MSKY Siap Perluas Pasar
A
A
A
JAKARTA - Penyelenggara televisi berbayar terdepan nasional, PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY), menargetkan bisa mempertahankan pangsa pasar perseroan di kisaran 75% tahun depan.
Perseroan pun akan terus memperluas penetrasi pasar ke sejumlah daerah baru demi meningkatkan jumlah pelanggan, baik Indovision, Okevision, maupun Top TV. Target pangsa pasar 75% pada 2015 tersebut jauh di atas rata-rata pertumbuhan industri televisi berbayar nasional, sekitar 25%. Namun, Wakil Direktur Utama MKSY Handi S kentjono optimistis dengan target tersebut.
“Kita memang menargetkan di atas pertumbuhan industri,” ujar dia seusai rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di Jakarta kemarin. Dia menjelaskan, penetrasi Pay TV atau TV berlangganan di Indonesia masih sangat rendah, yakni di bawah 10% dari jumlah total rumah di seluruh penjuru Tanah Air. Hal itu dinilai sebagai peluang bagi perseroan untuk meningkatkan penetrasinya. Handi mengakui, ada beberapa tantangan bagi perseroan untuk bisa merealisasikan target tersebut. Di antaranya adalah terus berkembangnya jumlah perusahaan yang terjun ke industri TV berbayar karena masih rendahnya penetrasi pasar nasional.
Hal lain yang menjadi tantangan bagi perusahaan dan juga bagi perkembangan industri TV berbayar nasional adalah semakin banyaknya pelaku usaha ilegal di industri ini. Dari berbagai kasus yang berhasil diungkap Kepolisian diketahui, rata-rata pelaku usaha Pay TV ilegal memiliki sekitar 1.000-100.000 pelanggan. Pelakunya sudah tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai modus. Terlepas dari itu, perseroan yakin bisa mengembangkan bisnis tahun depan, antara lain berkat sinergi yang dilakukan MSKY dengan Play Media.
“Apalagi, di Jakarta hampir semua kompetitor telah membundling layanan internet dengan TV berbayarnya. Tentunya ini akan memperluas layanan yang telah terlebih dahulu ada,” ucap dia. Adapun di daerah-daerah yang belum didominasi oleh kompetitor, kerja sama tersebut diyakini akan menjadi daya tarik tersendiri. Sebab, layanan yang ditawarkan MSKY jauh lebih baik, dari sisi TV berbayar maupun broadband - nya.
“Itulah sebabnya, kita optimistis bisa mempertahankan dan bahkan meningkatkan market share di masa mendatang,” tandasnya. MNC Group telah mengembangkan industri broadband dan internet protocol television (IPTV) di Indonesia. Salah satunya karena dukungan layanan konten televisi berbayar yang sangat kuat dari salah satu anak perusahaannya, MSKY dengan produknya Indovision, dan lain-lain.
Saat ini MSKY adalah pemain terbesar TV berbayar di Indonesia dengan pangsa pasar 75%. Dukungan MSKY diyakini akan memudahkan Play Media menyediakan konten-konten lebih berkualitas. Apalagi, MSKY sudah berpengalaman melayani masyarakat Indonesia dan mengetahui selera tontonan mereka.
Sehingga, memudahkan perkembangan Play Media merebut hati masyarakat Indonesia dalam memberikan layanan konten terbaik Mengenai prospek perseroan, Vice President dan Senior Analis Moodys Annalisa Di Chiara mengatakan, Sky Vision berpeluang besar mengalami pertumbuhan pesat dalam jangka waktu menengah dan panjang. “Syaratnya, dengan mempertahankan margin EBITDA tetap pada kisaran 40%,” ungkap dia dalam risetnya.
Hermansah
Perseroan pun akan terus memperluas penetrasi pasar ke sejumlah daerah baru demi meningkatkan jumlah pelanggan, baik Indovision, Okevision, maupun Top TV. Target pangsa pasar 75% pada 2015 tersebut jauh di atas rata-rata pertumbuhan industri televisi berbayar nasional, sekitar 25%. Namun, Wakil Direktur Utama MKSY Handi S kentjono optimistis dengan target tersebut.
“Kita memang menargetkan di atas pertumbuhan industri,” ujar dia seusai rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di Jakarta kemarin. Dia menjelaskan, penetrasi Pay TV atau TV berlangganan di Indonesia masih sangat rendah, yakni di bawah 10% dari jumlah total rumah di seluruh penjuru Tanah Air. Hal itu dinilai sebagai peluang bagi perseroan untuk meningkatkan penetrasinya. Handi mengakui, ada beberapa tantangan bagi perseroan untuk bisa merealisasikan target tersebut. Di antaranya adalah terus berkembangnya jumlah perusahaan yang terjun ke industri TV berbayar karena masih rendahnya penetrasi pasar nasional.
Hal lain yang menjadi tantangan bagi perusahaan dan juga bagi perkembangan industri TV berbayar nasional adalah semakin banyaknya pelaku usaha ilegal di industri ini. Dari berbagai kasus yang berhasil diungkap Kepolisian diketahui, rata-rata pelaku usaha Pay TV ilegal memiliki sekitar 1.000-100.000 pelanggan. Pelakunya sudah tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai modus. Terlepas dari itu, perseroan yakin bisa mengembangkan bisnis tahun depan, antara lain berkat sinergi yang dilakukan MSKY dengan Play Media.
“Apalagi, di Jakarta hampir semua kompetitor telah membundling layanan internet dengan TV berbayarnya. Tentunya ini akan memperluas layanan yang telah terlebih dahulu ada,” ucap dia. Adapun di daerah-daerah yang belum didominasi oleh kompetitor, kerja sama tersebut diyakini akan menjadi daya tarik tersendiri. Sebab, layanan yang ditawarkan MSKY jauh lebih baik, dari sisi TV berbayar maupun broadband - nya.
“Itulah sebabnya, kita optimistis bisa mempertahankan dan bahkan meningkatkan market share di masa mendatang,” tandasnya. MNC Group telah mengembangkan industri broadband dan internet protocol television (IPTV) di Indonesia. Salah satunya karena dukungan layanan konten televisi berbayar yang sangat kuat dari salah satu anak perusahaannya, MSKY dengan produknya Indovision, dan lain-lain.
Saat ini MSKY adalah pemain terbesar TV berbayar di Indonesia dengan pangsa pasar 75%. Dukungan MSKY diyakini akan memudahkan Play Media menyediakan konten-konten lebih berkualitas. Apalagi, MSKY sudah berpengalaman melayani masyarakat Indonesia dan mengetahui selera tontonan mereka.
Sehingga, memudahkan perkembangan Play Media merebut hati masyarakat Indonesia dalam memberikan layanan konten terbaik Mengenai prospek perseroan, Vice President dan Senior Analis Moodys Annalisa Di Chiara mengatakan, Sky Vision berpeluang besar mengalami pertumbuhan pesat dalam jangka waktu menengah dan panjang. “Syaratnya, dengan mempertahankan margin EBITDA tetap pada kisaran 40%,” ungkap dia dalam risetnya.
Hermansah
(ars)