Euler Hermes Naikkan Peringkat Indonesia

Senin, 03 November 2014 - 14:25 WIB
Euler Hermes Naikkan Peringkat Indonesia
Euler Hermes Naikkan Peringkat Indonesia
A A A
JAKARTA - Euler Hermes optimistis dengan potensi asuransi kredit perdagangan dan menaikkan peringkat Indonesia menjadi B2.

Ini seiring dengan meredanya ketidakpastian politik setelah pemilihan presiden di bulan Juli, penurunan terhadap volatilitas nilai tukar uang dan berlanjutnya konsumsi domestik secara positif.

Ekonom Senior di Euler Hermes Asia Mahamoud Islam mengatakan, sebelumnya pihanya hanya memberikan peringkat C3 kepada Indonesia, yang menunjukkan bahwa secara umum kondisi ekonomi dan perdagangan serta kondisi perusahaan-perusahaan di Indonesia berada dalam kondisi rata-rata dengan beberapa bagian yang masih perlu dibenahi.

"Kami secara berkala mengeluarkan pemeringkatan ini sebagai barometer indikasi akan kemungkinan terjadinya kredit macet dan atau kepailitan terhadap perusahaan-perusahaan di Indonesia," ujarnya dalam rilisnya di Jakarta, Senin (3/11/2014).

Mahmoud mengatakan, pasar mengharapkan pemerintahan baru untuk fokus dalam meningkatkan tabungan nasional demi membiayai investasi domestik, mempercepat reformasi lingkungan bisnis, dan meningkatkan pembelanjaan terhadap infrastruktur. Langkah ini diyakini akan semakin menarik bagi investor dalam jangka panjang.

"Inisiatif ini akan menurunkan ketergantungan terhadap aliran modal jangka pendek, sehingga dapat mengurangi kerentanan terhadap perubahan nilai tukar," ujarnya.

Para ekonom di Euler Hermes juga memperkirakan produk domestik bruto (PDB) nasional di level 5,2% pada 2014 dan menjadi 5,8% pada 2015. Gambaran demografis, yang terdiri dari populasi muda dalam jumlah besar, sumber daya alam yang berlimpah dan rekam jejak kebijakan fiskal yang kuat akan mendukung Indonesia.

Menurut dia, laporan pemeringkatan ini juga memberikan catatan bahwa presiden terpilih Joko Widodo memperoleh keuntungan atas niat baik dari investor domestik dan internasional, namun inisiatif reformasi tersebut kini menantikan eksekusi yang cepat.

China dan Jepang telah mencatat hampir 30% dari total ekspor Indonesia, namun tantangan struktural di kedua negara tersebut telah memperlambat permintaan.

Karena perdagangan eksternal menjadi salah satu faktor yang memperlambat pertumbuhan Indonesia, maka reformasi untuk menumbuhkan investasi domestik dinilai menjadi sangat penting yang harus lebih didahulukan.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5778 seconds (0.1#10.140)