Kepabeanan dan Cukai Tak Capai Target

Jum'at, 14 November 2014 - 10:46 WIB
Kepabeanan dan Cukai Tak Capai Target
Kepabeanan dan Cukai Tak Capai Target
A A A
JAKARTA - Kepabeanan dan cukai hingga akhir tahun diperkirakan hanya mampu mengumpulkan penerimaan sebesar Rp163,36 triliun atau 94,03% dari total target penerimaan Ditjen Bea dan Cukai pada APBN-P 2014.

Hingga akhir Oktober realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai hingga Oktober baru 75,59% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P). Tahun ini penerimaan kepabeanan dan cukai dalam APBN-P 2014 ditargetkan mencapai Rp173,3 triliun, sementara realisasi penerimaan terakhir baru Rp131,3 triliun.

“Berat, tapi kami optimistis masih ada satu setengah bulan lagi, kitaakanlakukan extraeffort untuk mengejar target. Tahun depan kami lebih optimistis,” ujar Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Susiwijono Moegiarso seusai acara “Perkembangan Ekonomi dan Arah Kebijakan Kepabeanan di Indonesia” di Jakarta, kemarin.

Susiwijono mengatakan, dalam waktu yang tersisa selama kurang lebih dua bulan lagi Ditjen Bea dan Cukai akan melakukan upaya-upaya ekstra untuk mengoptimalisasi penerimaan. Menurutnya, dari tiga pos penerimaan yaitu bea masuk, bea keluar dan bea cukai hanya penerimaan cukai uang diperkirakan mencapai target. Dirjen Bea dan Cukai akan melakukan upaya seperti operasi penindakan hasil tembakau (rokok) ilegal, operasi pengawasan impor, audit perusahaan hasil tembakau.

Dengan upayaupaya tersebut, penerimaan cukai diperkirakan mendapat tambahan Rp2,10 triliun sehingga total penerimaan cukai Rp117,66 triliun atau mencapai 100,18%. Dengan demikian, persentase penerimaan mencapai Rp161,26 triliun atau mencapai 94,03% dari target APBNP 2014 sebesar Rp173,73 triliun.

Faktor yang memengaruhi realisasi kepabeanan itu menurutnya berasal dari faktor domestik dan global. Secara global kondisi perekonomian masih lebih baik dibandingkan dengan perkiraan awal. Adapun, faktor yang menyebabkan tak tercapainya target bea masuk adalah pertumbuhan ekonomi global maupun dalam negeri terkoreksi. Pelambatan itu berpengaruh pada nilai eksporimpor.

Tercatat, penurunan nilai impor Januari hingga September turun 4,26% menjadi USD134,4 miliar. Sementara untuk realisasi, faktor yang mempengaruhi tak tercapainya penerimaan bea keluar adalah tarif bea keluar minyak sawit mentah (crude palm oil /CPO) yang pada Oktober, November serta bulan Desember hanya sebesar 0%.

Selain itu, kebijakan hilirisasi yang mengakibatkan pergeseran jenis komoditas ekspor dan kebijakan pelarangan ekspor bijih mineral berakibat pada penurunan penerimaan bea keluar secara signifikan. Dua perusahaan tambang pengekspor tembaga terbesar, yaitu PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara, tidak mencapai kuota ekspor Dari ekspor konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia sebesar 940.989 metrik ton (MT), yang terealisasi hanya 681.575 MT dengan bea keluar setara dengan Rp1,24 triliun.

Sementara, PT Newmont Nusa Tenggara dengan kuota sebesar 304.515 MT, diperkirakan hanya akan terealisasi sebesar 152.257 MT dengan bea keluar setara dengan Rp264 miliar. Penerimaan bea masuk dan bea keluar hingga Oktober tercatat belum mencapai target. Bea masuk hanya sebesar Rp26,7 triliun, angka itu baru mencapai 74,83% dari target APBN-P 2014 yang ditetapkan yang sebesar Rp35,6 triliun.

Sedangkan bea keluar tercatat Rp10,7 triliun, dibandingkan dengan target APBN-P 2014 maka realisasi itu baru mencapai 51,84% dari target yang ditetapkan sebesar Rp20,6 triliun. Penerimaan cukai tercatat mencapai realisasi tertinggi yaitu Rp93,9 triliun atau baru mencapai 79,9% dari target APBN-P yang ditetapkan sebesar Rp117,4 triliun.

Susiwijono mengatakan, total realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai sebesar Rp131,3 triliun itu telah mencapai 90,7% dari target proporsional sampai 31 Oktober 2014 sebesar Rp144,8 triliun. Sementara jika dibandingkan periode Januari hingga Oktober 2013, terdapat kenaikan nominal Rp6,3 triliun atau tumbuh 5,1%. Pada APBN tahun 2014 target penerimaan negara yang dibebankan pada Ditjen Bea dan Cukai mengalami kenaikan sebesar Rp17,04 triliun atau naik 11,3% dari APBN-P 2013.

Selanjutnya pada APBN-P 2014 target penerimaan negara yang dibebankan pada Ditjen Bea dan Cukai mengalami kenaikan Rp3,53 triliun atau naik 2,08% dari target APBN-P 2014. Namun, Susiwijono optimistis penerimaan kepabeanan dan cukai tahun depan akan mencapai target seperti tahuntahun sebelumnya.

Ditjen Bea dan Cukai menurutnya memiliki rencana pengembangan penerimaan cukai dengan mengajukan daftar komoditas baru yang berpotensi dikenai cukai. “Sebelumnya kan ada 15 komoditas yang sudah kita kenakan cukai. Memang programnya untuk bisa menambah atau ekstensifikasi bea cukai itu,” tambahnya.

Penambahan barang kena cukai harus melewati beberapa prosedur terlebih dahulu, melalui peraturan pemerintah dan harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sebelum sampai ke tahap itu, Ditjen Bea dan Cukai harus melakukan koordinasi dengan kementerian terkait. Pasalnya, tujuan pengenaan cukai adalah untuk pengendalian konsumsi. Selain itu, Ditjen Bea dan Cukai juga akan mengusulkan beberapa komoditas baru untuk dikenai bea keluar.

Dia menyebutkan, setidaknya ada dua komoditas yang diusulkan untuk dikenakan bea keluar. Tidak hanya penerimaan kepabeanan dan cukai yang tahun ini diperkirakan tak mencapai target, penerimaan pajak pun tak akan mencapai target. Penerimaan pajak pada periode Januari hingga Oktober tahun ini mencapai Rp773,34 triliun atau baru sekitar 72,1% dari target APBN-P 2014 yang dipatok Rp1.072,3 triliun tahun ini.

Sampai akhir tahun nanti Ditjen Pajak memperkirakan penerimaan pajak hanya mencapai 94% dari target.

Ria martati
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8234 seconds (0.1#10.140)