Kawasan Industri Morowali Serap 80.000 Tenaga Kerja
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengungkapkan, Kawasan Industri Morowali Tsingshan akan menyerap 80.000 tenaga kerja.
Penyerapan puluhan ribu tenaga kerja itu akan terealisasi apabila pabrik stainless steel berkapasitas 2 juta ton dan beberapa industri hilir yang ada di kawasan tersebut beroperasi. “Targetnya tahun 2019 mendatang pabrik stainless steel beroperasi,” ujar Saleh Husin dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, kemarin.
Diketahui, Jumat (5/12) lalu Menperin Saleh Husin meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking) Kawasan Industri Morowali Tsingshan di Bahodopi, Sulawesi Tengah. Keberadaan Kawasan Industri Morowali ini diharapkan akan mendorong pertumbuhan industri di luar Pulau Jawa.
Apalagi, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah mencanangkan peran wilayah di luar Pulau Jawa terhadap nilai tambah sektor industri akan terus meningkat dari 28% pada 2013 menjadi 40% pada 2035. Menperin menambahkan, pengembangan kawasan industri merupakan upaya mendorong tumbuhnya industri nasional. Pengembangan kawasan industri di daerah merupakan upaya untuk penyebaran industri.
“Diperlukan upaya mendorong agar sektor industri dapat lebih merata dengan pengembangan pusat pertumbuhan industri melalui pembangunan kawasan industri,” katanya. Dalam kesempatan tersebut, Menperin menyampaikan apresiasi terhadap PT Indonesia Morowali Industrial Park beserta group yang telah membangun dan mengembangkan kawasan industri berbasis nikel di lokasi terpencil dan minim infrastruktur.
Saleh mengatakan, pertumbuhan industri pengolahan migas sampai dengan semester I/2014 mencapai 5,49%. “Pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama sebesar 5,17%. Kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas mencapai 20,83% dari total PDB nasional, tertinggi dibanding sektor lain,” kata Menperin.
Kawasan Industri Morowali Tsingshan sendiri sudah dimulai dengan pembangunan smelter tahap pertama oleh PT Sulawesi Mining Investment yang merupakan perusahaan patungan Bintang Delapan Group dan investor Tiongkok, Tsingshan Group. Smelter dibangun di atas lahan seluas 230 hektare (ha) dengan kapasitas 300.000 ton dan pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 2 x 65 megawatt yang telah memasuki 85% tahap penyelesaian dengan perkiraan operasi komersial April 2015.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Sulawesi Mining Investment Halim Mina menjelaskan, pembangunan smelter tahap dua dengan kapasitas 600.000 ton dan PLTU kapasitas 2 x 150 megawatt akan selesai Desember 2015. “Sedangkan, pembangunan smelter tahap tiga dengan kapasitas 300.000 ton dan PLTU kapasitas 300 megawatt dan pembangunan industri stainless steel dengan kapasitas 2 juta ton akan selesai 2017,” kata Halim.
Kawasan industri ini merupakan tempat pengolahan berbasis nikel seluas 1.200 ha dan akan dikembangkan menjadi 2.000 ha.
Oktiani endarwati/ant
Penyerapan puluhan ribu tenaga kerja itu akan terealisasi apabila pabrik stainless steel berkapasitas 2 juta ton dan beberapa industri hilir yang ada di kawasan tersebut beroperasi. “Targetnya tahun 2019 mendatang pabrik stainless steel beroperasi,” ujar Saleh Husin dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, kemarin.
Diketahui, Jumat (5/12) lalu Menperin Saleh Husin meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking) Kawasan Industri Morowali Tsingshan di Bahodopi, Sulawesi Tengah. Keberadaan Kawasan Industri Morowali ini diharapkan akan mendorong pertumbuhan industri di luar Pulau Jawa.
Apalagi, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah mencanangkan peran wilayah di luar Pulau Jawa terhadap nilai tambah sektor industri akan terus meningkat dari 28% pada 2013 menjadi 40% pada 2035. Menperin menambahkan, pengembangan kawasan industri merupakan upaya mendorong tumbuhnya industri nasional. Pengembangan kawasan industri di daerah merupakan upaya untuk penyebaran industri.
“Diperlukan upaya mendorong agar sektor industri dapat lebih merata dengan pengembangan pusat pertumbuhan industri melalui pembangunan kawasan industri,” katanya. Dalam kesempatan tersebut, Menperin menyampaikan apresiasi terhadap PT Indonesia Morowali Industrial Park beserta group yang telah membangun dan mengembangkan kawasan industri berbasis nikel di lokasi terpencil dan minim infrastruktur.
Saleh mengatakan, pertumbuhan industri pengolahan migas sampai dengan semester I/2014 mencapai 5,49%. “Pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama sebesar 5,17%. Kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas mencapai 20,83% dari total PDB nasional, tertinggi dibanding sektor lain,” kata Menperin.
Kawasan Industri Morowali Tsingshan sendiri sudah dimulai dengan pembangunan smelter tahap pertama oleh PT Sulawesi Mining Investment yang merupakan perusahaan patungan Bintang Delapan Group dan investor Tiongkok, Tsingshan Group. Smelter dibangun di atas lahan seluas 230 hektare (ha) dengan kapasitas 300.000 ton dan pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 2 x 65 megawatt yang telah memasuki 85% tahap penyelesaian dengan perkiraan operasi komersial April 2015.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Sulawesi Mining Investment Halim Mina menjelaskan, pembangunan smelter tahap dua dengan kapasitas 600.000 ton dan PLTU kapasitas 2 x 150 megawatt akan selesai Desember 2015. “Sedangkan, pembangunan smelter tahap tiga dengan kapasitas 300.000 ton dan PLTU kapasitas 300 megawatt dan pembangunan industri stainless steel dengan kapasitas 2 juta ton akan selesai 2017,” kata Halim.
Kawasan industri ini merupakan tempat pengolahan berbasis nikel seluas 1.200 ha dan akan dikembangkan menjadi 2.000 ha.
Oktiani endarwati/ant
(ars)