Pelaku Usaha Belum Agresif Raih Pasar Ekspor

Senin, 08 Desember 2014 - 11:06 WIB
Pelaku Usaha Belum Agresif...
Pelaku Usaha Belum Agresif Raih Pasar Ekspor
A A A
NUSA DUA - Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pelaku usaha nasional.

Untuk itu, perlu kesiapan agar pelaku usaha dalam negeri mampu bersaing. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan, pelaku usaha nasional termasuk sektor keuangan harus mempersiapkan diri untuk bisa bersaing di pasar ASEAN. “Indonesia masih fokus mengembangkan pasar dalam negeri tapi belum agresif untuk bisa meraih pasar ekspor,” kata dia pada acara CEO Networking 2014, di Nusa Dua, Bali, akhir pekan lalu.

Muliaman menambahkan, salah satu hambatan dari para pegiat bisnis nasional adalah karena terlena saat mengembangkan usaha lokal. Alasannya, pasar domestik yang sangat besar masih menjadi tujuan utama sehingga tidak melirik pasar ekspor. Menurut dia, sangat penting bagi semua pihak mendorong minat melihat kesempatan di luar negeri, terutama ASEAN. Jika tidak, kekhawatiran Indonesia hanya sebagai pasar bisa terjadi.

Padahal, parapebisnisseperti di China yang notabene pasar dalam negerinya sangat besar, justru lebih suka melakukan ekspansi usaha ke negara lain. Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, produktivitas menjadi kunci Indonesia masuk ke MEA 2015. Indonesia akan siap kalau mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi sehingga tinggal bagaimana memulainya.

“Inflasi kita susah, di bawah 5% karena sisi suplai tidak bisa mengikuti sisi permintaan. Jadi, harga pasti naik sehingga pengaruh ke inflasi. Di sisi lain infrastruktur tidak memadai sehingga logistik naik, harga barang naik,” ucap dia.

Selain itu, saat ini pengusahapengusaha besar nasional tidak banyak yang memiliki bank. Padahal, jika dibandingkan dengan daftar orang terkaya di Indonesia pada era 90-an mereka besar karena bisnis perbankan. Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Franciscus Welirang mengatakan, ada beberapa tantangan atas kesiapan Indonesia menghadapi MEA. Di antaranya, Indonesia lemah dalam penyediaan infrastruktur dan perbankan yang kurang akomodatif terhadap investasi.

“Suku bunga modal di kita tinggi, lebih dari 13%,” ujar dia. Di sisi lain, birokrasi dan perpajakan di Indonesia rumit, sehingga biaya impor dari Indonesia 10% lebih tinggi dibanding dari Singapura dan Malaysia.

Hermansah
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0870 seconds (0.1#10.140)