Stok Minyak di Bawah Perkiraan, Harag WTI Menguat
A
A
A
MELBOURNE - Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kembali menguat setelah data pemerintah menunjukkan stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS) di bawah perkiraan. Sementara minyak brent stabil karena Libya menutup kilang minyak utama.
Kontrak berjangka (futures) sedikit berubah di New York setelah naik 1,9%, kemarin. Administrasi Informasi Energi melaporkan, suplai minyak mentah di Cushing, Oklahoma yang merupakan titik pengiriman kontrak WTI menyusut 551.000 barel pada pekan lalu, penurunan pertama dalam empat minggu.
Sementara menurut sumber yang mengetahui langsung, Libya telah menghentikan operasi kilang Sharara, yang terganggu akibat pemogokan dan konflik yang terjadi sebelumnya.
Minyak menuju kondisi bearish karena adanya sinyal bahwa pasokan minyak global melampaui permintaan. Pemimpin produsen Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah menolak memangkas produksi karena ingin bersaing dengan AS, yang mengalami produksi minyak tercepat dalam lebih dari 30 tahun.
"Ini menjadi titik balik stok minyak mentah AS menuju penurunan karena kilang telah mengenjot operasi mereka demi memenuhi permintaan di musim dingin," kata analis komoditas di Woori Investment & Securities Co Kang Yoo Jin seperti dilansir dari Bloomberg, Kamis (6/11/2014).
Dia memperkirakan, harga minyak bisa saja pulih dalam 3 bulan ke depan karena rendahnya harga akan menjadi tantangan bagi produsen gas shale dan produsen minyak asal Kanada.
WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Desember berada di USD78,90 per barel, naik 22 sen pada pukul 10.11 pagi waktu Singapura. Kontrak naik USD1,49 ke USD78,68, kemarin.
Semua volume berjangka yang diperdagangkan sekitar 48% di bawah rata-rata 100-hari. Harga telah turun 20% sepanjang tahun ini.
Sementara minyak brent di ICE Futures Europe Exchange, London untuk pengiriman Desember naik 23 sen menjadi USD83,18 per barel kemarin. Premi minyak mentah patokan Eropa ini terhadap WTI diperdagangkan sebesar USD4,35, naik dibanding kemarin sebesar USD4,27, tersempit sejak 22 Oktober.
Kontrak berjangka (futures) sedikit berubah di New York setelah naik 1,9%, kemarin. Administrasi Informasi Energi melaporkan, suplai minyak mentah di Cushing, Oklahoma yang merupakan titik pengiriman kontrak WTI menyusut 551.000 barel pada pekan lalu, penurunan pertama dalam empat minggu.
Sementara menurut sumber yang mengetahui langsung, Libya telah menghentikan operasi kilang Sharara, yang terganggu akibat pemogokan dan konflik yang terjadi sebelumnya.
Minyak menuju kondisi bearish karena adanya sinyal bahwa pasokan minyak global melampaui permintaan. Pemimpin produsen Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah menolak memangkas produksi karena ingin bersaing dengan AS, yang mengalami produksi minyak tercepat dalam lebih dari 30 tahun.
"Ini menjadi titik balik stok minyak mentah AS menuju penurunan karena kilang telah mengenjot operasi mereka demi memenuhi permintaan di musim dingin," kata analis komoditas di Woori Investment & Securities Co Kang Yoo Jin seperti dilansir dari Bloomberg, Kamis (6/11/2014).
Dia memperkirakan, harga minyak bisa saja pulih dalam 3 bulan ke depan karena rendahnya harga akan menjadi tantangan bagi produsen gas shale dan produsen minyak asal Kanada.
WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Desember berada di USD78,90 per barel, naik 22 sen pada pukul 10.11 pagi waktu Singapura. Kontrak naik USD1,49 ke USD78,68, kemarin.
Semua volume berjangka yang diperdagangkan sekitar 48% di bawah rata-rata 100-hari. Harga telah turun 20% sepanjang tahun ini.
Sementara minyak brent di ICE Futures Europe Exchange, London untuk pengiriman Desember naik 23 sen menjadi USD83,18 per barel kemarin. Premi minyak mentah patokan Eropa ini terhadap WTI diperdagangkan sebesar USD4,35, naik dibanding kemarin sebesar USD4,27, tersempit sejak 22 Oktober.
(rna)