BI Terus Berusaha Tekan Laju Inflasi
A
A
A
SEMARANG - Bank Indonesia (BI) mencanangkan kebijakan yang mengutamakan stabilitas ekonomi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang sehat untuk menciptakan kondisi makroekonomi yang stabil, terutama pencapaian inflasi menuju sasaran yang ditetapkan.
Deputi Gubernur BI Ronald Waas mengatakan, keputusan pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi diakui memang berdampak meningkatkan tekanan inflasi. Namun reformasi tersebut sangat diperlukan, agar tersedia ruang fiskal untuk memperkuat derap laju pembangunan.
“Keputusan yang diambil oleh pemerintah ini memiliki tujuan yang sangat baik, yaitu untuk memperbaiki defisit transaksi neraca berjalan, dan juga memperbaiki anggaran negara,” katanya pada acara serah terima jabatan Kepala BI Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng-DIY dari Sutikno kepada Iskandar Simorangkir di kantor BI Wilayah V Semarang, Jumat (12/12/2014).
Dengan adanya kebijakan tersbeut, BI terus memperkuat langkah koordinasi bersama Pemerintah Pusat dan Daerah serta instansi terkait, terutama melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
”Fokus kita pada upaya untuk meminimalkan potensi tekanan inflasi, khususnya dari sisi kenaikan tarif angkutan dan terjaganya harga pangan,” katanya.
Kepala BI Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng-DIY yang baru Iskandar Simorangkir menyebutkan, BI regional wajib memiliki strategi melalui program transformasi. Adapun salah satunya menekan inflasi agar tetap di level rendah.
Dikatakannya, BI dalam waktu dekat akan terus menekan inflasi di Jateng bisa berada di level rendah. Sebab, jika bisa berada pada level rendah maka kepastian ekonomi akan lebih terjaga.
“Dengan inflasi yang rendah masyarakat tidak perlu khawatir akan terjadinya kenaikan harga. Sebab, tingginya level inflasi akan membuat beban masyarakat semakin berat terutama golongan masyarakat berpenghasilan tetap,” kata Iskandar yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Eksekutif Pusat Edukasi BI ini.
Adapun, upaya lain untuk menekan inflasi adalah, BI mempertahankan kebijakan moneter ketat, yaitu dengan menaikkan suku bunga acuan menjadi 7,75% pada 18 November 2014.
Kenaikan BI Rate ditempuh untuk menjangkar ekspektasi inflasi, dan memastikan bahwa tekanan inflasi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi tetap terkendali, temporer, dan dapat segera kembali pada lintasan sasaran, yaitu 4±1% pada tahun 2015.
Deputi Gubernur BI Ronald Waas mengatakan, keputusan pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi diakui memang berdampak meningkatkan tekanan inflasi. Namun reformasi tersebut sangat diperlukan, agar tersedia ruang fiskal untuk memperkuat derap laju pembangunan.
“Keputusan yang diambil oleh pemerintah ini memiliki tujuan yang sangat baik, yaitu untuk memperbaiki defisit transaksi neraca berjalan, dan juga memperbaiki anggaran negara,” katanya pada acara serah terima jabatan Kepala BI Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng-DIY dari Sutikno kepada Iskandar Simorangkir di kantor BI Wilayah V Semarang, Jumat (12/12/2014).
Dengan adanya kebijakan tersbeut, BI terus memperkuat langkah koordinasi bersama Pemerintah Pusat dan Daerah serta instansi terkait, terutama melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
”Fokus kita pada upaya untuk meminimalkan potensi tekanan inflasi, khususnya dari sisi kenaikan tarif angkutan dan terjaganya harga pangan,” katanya.
Kepala BI Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng-DIY yang baru Iskandar Simorangkir menyebutkan, BI regional wajib memiliki strategi melalui program transformasi. Adapun salah satunya menekan inflasi agar tetap di level rendah.
Dikatakannya, BI dalam waktu dekat akan terus menekan inflasi di Jateng bisa berada di level rendah. Sebab, jika bisa berada pada level rendah maka kepastian ekonomi akan lebih terjaga.
“Dengan inflasi yang rendah masyarakat tidak perlu khawatir akan terjadinya kenaikan harga. Sebab, tingginya level inflasi akan membuat beban masyarakat semakin berat terutama golongan masyarakat berpenghasilan tetap,” kata Iskandar yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Eksekutif Pusat Edukasi BI ini.
Adapun, upaya lain untuk menekan inflasi adalah, BI mempertahankan kebijakan moneter ketat, yaitu dengan menaikkan suku bunga acuan menjadi 7,75% pada 18 November 2014.
Kenaikan BI Rate ditempuh untuk menjangkar ekspektasi inflasi, dan memastikan bahwa tekanan inflasi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi tetap terkendali, temporer, dan dapat segera kembali pada lintasan sasaran, yaitu 4±1% pada tahun 2015.
(gpr)