Harga Sembako di Palembang Terkerek Kenaikan BBM
A
A
A
PALEMBANG - Pemberlakuan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi per 18 November 2014 memberi dampak pada kenaikan harga komoditas pasar di Palembang, terutama beras. Meski kenaikan tidak terlalu signifikan tapi diprediksi bisa terjadi kenaikan lebih lanjut.
Kepala Disperindagkop Palembang Syahrul Hefni melalui Kasi Pengadaan, Penyaluran, dan Perdagangan Bidang Perdagangan Dalam Negeri Yulida menyebutkan, kenaikan harga beras yang terpantau pihaknya sebesar 0,5% atau sekitar Rp50/kg.
Angka ini didasarkan pada hasil monitoring perkembangan harga rata-rata eceran kebutuhan bahan pokok di beberapa unit pasar tradisional di Palembang pada 18 November 2014.
“Harga jual beras naik dari Rp185.000/20 kg menjadi Rp186.000/20 kg. Baik untuk beras merek Topi Koki, Selancar Biasa, Ikan Sepat, atau beras Ikan Patin,” ucap Yulida di ruang kerjanya, Selasa (18/11/2014).
Naiknya harga beras ini, menurutnya terjadi karena biaya distribusi yang menyesuaikan kenaikan harga BBM. Adapun pasokan beras merupakan beras lokal yang didatangkan dari beberapa daerah di Sumbagsel seperti Musirawas, Pagaralam, ataupun Belitung.
“Kita pahami, biaya operasional transportasi dipastikan bertambah seiring kenaikan BBM ini, yang akhirnya memberi pengaruh pada harga,” ulas dia.
Komoditi pasar yang juga mengalami perubahan harga adalah ayam broiler yang naik dari Rp25.000/20 kg menjadi Rp28.000/20 kg atau naik sebesar 12%. Sementara harga cabai diakuinya masih terus mengalami kenaikan harga. Seperti cabai merah keriting naik dari Rp65.000/kg menjadi Rp75.000/kg atau naik15,3%.
Begitu juga dengan cabai merah biasa naik dari Rp50.000/kg menjadi Rp60.000/kg atau naik 20% dan cabai rawit naik dari Rp56.000/kg menjadi Rp65.000/kg atau naik 18,1%.
“Kenaikan harga ini disebabkan fluktuasi harga pasar yang bersifat temporari. Adapun keadaan stok cukup, pengadaan dan penyaluran lancar. Sedangkan harga barang lainnya masih stabil,” jelas Yulida.
Ditemui terpisah, pedagang sembako Pasar Induk Jakabaring, Jefri mengatakan, harga beras dimungkinkan akan naik lagi. Sebab menurut dia, kenaikan BBM bisa menjadi efek domino bagi kenaikan barang kebutuhan lainnya.
“Sekarang masih di harga Rp185.000-Rp186.000/20 kg. Dampak kenaikan BBM pasti berlanjut, bisa jadi naik lagi ke harga Rp188.000/20 kg,” cetusnya.
Harga ini diakui Jefri cukup tinggi sekali bagi rakyat kecil. Sebab, beras memang sudah naik Rp5.000 sejak dua pekan terakhir. Menurutnya, rakyat tidak bisa berbuat banyak atas naiknya barang kebutuhan karena sudah merasakan ‘sakitnya’ sebelum diumumkan kenaikan BBM.
Kabag Administrasi Umum Pasar Induk Bambang Kusnadi menegaskan, kenaikan harga sembako dipastikan terus naik, terkait penambahan biaya angkut 300 ton komoditi yang akan masuk ke Pasar Induk. Namun begitu kuota kebutuhan pokok untuk Sumsel dipastikan tetap mencukupi dan aman.
“Rata-rata untuk sayur mayur masih stabil kecuali harga cabai yang memang masih tinggi akibat pengaruh pasokan,” bebernya.
(Baca: Harga Komoditas Sudah Merangkak Naik)
Kepala Disperindagkop Palembang Syahrul Hefni melalui Kasi Pengadaan, Penyaluran, dan Perdagangan Bidang Perdagangan Dalam Negeri Yulida menyebutkan, kenaikan harga beras yang terpantau pihaknya sebesar 0,5% atau sekitar Rp50/kg.
Angka ini didasarkan pada hasil monitoring perkembangan harga rata-rata eceran kebutuhan bahan pokok di beberapa unit pasar tradisional di Palembang pada 18 November 2014.
“Harga jual beras naik dari Rp185.000/20 kg menjadi Rp186.000/20 kg. Baik untuk beras merek Topi Koki, Selancar Biasa, Ikan Sepat, atau beras Ikan Patin,” ucap Yulida di ruang kerjanya, Selasa (18/11/2014).
Naiknya harga beras ini, menurutnya terjadi karena biaya distribusi yang menyesuaikan kenaikan harga BBM. Adapun pasokan beras merupakan beras lokal yang didatangkan dari beberapa daerah di Sumbagsel seperti Musirawas, Pagaralam, ataupun Belitung.
“Kita pahami, biaya operasional transportasi dipastikan bertambah seiring kenaikan BBM ini, yang akhirnya memberi pengaruh pada harga,” ulas dia.
Komoditi pasar yang juga mengalami perubahan harga adalah ayam broiler yang naik dari Rp25.000/20 kg menjadi Rp28.000/20 kg atau naik sebesar 12%. Sementara harga cabai diakuinya masih terus mengalami kenaikan harga. Seperti cabai merah keriting naik dari Rp65.000/kg menjadi Rp75.000/kg atau naik15,3%.
Begitu juga dengan cabai merah biasa naik dari Rp50.000/kg menjadi Rp60.000/kg atau naik 20% dan cabai rawit naik dari Rp56.000/kg menjadi Rp65.000/kg atau naik 18,1%.
“Kenaikan harga ini disebabkan fluktuasi harga pasar yang bersifat temporari. Adapun keadaan stok cukup, pengadaan dan penyaluran lancar. Sedangkan harga barang lainnya masih stabil,” jelas Yulida.
Ditemui terpisah, pedagang sembako Pasar Induk Jakabaring, Jefri mengatakan, harga beras dimungkinkan akan naik lagi. Sebab menurut dia, kenaikan BBM bisa menjadi efek domino bagi kenaikan barang kebutuhan lainnya.
“Sekarang masih di harga Rp185.000-Rp186.000/20 kg. Dampak kenaikan BBM pasti berlanjut, bisa jadi naik lagi ke harga Rp188.000/20 kg,” cetusnya.
Harga ini diakui Jefri cukup tinggi sekali bagi rakyat kecil. Sebab, beras memang sudah naik Rp5.000 sejak dua pekan terakhir. Menurutnya, rakyat tidak bisa berbuat banyak atas naiknya barang kebutuhan karena sudah merasakan ‘sakitnya’ sebelum diumumkan kenaikan BBM.
Kabag Administrasi Umum Pasar Induk Bambang Kusnadi menegaskan, kenaikan harga sembako dipastikan terus naik, terkait penambahan biaya angkut 300 ton komoditi yang akan masuk ke Pasar Induk. Namun begitu kuota kebutuhan pokok untuk Sumsel dipastikan tetap mencukupi dan aman.
“Rata-rata untuk sayur mayur masih stabil kecuali harga cabai yang memang masih tinggi akibat pengaruh pasokan,” bebernya.
(Baca: Harga Komoditas Sudah Merangkak Naik)
(gpr)