Proses Seleksi Dirut Pertamina Jangan Sampai Dipandang Jelek
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Energi Marwan Batubara menyebut, proses fit and proper test yang dilakukan oleh PT Daya Dimensi Indonesia (DDI) untuk jabatan Direktur Utama Pertamina jangan sampai menghasilkan kajian yang dipandang jelek oleh publik.
Proses assesment yang dilakoni oleh PT DDI, selaku pihak yang dilibatkan kementerian yang didalangi Rini Mariana Soemarno untuk mencari calon Dirut Pertamina dikabarkan sangat jauh, dibandingkan dengan hasil assesment jajaran untuk Direksi Pertamina pada 2009 dan 2011.
"Kita harus mengantisipasi sekaligus juga harus mengkritik, jangan sampai hasil kajian ini jelek, padalah ini tak jelek. Hanya saja dalam proses ini jangan sampai timbul kesan hanya kepentingan penguasa saja," kata Marwan ketika dihubungi, Kamis (20/11/2014).
Namun demikian, Marwan berpendapat dari hasil assesment yang dilakukan oleh PT DDI itu jangan sampai timbul padangan bahwa seleksi yang berlangsung itu hanya kepentingan untuk memuluskan satu pihak saja. "Jangan sampai cuma untuk memuluskan orang tertentu," tegasnya.
Dia mengatakan, sejak awal sebaiknya Rini Soemarno melibatkan pihak yang dipandang independen. Hal tersebut, untuk menunjukkan keseriusan Rini dalam memperbaiki kinerja Pertamina.
"Ini kan dalam memperbaiki satu lembaga, jangan sampai ada kesan ini hanya rekayasa, karena hanya melibatkan satu lembaga," ujarnya.
Marwan pun menyarankan agar, uji kelayakan terhadap calon yang dilakukan penilai sebaiknya terbuka. Karena hal tersebut, lagi-lagi sambung Marwan, jangan sampai seleksi calon Dirut Pertamina ini asal tunjuk.
"Yang penting lembaga penilaiannya kridebel. Jangan sampai di atas asal tunjuk. Kalau ada seperti itu ini bisa saja direkayasa," paparnya.
Marwan pun berpendapat, jika Rini secara sungguh-sungguh dalam seleksi calon dirut plat merah sekelas Pertamina, sebaiknya melibatkan lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
"Kita lihat kan (Rini-red) hanya memakai satu lembaga. Mestinya libatkan juga KPK, PPATK, kalau tidak ini hanya sebagai pesanan," kata Marwan.
Dia pun mengatakan, jika hasil assesment jauh berbeda dari pada sebelumnya, maka jelas hal tersebut merupakan hanya kepentingan dari salah satu penguasa.
Beberapa kalangan, mencium adanya gelagat keluarga Soemarno untuk menguasai bisnis migas di tanah air. Ambisi Soemarno Inc menguasai bisnis migas nasional terbuka lebar sejak penempatan Rini Soemarno sebagai Menteri BUMN. Seluruh jabatan pimpinan/dirut BUMN berada di bawah genggaman Soemarno Inc.
Posisi Dirut Pertamina yang kosong ditinggalkan Karen Agustiawan menjadi satu dari banyak BUMN yang ditarget dalam waktu dekat ini.
Menteri Rini Soemarno mengungkapkan, kementeriannya menyewa PT Daya Dimensi Indonesia sebagai pihak ketiga untuk melakukan fit and proper test calon Dirut Pertamina. Meski sudah dibatah oleh Rini, kencang kabar PT DDI adalah perusahaan assesor milik kerabatnya, Oengky Soemarno.
Hasil dari seleksi yang dilakukan PT DDI memperkuat kecurigaan. Nama-nama yang lolos seleksi ternyata adalah bagian dari bisnis atau setidak-tidaknya terkait jaringan Soemarno Inc, seperti Ahmad Faisal (mantan Dirut Niaga Pertamina era Ari Soemarno), Widhyawan (mantan Deputi SKK Migas-Stafsus Menteri ESDM Sudirman Said), dan dua kandidat lain yakni Budi Sadikin Mantan Dirut Mandiri, Rinaldi Firmansyah mantan Dirut Telkom.
