Ekspor Mebel Ditargetkan Rp61 Triliun per Tahun
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) menargetkan ekspor produk mebel dan kerajinan hingga USD5 miliar (sekitar Rp61 triliun) per tahun dalam lima tahun mendatang.
Hal itu diungkapkan Ketua Umum AMKRI Soenoto kemarin. Pada 2013 nilai ekspor mebel dan kerajinan Indonesia menempati posisi ke-18 dunia dengan nilai USD1,8 miliar untuk mebel dan USD800 juta untuk produk kerajinan. Nilai Ekspor ini masih relatif kecil jika dibandingkan kinerja ekspor mebel negara lain. China masih menduduki peringkat pertama dunia dengan nilai ekspor lebih dari USD52 miliar.
“Kami akan melakukan evaluasi satu tahun ke belakang hingga satu tahun ke depan. AMKRI bersama pemerintah akanterusmeningkatkanekspor furniture dan handicraft dalam lima tahun ke depan mencapai USD5 miliar per tahun,” ujar Soenoto di Jakarta, kemarin. Dia menambahkan, demi mencapai target tersebut, dibutuhkan pertumbuhan 20% per tahun. “Hal-hal yang menjadi penghambat kita press down semaksimal mungkin, yang penunjang kita tingkatkan semaksimal mungkin.
Penghambat-penghambat lainnya seperti regulasi-regulasi yang kita hadapi dan sertifikasi legalitas kayu (SVLK) yang tidak ada gunanya. Pengusaha kayu tanpa dibebani SVLK sudah cukup ruwet. Pembeli juga tidak ada yang meminta SVLK,” ujarnya. Soenoto mengimbau, pemerintah tidak membuat regulasi yang membebani pengusaha, khususnya untuk produk mebel dan furnitur. “Efeknya akan terjadi PHK (pemutusan hubungan kerja) kalau pemerintah memaksakan kehendak karena ketidaktahuan dan ketidakpahaman,” tegasnya.
Industri mebel dan kerajinan merupakan penyumbang devisa negara yang potensial dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Industri padat karya ini menyerap lebih dari 500.000 tenaga kerja langsung di sejumlah pabrik. Jumlah ini belum termasuk tenaga kerja yang terserap di kelompok usaha kecil dan menengah (UKM) terdiri atas tenaga kerja outsourcing, tenaga kerja rumahan, yang keseluruhannya mencapai 2,1 juta orang. Dewan Penasihat Johanes Sumarno mengatakan, industri furniture adalah salah satu industri padat karya.
“Di samping padat karya, multiplayer efeknya tinggi karena ketika industri furniture berkembang maka akan banyak industri penunjang lainnya,” ujarnya.
Oktiani endarwati
Hal itu diungkapkan Ketua Umum AMKRI Soenoto kemarin. Pada 2013 nilai ekspor mebel dan kerajinan Indonesia menempati posisi ke-18 dunia dengan nilai USD1,8 miliar untuk mebel dan USD800 juta untuk produk kerajinan. Nilai Ekspor ini masih relatif kecil jika dibandingkan kinerja ekspor mebel negara lain. China masih menduduki peringkat pertama dunia dengan nilai ekspor lebih dari USD52 miliar.
“Kami akan melakukan evaluasi satu tahun ke belakang hingga satu tahun ke depan. AMKRI bersama pemerintah akanterusmeningkatkanekspor furniture dan handicraft dalam lima tahun ke depan mencapai USD5 miliar per tahun,” ujar Soenoto di Jakarta, kemarin. Dia menambahkan, demi mencapai target tersebut, dibutuhkan pertumbuhan 20% per tahun. “Hal-hal yang menjadi penghambat kita press down semaksimal mungkin, yang penunjang kita tingkatkan semaksimal mungkin.
Penghambat-penghambat lainnya seperti regulasi-regulasi yang kita hadapi dan sertifikasi legalitas kayu (SVLK) yang tidak ada gunanya. Pengusaha kayu tanpa dibebani SVLK sudah cukup ruwet. Pembeli juga tidak ada yang meminta SVLK,” ujarnya. Soenoto mengimbau, pemerintah tidak membuat regulasi yang membebani pengusaha, khususnya untuk produk mebel dan furnitur. “Efeknya akan terjadi PHK (pemutusan hubungan kerja) kalau pemerintah memaksakan kehendak karena ketidaktahuan dan ketidakpahaman,” tegasnya.
Industri mebel dan kerajinan merupakan penyumbang devisa negara yang potensial dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Industri padat karya ini menyerap lebih dari 500.000 tenaga kerja langsung di sejumlah pabrik. Jumlah ini belum termasuk tenaga kerja yang terserap di kelompok usaha kecil dan menengah (UKM) terdiri atas tenaga kerja outsourcing, tenaga kerja rumahan, yang keseluruhannya mencapai 2,1 juta orang. Dewan Penasihat Johanes Sumarno mengatakan, industri furniture adalah salah satu industri padat karya.
“Di samping padat karya, multiplayer efeknya tinggi karena ketika industri furniture berkembang maka akan banyak industri penunjang lainnya,” ujarnya.
Oktiani endarwati
(ars)