Jelang MEA 2015, Sinergi Kampus dan Pengusaha Diperkuat
A
A
A
JAKARTA - Kesiapan sumber daya manusia (SDM) dan pengusaha lokal merupakan modal penting dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Ketua Umum Himpunan Pengusaha Indonesia (Hipmi) cabang Jakarta Utara Pierre Senjaya mengatakan, wirausaha merupakan elemen penting yang menggerakkan perekonomian sebuah negara.
Terbukti, negara kecil seperti Singapura yang minim sumber daya alam sekalipun perekonomiannya bisa berkembang pesat. “Itu tidak lepas dari kewirausahaan, creative thinking, dan daya juang yang tinggi dari para pengusahanya,” ujarnya di sela-sela acara Forum Kreatif Pengusaha Indonesia bertema “Increase your Business Creativity Facing the AEC 2015 Challenge” yang didukung MNC Play Mediadi Kampus Kalbis Institute Jakarta kemarin.
Pierre menegaskan, tugas mencetak wirausaha baru yang mumpuni dan bisa berdaya saing merupakan tanggung jawab bersama dari semua pihak. Upaya ini bisa ditempuh sedini mungkin di bangku-bangku sekolah dan kampus. Menyadari potensi kampus sebagai tempat lahirnya pengusaha-pengusaha pemula, Hipmi dalam tiga tahun terakhir menguatkan program Hipmi Perguruan Tinggi. Di area DKI Jakarta terdapat empat kampus yang sudah bekerja sama dengan Hipmi dan ditargetkan menjadi 12 kampus pada tahun depan.
“Salah satu kegiatannya adalah menggelar forum bisnis kreatif sebagai ajang pembelajaran bagi mahasiswa. Kita harapkan sinergi ini menelurkan dan mengaderisasi embrio-embrio pengusaha muda,” ucapnya. Ia berpendapat, Indonesia punya banyak produk menarik dan kreatif, tapi belum benarbenar disinergikan menjadi sebuah kekuatan untuk bersaing di kancah regional dan global.
“Kami juga berharap regulasi yang menyebabkan daya saing kita lemah dibanding negara lain bisa diminimalisasi. Contohnya kredit modal usaha di kita bunganya sampai 11%, padahal di negara tetangga seperti Singapura hanya 1%,” cetusnya.
Rektor Kalbis Institute Sablin Yusuf mengakui pentingnya menyiapkan lulusan berkualitas guna menghadapi era MEA. Sebab itu, pihaknya menyambut baik kerja sama strategis dengan Hipmi dan asosiasi bisnis lainnya. Sabin menegaskan, salah satu visi yang diusung Kalbis Institute adalah orientasi pada kewirausahaan. Semua program studi bahkan harus mengambil mata kuliah kewirausahaan.
“Kami juga punya unit kewirausahaan yang diberi nama Next Centre yaitu semacam inkubator bisnis yang menampung dan menyalurkan minat mahasiswa yang ingin berwirausaha,” ungkapnya. CEO PT Linktone Indonesia, yang menaungi okezone.com, Roy Simangunsong mengatakan, pengusaha pemula atau pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) bisa memanfaatkan internet dan media digital lainnya sebagai sarana pemasaran produknya. Selain relatif lebih murah, daya jangkaunya pun luas.
“Kalau dulu (internet) mungkin optional, tapi sekarang keharusan. Pelaku UKM pun harus sudah berpikir bagaimana mengoptimalkan pemanfaatan internet,” ungkapnya. Direktur Pelaksana TX Travel Anton Thedy menambahkan, jelang MEA kampanye dan kecintaan terhadap produk dalam negeri harus digalakkan sehingga produk Indonesia bisa menjadituanrumahdinegeri sendiri. “Termasuk juga berwisata di dalam negeri,” pungkasnya.
Inda susanti
Terbukti, negara kecil seperti Singapura yang minim sumber daya alam sekalipun perekonomiannya bisa berkembang pesat. “Itu tidak lepas dari kewirausahaan, creative thinking, dan daya juang yang tinggi dari para pengusahanya,” ujarnya di sela-sela acara Forum Kreatif Pengusaha Indonesia bertema “Increase your Business Creativity Facing the AEC 2015 Challenge” yang didukung MNC Play Mediadi Kampus Kalbis Institute Jakarta kemarin.
Pierre menegaskan, tugas mencetak wirausaha baru yang mumpuni dan bisa berdaya saing merupakan tanggung jawab bersama dari semua pihak. Upaya ini bisa ditempuh sedini mungkin di bangku-bangku sekolah dan kampus. Menyadari potensi kampus sebagai tempat lahirnya pengusaha-pengusaha pemula, Hipmi dalam tiga tahun terakhir menguatkan program Hipmi Perguruan Tinggi. Di area DKI Jakarta terdapat empat kampus yang sudah bekerja sama dengan Hipmi dan ditargetkan menjadi 12 kampus pada tahun depan.
“Salah satu kegiatannya adalah menggelar forum bisnis kreatif sebagai ajang pembelajaran bagi mahasiswa. Kita harapkan sinergi ini menelurkan dan mengaderisasi embrio-embrio pengusaha muda,” ucapnya. Ia berpendapat, Indonesia punya banyak produk menarik dan kreatif, tapi belum benarbenar disinergikan menjadi sebuah kekuatan untuk bersaing di kancah regional dan global.
“Kami juga berharap regulasi yang menyebabkan daya saing kita lemah dibanding negara lain bisa diminimalisasi. Contohnya kredit modal usaha di kita bunganya sampai 11%, padahal di negara tetangga seperti Singapura hanya 1%,” cetusnya.
Rektor Kalbis Institute Sablin Yusuf mengakui pentingnya menyiapkan lulusan berkualitas guna menghadapi era MEA. Sebab itu, pihaknya menyambut baik kerja sama strategis dengan Hipmi dan asosiasi bisnis lainnya. Sabin menegaskan, salah satu visi yang diusung Kalbis Institute adalah orientasi pada kewirausahaan. Semua program studi bahkan harus mengambil mata kuliah kewirausahaan.
“Kami juga punya unit kewirausahaan yang diberi nama Next Centre yaitu semacam inkubator bisnis yang menampung dan menyalurkan minat mahasiswa yang ingin berwirausaha,” ungkapnya. CEO PT Linktone Indonesia, yang menaungi okezone.com, Roy Simangunsong mengatakan, pengusaha pemula atau pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) bisa memanfaatkan internet dan media digital lainnya sebagai sarana pemasaran produknya. Selain relatif lebih murah, daya jangkaunya pun luas.
“Kalau dulu (internet) mungkin optional, tapi sekarang keharusan. Pelaku UKM pun harus sudah berpikir bagaimana mengoptimalkan pemanfaatan internet,” ungkapnya. Direktur Pelaksana TX Travel Anton Thedy menambahkan, jelang MEA kampanye dan kecintaan terhadap produk dalam negeri harus digalakkan sehingga produk Indonesia bisa menjadituanrumahdinegeri sendiri. “Termasuk juga berwisata di dalam negeri,” pungkasnya.
Inda susanti
(bbg)