RI Penghasil Cengkeh Terbesar di Dunia
RI Penghasil Cengkeh Terbesar di Dunia
A
A
A
YOGYAKARTA - Indonesia merupakan negara penghasil cengkeh terbesar di dunia, yaitu mencapai 73.000 ton per tahun dengan luas lahan mencapai 31.450 hektare (ha).
Sayangnya, peran komunitas cengkeh seperti petani, asosiasi pedagang hingga industri pengguna produk turunan cengkeh, belum terorganisir dengan baik. Ini berdampak tidak terdengar suaranya di forum-forum internasional.
Untuk itu, komunitas cengkeh dari beragam latar belakang mendeklarasikan organisasi non pemerintah, ASEAN Clove Spice Association (ACSA) atau Asosiasi Rempah Cengkeh ASEAN.
Deklarasi ACSA ini pada September 2013, namun setahun kemudian baru terdaftar legal formal dengan nomor AHU-0000432.60.80.2014 di Kemenkum HAM.
"Ini tantangan sekaligus kesempatan emas untuk meregionalisasikan, memprofesionalkan, dan menggerakkan pemangku kepentingan cengkeh di Indonesia," kata Ketua ACSA I Ketut Budhyman di Hotel Ambarukmo, Yogyakarta, Rabu (3/12/2014).
ACSA, kata dia, merupakan organisasi yang mengadvokasi kepentingan pemangku kepentingan komunitas cengah di Indonesia dan ASEAN.
Organisasi ini dibentuk guna membantu sektor rempah cengkeh di tingkat ASEAN untuk memperjuangkan kesejahteraan komunitas sektor cengkeh, seperti petani.
"(organisasi) Ini wadah pemangku kepentingan cengkeh Indonesia untuk menjaga keberlangsungan cengkeh. Cengkeh kita memiliki kekhasan di dunia, istimewa," ujarnya.
Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Kementerian Pertanian Azwar Abu Bakar mempertegas bahwa rempah Indonesia memiliki kualitas terbaik di dunia.
Bahkan, dia mengisahkan era penjajahan sebelum negeri ini merdeka karena komoditas rempah seperti cengkeh.
"Kita dulu di jajah karena rempah-rempah kita berkualitas. Kini, kita menjadi negara produsen sekaligus konsumen cengkeh terbesar dunia," katanya.
Selama ini, masyarakat umum hanya melihat cengkeh sebagai ramuan untuk rokok. Padahal, banyak produk turunan dari cengkah bermanfaat selain rokok dan memiliki nilai ekonomis tinggi.
Contohnya saat ini sedang berlangsung penelitian bahwa zat murni cengkeh bisa sebagai bahan pengawet makanan.
Sayangnya, peran komunitas cengkeh seperti petani, asosiasi pedagang hingga industri pengguna produk turunan cengkeh, belum terorganisir dengan baik. Ini berdampak tidak terdengar suaranya di forum-forum internasional.
Untuk itu, komunitas cengkeh dari beragam latar belakang mendeklarasikan organisasi non pemerintah, ASEAN Clove Spice Association (ACSA) atau Asosiasi Rempah Cengkeh ASEAN.
Deklarasi ACSA ini pada September 2013, namun setahun kemudian baru terdaftar legal formal dengan nomor AHU-0000432.60.80.2014 di Kemenkum HAM.
"Ini tantangan sekaligus kesempatan emas untuk meregionalisasikan, memprofesionalkan, dan menggerakkan pemangku kepentingan cengkeh di Indonesia," kata Ketua ACSA I Ketut Budhyman di Hotel Ambarukmo, Yogyakarta, Rabu (3/12/2014).
ACSA, kata dia, merupakan organisasi yang mengadvokasi kepentingan pemangku kepentingan komunitas cengah di Indonesia dan ASEAN.
Organisasi ini dibentuk guna membantu sektor rempah cengkeh di tingkat ASEAN untuk memperjuangkan kesejahteraan komunitas sektor cengkeh, seperti petani.
"(organisasi) Ini wadah pemangku kepentingan cengkeh Indonesia untuk menjaga keberlangsungan cengkeh. Cengkeh kita memiliki kekhasan di dunia, istimewa," ujarnya.
Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Kementerian Pertanian Azwar Abu Bakar mempertegas bahwa rempah Indonesia memiliki kualitas terbaik di dunia.
Bahkan, dia mengisahkan era penjajahan sebelum negeri ini merdeka karena komoditas rempah seperti cengkeh.
"Kita dulu di jajah karena rempah-rempah kita berkualitas. Kini, kita menjadi negara produsen sekaligus konsumen cengkeh terbesar dunia," katanya.
Selama ini, masyarakat umum hanya melihat cengkeh sebagai ramuan untuk rokok. Padahal, banyak produk turunan dari cengkah bermanfaat selain rokok dan memiliki nilai ekonomis tinggi.
Contohnya saat ini sedang berlangsung penelitian bahwa zat murni cengkeh bisa sebagai bahan pengawet makanan.
(izz)
Explore More