Proses assesment yang dilakoni oleh PT DDI, selaku pihak yang dilibatkan kementerian yang didalangi Rini Mariana Soemarno untuk mencari calon Dirut Pertamina dikabarkan sangat jauh, dibandingkan dengan hasil assesment jajaran untuk Direksi Pertamina pada 2009 dan 2011.
"Kita harus mengantisipasi sekaligus juga harus mengkritik, jangan sampai hasil kajian ini jelek, padalah ini tak jelek. Hanya saja dalam proses ini jangan sampai timbul kesan hanya kepentingan penguasa saja," kata Marwan ketika dihubungi, Kamis (20/11/2014).
Namun demikian, Marwan berpendapat dari hasil assesment yang dilakukan oleh PT DDI itu jangan sampai timbul padangan bahwa seleksi yang berlangsung itu hanya kepentingan untuk memuluskan satu pihak saja. "Jangan sampai cuma untuk memuluskan orang tertentu," tegasnya.
Dia mengatakan, sejak awal sebaiknya Rini Soemarno melibatkan pihak yang dipandang independen. Hal tersebut, untuk menunjukkan keseriusan Rini dalam memperbaiki kinerja Pertamina.
"Ini kan dalam memperbaiki satu lembaga, jangan sampai ada kesan ini hanya rekayasa, karena hanya melibatkan satu lembaga," ujarnya.
Marwan pun menyarankan agar, uji kelayakan terhadap calon yang dilakukan penilai sebaiknya terbuka. Karena hal tersebut, lagi-lagi sambung Marwan, jangan sampai seleksi calon Dirut Pertamina ini asal tunjuk.
"Yang penting lembaga penilaiannya kridebel. Jangan sampai di atas asal tunjuk. Kalau ada seperti itu ini bisa saja direkayasa," paparnya.
Marwan pun berpendapat, jika Rini secara sungguh-sungguh dalam seleksi calon dirut plat merah sekelas Pertamina, sebaiknya melibatkan lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
"Kita lihat kan (Rini-red) hanya memakai satu lembaga. Mestinya libatkan juga KPK, PPATK, kalau tidak ini hanya sebagai pesanan," kata Marwan.
Dia pun mengatakan, jika hasil assesment jauh berbeda dari pada sebelumnya, maka jelas hal tersebut merupakan hanya kepentingan dari salah satu penguasa.
Beberapa kalangan, mencium adanya gelagat keluarga Soemarno untuk menguasai bisnis migas di tanah air. Ambisi Soemarno Inc menguasai bisnis migas nasional terbuka lebar sejak penempatan Rini Soemarno sebagai Menteri BUMN. Seluruh jabatan pimpinan/dirut BUMN berada di bawah genggaman Soemarno Inc.
Posisi Dirut Pertamina yang kosong ditinggalkan Karen Agustiawan menjadi satu dari banyak BUMN yang ditarget dalam waktu dekat ini.
Menteri Rini Soemarno mengungkapkan, kementeriannya menyewa PT Daya Dimensi Indonesia sebagai pihak ketiga untuk melakukan fit and proper test calon Dirut Pertamina. Meski sudah dibatah oleh Rini, kencang kabar PT DDI adalah perusahaan assesor milik kerabatnya, Oengky Soemarno.
Hasil dari seleksi yang dilakukan PT DDI memperkuat kecurigaan. Nama-nama yang lolos seleksi ternyata adalah bagian dari bisnis atau setidak-tidaknya terkait jaringan Soemarno Inc, seperti Ahmad Faisal (mantan Dirut Niaga Pertamina era Ari Soemarno), Widhyawan (mantan Deputi SKK Migas-Stafsus Menteri ESDM Sudirman Said), dan dua kandidat lain yakni Budi Sadikin Mantan Dirut Mandiri, Rinaldi Firmansyah mantan Dirut Telkom.
(gpr)