Menilai Perilakumu Sendiri!

Selasa, 09 Desember 2014 - 10:46 WIB
Menilai Perilakumu Sendiri!
Menilai Perilakumu Sendiri!
A A A
Kalau Anda sedang melintas di jalan tol dan melewati pintu tol, coba sesekali perhatikan mobil di depan Anda, apa reaksi si pengendara mobil lakukan ketika ia membayar dan menerima karcis tol.

Coba pula lihat sekilas apa yang Anda temukan di pinggiran atau lantai-lantai dekat pintu tol. Beberapa kali kalau saya melintas di jalan tol saya menemukan banyak situasi yang menarik untuk saya bagi dan saya tulis untuk refleksi kita bersama. Ada kendaraan yang ketika menerima karcis tol langsung menutup kaca jendela mobilnya.

Asumsi saya mungkin ia ingin menyimpannya untuk mengklaim kembali ke perusahaannya atau mungkin ia tidak ingin mengotori jalan tol dengan membuang karcis tol dengan sembarangan. Dan yang miris untuk dilihat adalah ketika beberapa kendaraan yang ketika menerima karcis tol langsung membuangnya di jalan dengan begitu santainya. Pikiran saya yang melihat hal tersebut, mungkin ia tidak perlu menyimpannya karena memang ia juga tidak perlu meminta klaim ke perusahaan agar diganti biaya tolnya.

Atau, jangan-jangan si pengendara tersebut tidak ingin mengotori mobilnya dengan sampah karcis tol yang menurutnya tidak perlu sehingga lebih memilih membuangnya di jalan atau tepat di depan pintu pelayanan karcis tol. Toh mungkin si pengendara berpikir ada petugas yang dengan tekun setiap hari menyapu dan membersihkannya.

Perilaku semacam ini tentu bukan hal yang asing bagi sebagian orang, tapi buat yang baru pertama kali melihatnya akan merasa sangat heran dengan perilaku tersebut. Mengapa saya bilang bagi sebagian orang hal ini tidak asing, karena saya kerap mendengar cerita dari sahabat maupun saudara dan juga terkadang melihat sendiri dengan langsung bagaimana orang bisa dengan santainya membuang tisue, plastik bekas, kertas, dari kendaraannya di jalan raya/umum.

Perilaku dalam Kemewahan

Belum sempat memuji terlalu banyak kemewahan sebuah mobil sport yang melintas di jalan raya, tiba-tiba sebuah tisu keluar dari kaca jendela mobil tersebut. Kemewahan yang ditampilkan pun dengan seketika sirna oleh sebuah perilaku. Kemewahan bukan semata apa yang melekat pada diri seseorang, bukan juga apa yang ia pakai, melainkan bagaimana cara seseorang menampilkannya di ranah publik lewat perilakunya sendiri.

Pepatah klasik mengatakan “Tindakan kita akan menjadi kebiasaan kita, dan kebiasaan kita akan membentuk karakter kita”. Dengan menoleransi perilaku tertentu, tanpa kita sadari perilaku tersebut dapat menjadi kebiasaan kita. Hal ini hanyalah bagian kecil dari sebuah perilaku manusia.

Dalam keseharian ketika kita bekerja dan hidup bermasyarakat, kita menemukan begitu banyak perilaku yang menginspirasi kita maupun sebaliknya perilaku yang membuat kita menjadi menggelengkan kepala dan mengelus dada. Merasa memiliki jabatan yang tinggi, sehingga merasa berhak berperilaku seenaknya kepada mereka yang jabatannya lebih rendah.

Merasa memiliki kekuasaan, sehingga menjadi merasa mampu mengontrol bahkan menguasai kehidupan orang lain dengan melakukan segala cara. Namun tentu kita masih cukup banyak menemukan banyak pribadi yang meskipun memiliki jabatan yang tinggi tapi masih merasa rendah hati, meskipun memiliki otoritas dan kekuasaan tapi tetap masih mau mendengarkan orang lain.

Melihat perbedaan perilaku yang ada, pada akhirnya banyak orang tidak lagi menilai atau membanding-bandingkan sebuah jabatan, kekuasaan, kekayaan maupun kemewahan semata, melainkan menilai seseorang dari karakternya lewat perilaku yang ditampilkan sehari-hari. Pertanyaan untuk kita semua, kemewahan seperti apa yang ingin kita perlihatkan ke muka publik? Mungkin apa yang pernah dikatakan Goethe boleh menjadi renungan kita bersama “Behavior is the mirror in which everyone shows their image”

Pilih Cara Hidupmu

Ketika melihat orang-orang dengan perilaku yang semaunya sendiri dan hanya mementingkan dirinya, saya pun serasa diajak untuk memeriksa dan merenungkan kembali bagaimana perilaku-perilaku saya.

Terkadang tanpa kita sadari, kita lebih mudah untuk melihat apa yang orang lakukan lewat perilakunya, tapi kita bisa menjadi lupa atas apa yang kita lakukan sendiri, perbuatan kita, perkataan kita, dan perilaku kita di lingkungan. Melakukan evaluasi diri adalah langkah awal yang baik tapi hal itu pun harus diikuti dengan kesadaran untuk berubah.

Evaluasi tanpa perubahan hanyalah keinginan semu. Kita selalu dihadapkan dengan banyak pilihan, begitu pun pilihan untuk memilih bagaimana kita menjalani kehidupan ini. Kita pun dapat memilih perilaku seperti apa yang ingin kita perlihatkan sehari-hari. Keputusan untuk mengambil salah satu pilihan itulah yang akan menentukan bagaimana seseorang dinilai dan bagaimana pribadi tersebut akan menjalani kehidupannya kelak.

Henry David Thoreau pernah berkata “Behave so the aroma of your actions may enhance the general sweetness of the atmosphere” Apapun profesi yang kita geluti saat ini, luangkan waktu untuk menengok dan menilai apa yang sudah kita perbuat, apa yang sudah pernah kita katakan, teladan seperti apa yang sudah kita perlihatkan untuk keluarga maupun lingkungan terdekat?

Melihat perilaku orang lain dapat menjadi pelajaran berarti untuk kita, tapi hal mendasar berikutnya adalah apakah kita juga bersedia dengan jujur melihat dan menilai perilaku kita sendiri.
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0724 seconds (0.1#10.140)