China Pangkas Suku Bunga

Minggu, 23 November 2014 - 11:12 WIB
China Pangkas Suku Bunga
China Pangkas Suku Bunga
A A A
Bank Sentral China akhir pekan ini secara tidak terduga memangkas tingkat suku bunga untuk pertama kali dalam lebih dari dua tahun.

Langkah ini diambil untuk mendorong pertumbuhan di negara ekonomi terbesar kedua dunia tersebut. Pemangkasan suku bunga dilakukan setelah sejumlah data mengecewakan yang menunjukkan ekonomi China melemah. Data-data itu antara lain turunnya pertumbuhan manufaktur, lemahnya ekspor, dan penurunan pasar properti. Ekonomi China tumbuh 7,3% pada kuartal III/2014, turun dari 7,5% pada kuartal sebelumnya, paling lemah sejak 2009, saat krisis keuangan global.

“Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBoC) memangkas suku bunga untuk tabungan satu tahun 0,25% poin menjadi 2,75% dan bunga pinjaman satu tahun turun 0,40% menjadi 5,6%. Keduanya efektif berlaku pada Sabtu (22/11),” papar pernyataan PBoC, dikutip kantor berita AFP . Ini merupakan pemangkasan suku bunga pertama sejak Juni 2012.

China sejak April menerapkan sejumlah langkah terbatas untuk mendorong pertumbuhan, seperti pemangkasan jumlah dana yang harus disimpan perbankan dan penyuntikan dana USD81,6 miliar ke lima perbankan terbesar di China untuk dipinjamkan kembali. Sejumlah analis menyatakan, indikator penurunan ekonomi terbaru, termasuk output manufaktur dan industri, tampaknya menekan pemerintah untuk mengambil langkah besar.

“PBoC terpaksa menyadari bahwa ekonomi China melemah dan risiko deflasi semakin kuat,” papar ekonom ANZ Liu Li- Gang kepada AFP . Keputusan memangkas suku bunga itu dilakukan sehari setelah survei privat yang menunjukkan aktivitas manufaktur China stagnan pada November ke level terendah dalam enam bulan.

Perbankan Inggris, HSBC, menyatakan bahwa indeks manajer pembelian awal (purchasing managers’ index /PMI) sebesar 50,0 atau berada di titik impas antara pertumbuhan dan penyusutan. Data PMI itu lebih rendah dibandingkan Oktober sebesar 50,4 dan paling lemah sejak Mei sebesar 49,4. Nilai di atas 50 menunjukkan pertumbuhan, di bawah 50 berarti penyusutan.

Kepala ekonom Asia untuk Capital Economics Mark Williams menyatakan, keuntungan pemotongan suku bunga itu sangat besar dan memiliki dampak bagus untuk pertumbuhan ekonomi. “Beban keuangan perusahaan-perusahaan kecil, yang meminjam dari sektor perbankan bayangan (shadow banking), tidak akan terpengaruh,” ujarnya.

Shadow banking merujuk pada jaringan pemberi kredit di luar perbankan dan tidak terjangkau regulator. Mereka antara lain platform keuangan online , perusahaan penjamin kredit, dan perusahaan kredit mikro. Penurunan harga sektor properti China menjadi isu utama yang membebani pertumbuhan ekonomi. Adapun, beberapa analis mengkhawatirkan kondisi kesehatan sistem keuangan China secara keseluruhan.

Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang kemarin menyerukan mesin pertumbuhan baru untuk mengatasi melemahnya pertumbuhan di negara tersebut. Dengan turunnya pertumbuhan manufaktur dan melemahnya pasar properti yang mengakibatkan penurunan permintaan baja, semen, dan beberapa produk lain, Pemerintah China mendapat tekanan untuk mendorong bidang baru pertumbuhan.

Menurut Li, China harus membantu warganya membangun bisnisnya sendiri dan mempercepat pembangunan model bisnis baru. Dia mendorong para manufaktur China untuk berekspansi ke luar negeri, menciptakan brand yang kuat dan mendunia, serta meluncurkan lebih banyak produk dan jasa inovatif buatan China.

Li juga mendorong kebijakan untuk membantu perbankan skala kecil dan menengah serta membantu mengembangkan zona ekonomi Sungai Yangtze, yang mencakup sembilan provinsi dan membentang antara Provinsi Yunnan di barat daya hingga Shanghai di pantai timur. Energi hijau dan pertanian modern menjadi salah satu bidang yang ditargetkan untuk ekspansi di zona ekonomi itu.

Statistik untuk Oktober yang dirilis pekan lalu menunjukkan masih terjadinya pelemahan, dengan pertumbuhan pada produksi industri mengalami penurunan dibandingkan bulan lalu dan ke depan masih diperkirkan di bawah proyeksi. Investasi aset tetap, yang mengukur belanja pemerintah untuk infrastruktur, juga menuju level paling rendah dalam 10 bulan pertama pada periode Januari-September.

Pemerintah China menargetkan pertumbuhan pada 2014 sebesar 7,5% sama dengan tahun lalu. Meski demikian, sejumlah pejabat termasuk PM Li Keqiang secara terbuka mengakui bahwa target itu masih dapat berubah sesuai ketangguhan pasar tenaga kerja.

Syarifudin
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9122 seconds (0.1#10.140)