HT: Kenaikan Harga BBM Tak Bantu Rakyat Miskin
A
A
A
JAKARTA - CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) menyatakan tidak setuju dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi karena tidak membantu rakyat miskin.
"Kalau pendapat saya tidak setuju kenaikan BBM karena tidak membantu masyarakat. Tapi ada dilema, kalau pendapatan negara tidak meningkat, maka BBM akan tertekan," kata dia di MNC Tower, Jakarta, Jumat (14/11/2014)..
Menurut dia, kenaikan BBM bersubsidi bukan akar permasalahan yang dapat langsung memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi sekaligus membantu masyarakat kurang mampu. Dia menilai, permasalahan utamanya adalah bagaimana meningkatkan pendapatan negara.
"Begini, kenaikan BBM itu bukan akar permasalahannya, di mana subsidinya kebanyakan, sehingga memberatkan APBN. Yang jadi tantangan adalah bagaimana kita meningkatkan pendapatan negara untuk membantu masyarakat tidak mampu," ujarnya.
HT mengatakan, di setiap negara pasti ada masyarakat tidak mampu. Karena itu, dia mempertanyakan, bagaimana cara pemerintah di setiap negara membantu masyarakat kurang mampu tersebut.
"Di setiap bangsa pasti ada masyarakat kurang mampu, di Amerika, Eropa pasti ada. Yang jadi pertanyaan, bagaimana kita bisa melayani masyarakat yang kurang mampu? Tentunya dengan membuat kebijakan ekonomi yang tepat," jelasnya.
Sementara itu, pemerintah yang semula akan mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp3.000 per liter pada awal bulan ini harus menundanya lantaran masih harus menghitung ulang. Hal itu dilakukan karena anjloknya harga minyak dunia seiring meningkatnya pasokan di tengah berkurangnya permintaan.
"Kalau pendapat saya tidak setuju kenaikan BBM karena tidak membantu masyarakat. Tapi ada dilema, kalau pendapatan negara tidak meningkat, maka BBM akan tertekan," kata dia di MNC Tower, Jakarta, Jumat (14/11/2014)..
Menurut dia, kenaikan BBM bersubsidi bukan akar permasalahan yang dapat langsung memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi sekaligus membantu masyarakat kurang mampu. Dia menilai, permasalahan utamanya adalah bagaimana meningkatkan pendapatan negara.
"Begini, kenaikan BBM itu bukan akar permasalahannya, di mana subsidinya kebanyakan, sehingga memberatkan APBN. Yang jadi tantangan adalah bagaimana kita meningkatkan pendapatan negara untuk membantu masyarakat tidak mampu," ujarnya.
HT mengatakan, di setiap negara pasti ada masyarakat tidak mampu. Karena itu, dia mempertanyakan, bagaimana cara pemerintah di setiap negara membantu masyarakat kurang mampu tersebut.
"Di setiap bangsa pasti ada masyarakat kurang mampu, di Amerika, Eropa pasti ada. Yang jadi pertanyaan, bagaimana kita bisa melayani masyarakat yang kurang mampu? Tentunya dengan membuat kebijakan ekonomi yang tepat," jelasnya.
Sementara itu, pemerintah yang semula akan mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp3.000 per liter pada awal bulan ini harus menundanya lantaran masih harus menghitung ulang. Hal itu dilakukan karena anjloknya harga minyak dunia seiring meningkatnya pasokan di tengah berkurangnya permintaan.
(rna)