerminkan yield aset produktif yang lebih tinggi, di mana sebagian didukung oleh peningkatan porsi portofolio kredit dan pembiayaan konsumer terhadap total aset produktif,” ujar Jahja di Jakarta kemarin.
Dia mengatakan, pencapaian kinerja BCA pada sembilan bulan pertama tahun 2014 menunjukkan hal yang positif. BCA berhasil mempertahankan kinerja yang solid di tengah periode transisi politik maupun ekonomi sehingga bank tersebut dapat memberikan dukungan kepada nasabah dalam memenuhi berbagai kebutuhan layanan perbankan.
Kunthi fahmar sandy/ Hafid fuad
Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo mengungkapkan, faktor utama penyumbang laba bersih adalah pendapatan operasional yang mencapai Rp23,68 triliun atau tumbuh 13,0% dibanding tahun 2013 Rp16,39 triliun, di antaranya merupakan kontribusi dari pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang meningkat 18,6% lebih tinggi dibandingkan kuartal III/2013.
“Sumber pendapatan operasional lainnya berasal dari pendapatan non-bunga yang mencapai Rp7,29 triliun,” ujar dia di Jakarta kemarin. Adapun, penyaluran kredit BNI tumbuh 14,1% di atas realisasi kredit pada periode yang sama tahun 2013 atau mencapai Rp267,94 triliun, dengan komposisi sebesar 75,3% dialokasikan untuk sektor bisnis perbankan dan 19,4% untuk sektor konsumer dan ritel.
Gatot menjelaskan, di sisi bisnis perbankan, distribusi kredit BNI mengarah ke delapan sektor unggulan, yaitu sektor minyak, gas, dan pertambangan; informasi dan telekomunikasi; kimia; pertanian; makanan; ritel dan perdagangan besar; kelistrikan; dan sektor konstruksi. Adapun di sisi konsumer dan ritel, kredit BNI disalurkan kepada beberapa sektor utama, di mana kucuran untuk kredit pemilikan rumah (BNI Griya) mendapatkan porsi terbesar yaitu 62,8% dari total kredit konsumer dan ritel BNI.
“Kucuran kredit kami pada tahun 2014 memang diarahkan pada inisiatif BNI untuk menjadi pionir pembiayaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan meningkatkan ekspansi kredit pada sektor- sektor utama di setiap kawasannya,” ujar Gatot. Realisasi kredit tersebut, lanjut dia, menempatkan loan to deposit ratio(LDR) BNI pada posisi 85,7% atau lebih tinggi dibandingkan kuartal III/2013 yang berada pada level 84,7%.
“LDR ini masih berada pada batas wajar sesuai ketentuan Bank Indonesia (BI),” ungkapnya. Menurut Gatot, peningkatan kredit ini juga menunjukkan upaya BNI untuk terus meningkatkan fungsi intermediasinya dan menjadi agen pembangunan ekonomi di Indonesia. Dia menuturkan, kualitas kredit pun membaik, ditandai dengan menurunnya net NPL maupun gross NPL. Net NPL turun dari 0,6% pada kuartal III/2013 menjadi 0,5% pada Kuartal III 2014, sedangkan gross NPL turun dari 2,4% pada kuartal III/2013 menjadi 2,2% pada kuartal III/2014.
Sesuai prinsip kehati-hatian, BNI juga meningkatkan rasio pencadangan (coverage ratio) dari 125,2% pada kuartal III/2013 menjadi 129,0% pada kuartal III/2014. BNI tetap mengutamakan penyaluran kredit di dalam negeri sehingga komposisi kredit dalam mata uang rupiah tetap lebih besar, yaitu mencapai 86% atau sama dengan kuartal III/ 2013. Pada saat yangsama, lanjut Gatot, BNI tetap memperkuat bisnisnya di luar negeri sebagai salah satu bagian dari antisipasi terhadap berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Salah satu indikasinya adalah kredit untuk segmen internasional yang meningkat 41,4% menjadi Rp 9,80 triliun pada kuartal III/2014. Sementara, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan peningkatan pendapatan operasional yang mendukung pertumbuhan laba bersih sebesar 17,7% di kuartal III/2014. Pada periode tersebut laba BCA meningkat Rp1,8 triliun, menjadi Rp12,2 triliun dari sebelumnya Rp10,4 triliun.
Presiden Direktur BBCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, total pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya tumbuh 22,9% (year on year) menjadi Rp30,1 triliun, dibandingkan dengan Rp24,5 triliun pada periode yang sama di 2013. Adapun, margin bunga bersih (NIM) mencapai 6,5% pada September 2014, naik 50 bps dari 6,0% pada September 2013. “Kenaikan NIM tersebut mencerminkan yield aset produktif yang lebih tinggi, di mana sebagian didukung oleh peningkatan porsi portofolio kredit dan pembiayaan konsumer terhadap total aset produktif,” ujar Jahja di Jakarta kemarin.
Dia mengatakan, pencapaian kinerja BCA pada sembilan bulan pertama tahun 2014 menunjukkan hal yang positif. BCA berhasil mempertahankan kinerja yang solid di tengah periode transisi politik maupun ekonomi sehingga bank tersebut dapat memberikan dukungan kepada nasabah dalam memenuhi berbagai kebutuhan layanan perbankan.
Kunthi fahmar sandy/ Hafid fuad
(ars)