Indeks Harga Produsen AS Turun, Inflasi Masih Terkendali

Minggu, 14 Desember 2014 - 11:58 WIB
Indeks Harga Produsen AS Turun, Inflasi Masih Terkendali
Indeks Harga Produsen AS Turun, Inflasi Masih Terkendali
A A A
WASHINGTON - Penurunan indeks harga produsen pada November menunjukkan inflasi Amerika Serikat (AS) masih dalam kendali. Data itu dirilis Departemen Tenaga Kerja AS kemarin.

Meski alasan utama penurunan indeks harga produsen pada November sebesar 0,2% adalah penurunan harga energi, barang grosir tidak termasuk energi juga turun dalam dua bulan berturut-turut sebesar 0,1%. “Sektor jasa yang menunjukkan penguatan bulanan pada Oktober naik 0,1% pada November,” papar laporan Departemen Tenaga Kerja AS, dikutip kantor berita AFP.

Secara keseluruhan indeks harga produsen naik 1,4% year on year (yoy), level terendah peningkatan tahunan sejak Januari. Analis menjelaskan, peningkatan harga produsen yang lebih rendah itu mengurangi tekanan bagi Bank Sentral AS (Federal Reserve/Fed) untuk segera menaikkan tingkat suku bunga.

Fed yang menargetkan inflasi sekitar 2,0% bertemu lagi pekan depan seiring data penguatan pertumbuhan ekonomi dan spekulasi bahwa lembaga itu akan menaikkan tingkat suku bunga lebih awal dibandingkan proyeksi pada pertengahan 2015.

“Cukup untuk mengatakan, tekanan inflasi tetap pada level sedang di AS sehingga memberi ruang kepada para pembuat kebijakan untuk menahan diri,” ungkap Jennifer Lee dari BMO Capital Markets. Ian Shepherdson dari Pantheon Macroeconomics menilai saat ini banyak pihak bergantung pada indikator sektor jasa yang menguat selama tiga bulan dan dapat menjadi sinyal peningkatan upah yang merupakan tanda inflasi penting bagi Fed.

“Kami melihat tidak ada ancaman inflasi dari harga barang, baik domestik atau impor, untuk beberapa waktu mendatang, tapi jasa akan memiliki cerita lain jika gaji meningkat seperti kami perkirakan selama tahun depan,” paparnya dalam catatan riset. Awal bulan ini dilaporkan, defisit perdagangan AS berkurang pada Oktober menjadi USD43,4 miliar saat ekspor meningkat melebihi impor.

Menurut data terbaru Departemen Perdagangan AS, defisit September telah direvisi menjadi USD43,6 miliar dari proyeksi sebelumnya USD43,0 miliar. Penurunan defisit perdagangan itu lebih besar dibandingkan proyeksi analis yang memperkirakan sebesar USD42,0 miliar.

“Ekspor barang dan jasa meningkat USD2,3 miliar menjadi USD197,5 miliar, mencerminkan peningkatan jumlah ekspor barang. Impor naik USD2,1 miliar menjadi USD241,0 miliar,” ungkap laporan Departemen Perdagangan AS, dikutip kantor berita AFP. Defisit bahan bakar minyak meningkat menjadi USD15,2 miliar dari USD14,0 miliar pada September saat ekspor minyak turun tajam menjadi hanya di bawah USD11,0 miliar dari USD12,3 miliar.

Defisit perdagangan barang-barang yang sensitif secara politik dengan China turun 8,7% menjadi USD32,5 miliar meski tercatat rekor USD45,2 miliar untuk impor dari China. Para pejabat AS menyatakan, China mempertahankan mata uang yuan tetap rendah sehingga memberi keuntungan perdagangan yang tidak adil pada Negeri Panda tersebut. Dengan Uni Eropa (UE), defisit perdagangan AS naik USD20,5 miliar atau 5,1% dari periode yang sama pada 2013.

Sementara AS menambah 321.000 lapangan kerja baru pada November, memberi angka terbaik dalam hampir tiga tahun. