Bank BUMN Belum Akan Naikkan Bunga
A
A
A
JAKARTA - Kendati Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga acuan ke level 7,75% pada pekan lalu, bank BUMN belum akan menaikkan suku bunga kredit kepada nasabahnya.
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin menilai, kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (0,25%) masih bisa membuat perbankan bertahan ke depannya. “Kami tidak akan buruburu menaikkan suku bunga,” ujar Budi di Jakarta pekan lalu. Dia menyatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan tidak membuat Bank Mandiri khawatir.
Nasabah Mandiri menurutnya bukan tipe yang terlalu sensitif dengan kenaikan suku bunga 0,25%. “Saya rasa, kalau hanya segitu (0,25%) masih bisa bertahan,” katanya. Budi juga menambahkan, kenaikan BI Rateyang diumumkan Bank Indonesia (BI) dalam mengantisipasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tersebut tidak perlu ditanggapi secara berlebihan.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk Budi Satria mengungkapkan, BRI belum berencana menaikkan suku bunga. BRI masih terus memantau perkembangan kondisi pasar saat ini. “Belum ada rencana seperti itu (menaikkan suku bunga kredit), kita masih akan terus memantau dulu kondisinya,” kata Budi saat dihubungi KORAN SINDO kemarin.
Berbeda dengan bank BUMN, pascakenaikan BI Rate perbankan swasta justru sedang bersiap-siap menaikkan suku bunga kreditnya. Salah satunya adalah PT Bank Bukopin Tbk. Menurut Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardi, pihaknya berencana menaikkan suku bunga kredit, mengikuti kenaikan suku bunga acuan BI sebesar 25 bps.
Tetapi, untuk menetapkan kapan waktu dan berapa persen kenaikannya, Glen masih menunggu. “Kami masih memutuskan range-nya, semakin tinggi risiko kredit maka bunga kredit akan semakin tinggi,” ujar Glen saat ditemui KORAN SINDO akhir pekan lalu.
Sementara, PT Bank Permata Tbk juga berencana menaikkan bunga kreditnya. Namun, pihaknya masih melihat kondisi pasar terlebih dahulu sebelum memutuskan berapa rasio yang akan dinaikkan. “Kami akan pertimbangkan itu. Jika naik, rasionya akan sama dengan kenaikan BI rate yakni 25 bps. Namun, kita masih menanti kondisi pasar dulu,” ungkap Presiden Direktur Bank Permata Roy A Arfandy.
Di bagian lain, Ikatan Bankir Indonesia (IBI) menyatakan dukungannya terhadap langkah BI yang menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 bps menjadi 7,75% dari sebelumnya 7,5%.
Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia (IBI) Zulkifli Zaini mengatakan, langkah BI menaikkan suku bunga acuan merupakan antisipasi untuk menghadapi inflasi lantaran Pemerintah telah menaikkan harga BBM bersubsidi. Selain itu, kenaikan BI Rate dirasa perlu untuk menjaga likuiditas perbankan dan modal dari luar negeri atau foreign direct investment( FDI).
Hal senada disampaikan pengamat ekonomi A Prasetyantoko. Menurutnya, kenaikan BI Rate ini merupakan salah satu tujuan BI untuk mengendalikan jumlah uang beredar di masyarakat, sehingga inflasinya tidak tinggi.
Kunthi Fahmar Sandy
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin menilai, kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (0,25%) masih bisa membuat perbankan bertahan ke depannya. “Kami tidak akan buruburu menaikkan suku bunga,” ujar Budi di Jakarta pekan lalu. Dia menyatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan tidak membuat Bank Mandiri khawatir.
Nasabah Mandiri menurutnya bukan tipe yang terlalu sensitif dengan kenaikan suku bunga 0,25%. “Saya rasa, kalau hanya segitu (0,25%) masih bisa bertahan,” katanya. Budi juga menambahkan, kenaikan BI Rateyang diumumkan Bank Indonesia (BI) dalam mengantisipasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tersebut tidak perlu ditanggapi secara berlebihan.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk Budi Satria mengungkapkan, BRI belum berencana menaikkan suku bunga. BRI masih terus memantau perkembangan kondisi pasar saat ini. “Belum ada rencana seperti itu (menaikkan suku bunga kredit), kita masih akan terus memantau dulu kondisinya,” kata Budi saat dihubungi KORAN SINDO kemarin.
Berbeda dengan bank BUMN, pascakenaikan BI Rate perbankan swasta justru sedang bersiap-siap menaikkan suku bunga kreditnya. Salah satunya adalah PT Bank Bukopin Tbk. Menurut Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardi, pihaknya berencana menaikkan suku bunga kredit, mengikuti kenaikan suku bunga acuan BI sebesar 25 bps.
Tetapi, untuk menetapkan kapan waktu dan berapa persen kenaikannya, Glen masih menunggu. “Kami masih memutuskan range-nya, semakin tinggi risiko kredit maka bunga kredit akan semakin tinggi,” ujar Glen saat ditemui KORAN SINDO akhir pekan lalu.
Sementara, PT Bank Permata Tbk juga berencana menaikkan bunga kreditnya. Namun, pihaknya masih melihat kondisi pasar terlebih dahulu sebelum memutuskan berapa rasio yang akan dinaikkan. “Kami akan pertimbangkan itu. Jika naik, rasionya akan sama dengan kenaikan BI rate yakni 25 bps. Namun, kita masih menanti kondisi pasar dulu,” ungkap Presiden Direktur Bank Permata Roy A Arfandy.
Di bagian lain, Ikatan Bankir Indonesia (IBI) menyatakan dukungannya terhadap langkah BI yang menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 bps menjadi 7,75% dari sebelumnya 7,5%.
Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia (IBI) Zulkifli Zaini mengatakan, langkah BI menaikkan suku bunga acuan merupakan antisipasi untuk menghadapi inflasi lantaran Pemerintah telah menaikkan harga BBM bersubsidi. Selain itu, kenaikan BI Rate dirasa perlu untuk menjaga likuiditas perbankan dan modal dari luar negeri atau foreign direct investment( FDI).
Hal senada disampaikan pengamat ekonomi A Prasetyantoko. Menurutnya, kenaikan BI Rate ini merupakan salah satu tujuan BI untuk mengendalikan jumlah uang beredar di masyarakat, sehingga inflasinya tidak tinggi.
Kunthi Fahmar Sandy
(ftr)