Nelayan Tolak Kenaikan Harga BBM Subsidi
A
A
A
TANGERANG - Sejumlah nelayan di pesisir Tanjung Pasir Tangerang menolak rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi yang rencananya akan dilakukan bulan ini.
Ditemui Sindonews, Tolib yang biasa melaut di Tanjung Pasir dengan tegas menolak rencana kenaikan harga BBM subsidi tersebut. Menurutnya, Indonesia tidak bisa disamakan dengan negara lain seperti Malaysia dan Singapura.
Sebab, rakyat di Indonesia masih banyak yang berada di garis kemiskinan. Bahkan dia pun menyindir para pejabat di parlemen yang sering beradu pendapat hingga membanting kursi.
"Kita mau disamain sama negara Singapura dan Malaysia. Mereka rakyatnya udah merata. Kalau Indonesia liat aja sendiri rakyatnya. Di parlemen juga cekcok mulu. Yang demo ditangkap tapi yang berantem di dalam gedung enggak ditangkap," ujarnya di Pelelangan Ikan Tanjung Pasir, Tangerang, Selasa (11/11/2014).
Sementara itu, Ahmad yang juga berprofesi sebagai nelayan mengaku kenaikan harga BBM sangat memberatkan. Sebab penghasilannya tiap hari tidak menentu.
"Ya kalau emang BBM naik berat. Soalnya penghasilannya belum tentu. Itu tapi tergantung yang di sana (pemerintah). Kalau berat mah berat," tuturnya.
Ahmad menginginkan pemerintah untuk berfikir ulang mengenai rencana tersebut. Terlebih cuaca yang tidak menentu menyebabkan dirinya seringkali tidak memperoleh pendapatan.
"Ya kita mah pinginnya enggak naik. Penghasilan enggak tentu, sekarang lagi sulit karena cuaca airnya lagi bening. Kurang ikannya jadinya. Kadang lagi dapet ya dapet, lagi enggak ya enggak," pungkasnya.
Ditemui Sindonews, Tolib yang biasa melaut di Tanjung Pasir dengan tegas menolak rencana kenaikan harga BBM subsidi tersebut. Menurutnya, Indonesia tidak bisa disamakan dengan negara lain seperti Malaysia dan Singapura.
Sebab, rakyat di Indonesia masih banyak yang berada di garis kemiskinan. Bahkan dia pun menyindir para pejabat di parlemen yang sering beradu pendapat hingga membanting kursi.
"Kita mau disamain sama negara Singapura dan Malaysia. Mereka rakyatnya udah merata. Kalau Indonesia liat aja sendiri rakyatnya. Di parlemen juga cekcok mulu. Yang demo ditangkap tapi yang berantem di dalam gedung enggak ditangkap," ujarnya di Pelelangan Ikan Tanjung Pasir, Tangerang, Selasa (11/11/2014).
Sementara itu, Ahmad yang juga berprofesi sebagai nelayan mengaku kenaikan harga BBM sangat memberatkan. Sebab penghasilannya tiap hari tidak menentu.
"Ya kalau emang BBM naik berat. Soalnya penghasilannya belum tentu. Itu tapi tergantung yang di sana (pemerintah). Kalau berat mah berat," tuturnya.
Ahmad menginginkan pemerintah untuk berfikir ulang mengenai rencana tersebut. Terlebih cuaca yang tidak menentu menyebabkan dirinya seringkali tidak memperoleh pendapatan.
"Ya kita mah pinginnya enggak naik. Penghasilan enggak tentu, sekarang lagi sulit karena cuaca airnya lagi bening. Kurang ikannya jadinya. Kadang lagi dapet ya dapet, lagi enggak ya enggak," pungkasnya.
(gpr)