BBM Naik, Kinerja Reksa Dana Cenderung Melemah
A
A
A
JAKARTA - Jika harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinaikan pada bulan ini diprediksi akan berimbas pada naiknya angka inflasi, yang pada akhirnya akan berkorelasi negatif pada kinerja reksa dana saham di November ini.
Analis Riset PT Infovesta Utama Yosua Zisokhi mengatakan, kenaikan harga BBM yang akan berimbas pada kenaikan inflasi, memberikan dampak negatif dalam jangka pendek bagi pasar saham dan obligasi yang menjadi aset dasar reksa dana.
"Jika pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi di bulan ini, maka ada kecenderungan kinerja reksa dana bulan ini akan melemah," kata dia kepada Sindonews, baru-baru ini.
Kendati demikian, menurut dia, efek dari kenaikan BBM bersubsidi tergantung dari seberapa besar kenaikan harga BBM tersebut. Dia menuturkan, jika BBM bersubsidi dinaikan langsung Rp3.000, maka dampaknya cukup besar. Namun ,jika dinaikan dengan nominal yang lebih kecil atau bertahap, maka pengaruhnya tidak terlalu signifikan.
Dia menilai, dalam dua bulan terakhir hingga akhir tahun ini, imbas dari kenaikan harga BBM diperkirakan masih akan terasa terhadap angka inflasi. Meski begitu, dia berpendapat bahwa para pelaku pasar telah mengetahui bahwa dalam jangka panjang kenaikan harga BBM akan menyehatkan perekonomian Indonesia.
"Yang perlu dicermati adalah langkah pemerintah menanggulangi kenaikan inflasi tersebut. Jika pemerintah sigap menanggulangi inflasi, maka dampak dari kenaikan harga BBM dapat diminimalisir," tutur dia.
Di sisi lain, momen window dressing di penghujung tahun akan menjadi sentimen positif bagi pasar.
Meski kinerja rensa dana diprediksi melemah karena imbas kenaikan harga BBM bersubsidi, namun menurut dia, reksa dana saham masih akan memberikan kinerja tertinggi secara year to date (YTD). Pasalnya, secara rata-rata reksa dana saham sejak awal tahun hingga saat ini telah mencetak keuntungan lebih dari 22%.
"Itu cukup sulit disusul oleh reksa dana-reksa dana lain," ujar dia.
(Baca: Kinerja Reksa Dana Melesat)
Analis Riset PT Infovesta Utama Yosua Zisokhi mengatakan, kenaikan harga BBM yang akan berimbas pada kenaikan inflasi, memberikan dampak negatif dalam jangka pendek bagi pasar saham dan obligasi yang menjadi aset dasar reksa dana.
"Jika pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi di bulan ini, maka ada kecenderungan kinerja reksa dana bulan ini akan melemah," kata dia kepada Sindonews, baru-baru ini.
Kendati demikian, menurut dia, efek dari kenaikan BBM bersubsidi tergantung dari seberapa besar kenaikan harga BBM tersebut. Dia menuturkan, jika BBM bersubsidi dinaikan langsung Rp3.000, maka dampaknya cukup besar. Namun ,jika dinaikan dengan nominal yang lebih kecil atau bertahap, maka pengaruhnya tidak terlalu signifikan.
Dia menilai, dalam dua bulan terakhir hingga akhir tahun ini, imbas dari kenaikan harga BBM diperkirakan masih akan terasa terhadap angka inflasi. Meski begitu, dia berpendapat bahwa para pelaku pasar telah mengetahui bahwa dalam jangka panjang kenaikan harga BBM akan menyehatkan perekonomian Indonesia.
"Yang perlu dicermati adalah langkah pemerintah menanggulangi kenaikan inflasi tersebut. Jika pemerintah sigap menanggulangi inflasi, maka dampak dari kenaikan harga BBM dapat diminimalisir," tutur dia.
Di sisi lain, momen window dressing di penghujung tahun akan menjadi sentimen positif bagi pasar.
Meski kinerja rensa dana diprediksi melemah karena imbas kenaikan harga BBM bersubsidi, namun menurut dia, reksa dana saham masih akan memberikan kinerja tertinggi secara year to date (YTD). Pasalnya, secara rata-rata reksa dana saham sejak awal tahun hingga saat ini telah mencetak keuntungan lebih dari 22%.
"Itu cukup sulit disusul oleh reksa dana-reksa dana lain," ujar dia.
(Baca: Kinerja Reksa Dana Melesat)
(rna)