Pengembangan Energi Alternatif Dikedepankan
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah mengisyaratkan, kebijakan energi ke depan akan lebih mengedepankan optimalisasi energi alternatif.
Langkah ini untuk menjamin terjaganya keberlanjutan energi, lingkungan, dan anggaran. “Tidak hanya akan berdampak positif terhadap lingkungan karena zero emission , energi alternatif juga akan mengurangi beban fiskal,” kata Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro saat berbicara di depan peserta acara “Partnership for Solution Regional Workshop: Priorities and Pathway for Sustainable Energy and Deep Decarbonization in Indonesia” di Jakarta kemarin.
Menurut Bambang, tantangan ke depan antara lain adalah menjaga fiskal yang berkelanjutan untuk mencapai target pembangunan ekonomi seperti pengentasan kemiskinan. Salah satu caranya adalah mengurangi beban subsidi untuk energi dengan menggunakan sumber alternatif, seperti gas alam. “Harga gas alam lebih murah, tidak perlu subsidi seperti premium sehingga tidak memberatkan fiskal,” katanya.
Di samping gas alam, pemerintah juga akan mendorong sumber energi alternatif lainnya seperti biodiesel. Saat ini penggunaan bahan bakar nabati (BBN) dalam bentuk biodiesel dari minyak sawit baru 10%. “Produsen CPO sebetulnya menginginkan penggunaan biofuel dalam biodiesel bisa mencapai 20% sehingga pasar mereka bisa lebih besar,” tutur Bambang.
Leader Council SDSN Mari Elka Pangestu mengatakan, melalui kegiatan Partnership for Solution Regional Workshop ini diharapkan, ada komitmen dari berbagai pihak. Pernyataan menteri keuangan, menurut Mari, adalah hal yang bagus untuk mendorong penggunaan energi alternatif.
“Saran menteri keuangan sangat bagus untuk mulai melakukan konversi bahan bakar ke CNG atau biodiesel, yang dimulai dari transportasi publik di kota-kota besar Indonesia dan berusaha mencari pengalaman dari negara-negara yang ahli telah melakukan hal itu,” kata Mari.
Dia berharap, selain Jakarta, kota-kota besar lainnya di Indonesia bisa mulai menerapkan pola pembangunan yang berkelanjutan untuk transportasi massal dengan mengalihkan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ke CNG atau biodiesel. President of Indonesian Counterpart for Energy and Environmental Studies (ICESS) Herman Darnel Ibrahim mengatakan, Indonesia memang membutuhkan optimalisasi penggunaan energi alternatif dengan mempertimbangkan biaya teknis yang murah seperti penggunaan gas.
Dalam memilih energi alternatif, harus berdasarkan biaya teknis yang lebih rendah dalam mengolah sumber energi menjadi energi yang bisa digunakan. “Gas salah satu pilihan karena Indonesia mempunyai cadangan yang besar,” ucapnya.
Anton c
Langkah ini untuk menjamin terjaganya keberlanjutan energi, lingkungan, dan anggaran. “Tidak hanya akan berdampak positif terhadap lingkungan karena zero emission , energi alternatif juga akan mengurangi beban fiskal,” kata Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro saat berbicara di depan peserta acara “Partnership for Solution Regional Workshop: Priorities and Pathway for Sustainable Energy and Deep Decarbonization in Indonesia” di Jakarta kemarin.
Menurut Bambang, tantangan ke depan antara lain adalah menjaga fiskal yang berkelanjutan untuk mencapai target pembangunan ekonomi seperti pengentasan kemiskinan. Salah satu caranya adalah mengurangi beban subsidi untuk energi dengan menggunakan sumber alternatif, seperti gas alam. “Harga gas alam lebih murah, tidak perlu subsidi seperti premium sehingga tidak memberatkan fiskal,” katanya.
Di samping gas alam, pemerintah juga akan mendorong sumber energi alternatif lainnya seperti biodiesel. Saat ini penggunaan bahan bakar nabati (BBN) dalam bentuk biodiesel dari minyak sawit baru 10%. “Produsen CPO sebetulnya menginginkan penggunaan biofuel dalam biodiesel bisa mencapai 20% sehingga pasar mereka bisa lebih besar,” tutur Bambang.
Leader Council SDSN Mari Elka Pangestu mengatakan, melalui kegiatan Partnership for Solution Regional Workshop ini diharapkan, ada komitmen dari berbagai pihak. Pernyataan menteri keuangan, menurut Mari, adalah hal yang bagus untuk mendorong penggunaan energi alternatif.
“Saran menteri keuangan sangat bagus untuk mulai melakukan konversi bahan bakar ke CNG atau biodiesel, yang dimulai dari transportasi publik di kota-kota besar Indonesia dan berusaha mencari pengalaman dari negara-negara yang ahli telah melakukan hal itu,” kata Mari.
Dia berharap, selain Jakarta, kota-kota besar lainnya di Indonesia bisa mulai menerapkan pola pembangunan yang berkelanjutan untuk transportasi massal dengan mengalihkan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ke CNG atau biodiesel. President of Indonesian Counterpart for Energy and Environmental Studies (ICESS) Herman Darnel Ibrahim mengatakan, Indonesia memang membutuhkan optimalisasi penggunaan energi alternatif dengan mempertimbangkan biaya teknis yang murah seperti penggunaan gas.
Dalam memilih energi alternatif, harus berdasarkan biaya teknis yang lebih rendah dalam mengolah sumber energi menjadi energi yang bisa digunakan. “Gas salah satu pilihan karena Indonesia mempunyai cadangan yang besar,” ucapnya.
Anton c
(ars)