Kenaikan Harga BBM Harus Dibarengi Kelancaran Pasokan

Jum'at, 07 November 2014 - 05:20 WIB
Kenaikan Harga BBM Harus...
Kenaikan Harga BBM Harus Dibarengi Kelancaran Pasokan
A A A
SEMARANG - Rencana penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi oleh pemerintahan Jokowi-JK, secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi capaian inflasi hingga akhir tahun 2014.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah memperkirakan, berdasarkan tren kenaikan BBM pada tahun-tahun sebelumnya dampak inflasi akibat kenaikan BBM hanya berlangsung sesaat.

“Inflasi tinggi kemungkinan hanya akan terjadi pada tiga bulan pasca kenaikan BBM,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari, Kamis (6/11/2014).

Pihaknya memperkirakan, jika rencana kenaikan BBM direalisasikan di kisaran Rp2.000 sampai Rp3.000per liter, inflasi diprediksi tidak lebih dari dua digit.

Namun pihaknya tidak bisa memperkirakan tingkat Inflasi jika realisasi kenaikan harga BBM direalisasikan pada bulan Desember. Pasalnya pada akhir tahun konsumsi masyarakat mengalami peningkatan.

“Dengan peningkatan tingkat konsumsi masyarakat, ada kemungkinan akan terjadi pergolakan harga di hampir semua komoditas,” katanya.

Disebutkannya kenaikan harga BBM harus dibarengi dengan kelancaran pasokan, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pasalnya jika pasokan mengalami ketersendatan, maka akan berdampak buruk pada inflasi di Jateng.

Terpisah, Deputi Kepala Pewakilan, Bank Indonesia Wilayah V Semarang Marlison Hakim mengungkapkan, meskipun rencana kenaikan harga BBM bersubsidi, memiliki resiko inflasi, namun mencermati risiko inflasi yang akan muncul, inflasi November diperkirakan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.

“Kelompok barang yang diatur pemerintah (administered prices) bulan depan diperkirakan turun. Namun dengan rencana pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi akan berdampak pada inflasi bulan depan,” katanya.

Dikatakannya, untuk menjaga hal tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan memperkuat koordinasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah. Hal ini diperlukan agar dapat tetap menjaga stabilitas inflasi khususnya meminimalkan dampak lanjutan yang ditimbulkan dari kebijakan administered prices.

Dengan mencermati risiko inflasi yang akan muncul, inflasi November diperkirakan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi volatile foods atau kelompok pangan bergejolak diperkirakan naik sejalan dengan masuknya musim kemarau.

“Stok beras Bulog yang memadai, yaitu mencukupi hingga hampir 8 bulan kebutuhan operasional diperkirakan dapat menjaga stabilitas harga beras,” ujarnya.

Inflasi inti diperkirakan stabil. Hal ini sejalan dengan ekspektasi inflasi yang diperkirakan masih terjaga yang tercermin dari hasil Survei Konsumen bulan Oktober.

Sebagaimana diketahui inflasi Jawa Tengah bulan Oktober meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi Oktober 2014 tercatat sebesar 0,52% (mtm), meningkat dari 0,22% (mtm) pada bulan sebelumnya dan lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (0,20% mtm).
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7040 seconds (0.1#10.140)