Neraca Perdagangan Defisit USD270,3 juta
A
A
A
JAKARTA - Masih tingginya defisit pada sektor migas menjadikan neraca perdagangan pada bulan September 2014 defisit senilai USD270,3 juta (sekitar Rp3,24 triliun). Penyebab utamanya yaitu impor migas yang masih tinggi.
Defisit neraca perdagangan migas pada bulan yang sama tercatat sebesar USD1,03 miliar, sementara neraca sektor non migas surplus USD 0,76 miliar. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, defisit pada September ini merupakan defisit bulanan kali kelima sepanjang periode Januari- September2014ini. Sebelumnya terjadi empat kali defisit yaitu pada Januari (USD443,9juta), April (USD1,9625 miliar), Juni (USD288,3juta), Agustus (USD311,5 juta).
“September ini defisitnya mengecil dan mudah-mudahan nanti hilang,” ujarnya saat memaparkan perkembangan ekspor dan impor Indonesia bulan September 2014 di gedung BPS, Jakarta, kemarin. Suryamin mengungkapkan, defisit neraca perdagangan senilai USD270,3 juta terjadi karena nilai ekspor Indonesia pada September hanya USD15,28 miliar sementara impornya mencapai USD15,55 miliar. Kendati demikian, nilai ekspor bulan September 2014 ini naik 3,87% dibanding September 2013, dan naik 5,48% dibanding Agustus 2014.
Menurut Suryamin, kenaikan terjadi baik pada kelompok migas maupun nonmigas. “Ekspor migas naik 0,94% sementara nonmigas naik 6,48%,” sebutnya. Kenaikan ekspor nonmigas disumbang oleh beberapa komoditas, di antaranya bahan bakar mineral yang mengalami kenaikan ekspor 5,73%, lemak/ minyak hewan nabati (naik 4,26%), mesin dan peralatan listrik (naik 3,29%), serta karet dan barang dari karet (naik 6,%).
“Ekspor nonmigas ke ASEAN naik 5,51%, tapi ke Uni Eropa turun 11,74%. Adapun ke negara lain, termasuk China, Jepang, dan Amerika, ekspor kita naik 9,61%. Dengan kata lain, ekspor nonmigas menunjukkan gambaran meningkat,” tuturnya. Sementara secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari- September 2014 mencapai USD132,71 miliar atau turun 0,93% dibanding periode yang sama tahun 2013. Demikian juga ekspor nonmigas, turun sebesar USD109,3 miliar atau turun 0,81%.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, kemungkinan ekspor pada bulan Oktober akan lebih tinggi dibanding September. “Minimum kalau volumenya sama saja dari harga, sudah lebih tinggi. Dari harganya kita lihat. Kemudian, memang di September hampir semua ekspor kita harganya turun,” kata dia. Meski begitu, sisi impor pun perlu diperhatikan mengingat kebutuhan yang diperkirakan juga meningkat. “Dari segi ini, memang meningkatkan kebutuhan impor,” tegasnya.
Inda susanti /Ria martati
Defisit neraca perdagangan migas pada bulan yang sama tercatat sebesar USD1,03 miliar, sementara neraca sektor non migas surplus USD 0,76 miliar. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, defisit pada September ini merupakan defisit bulanan kali kelima sepanjang periode Januari- September2014ini. Sebelumnya terjadi empat kali defisit yaitu pada Januari (USD443,9juta), April (USD1,9625 miliar), Juni (USD288,3juta), Agustus (USD311,5 juta).
“September ini defisitnya mengecil dan mudah-mudahan nanti hilang,” ujarnya saat memaparkan perkembangan ekspor dan impor Indonesia bulan September 2014 di gedung BPS, Jakarta, kemarin. Suryamin mengungkapkan, defisit neraca perdagangan senilai USD270,3 juta terjadi karena nilai ekspor Indonesia pada September hanya USD15,28 miliar sementara impornya mencapai USD15,55 miliar. Kendati demikian, nilai ekspor bulan September 2014 ini naik 3,87% dibanding September 2013, dan naik 5,48% dibanding Agustus 2014.
Menurut Suryamin, kenaikan terjadi baik pada kelompok migas maupun nonmigas. “Ekspor migas naik 0,94% sementara nonmigas naik 6,48%,” sebutnya. Kenaikan ekspor nonmigas disumbang oleh beberapa komoditas, di antaranya bahan bakar mineral yang mengalami kenaikan ekspor 5,73%, lemak/ minyak hewan nabati (naik 4,26%), mesin dan peralatan listrik (naik 3,29%), serta karet dan barang dari karet (naik 6,%).
“Ekspor nonmigas ke ASEAN naik 5,51%, tapi ke Uni Eropa turun 11,74%. Adapun ke negara lain, termasuk China, Jepang, dan Amerika, ekspor kita naik 9,61%. Dengan kata lain, ekspor nonmigas menunjukkan gambaran meningkat,” tuturnya. Sementara secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari- September 2014 mencapai USD132,71 miliar atau turun 0,93% dibanding periode yang sama tahun 2013. Demikian juga ekspor nonmigas, turun sebesar USD109,3 miliar atau turun 0,81%.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, kemungkinan ekspor pada bulan Oktober akan lebih tinggi dibanding September. “Minimum kalau volumenya sama saja dari harga, sudah lebih tinggi. Dari harganya kita lihat. Kemudian, memang di September hampir semua ekspor kita harganya turun,” kata dia. Meski begitu, sisi impor pun perlu diperhatikan mengingat kebutuhan yang diperkirakan juga meningkat. “Dari segi ini, memang meningkatkan kebutuhan impor,” tegasnya.
Inda susanti /Ria martati
(bbg)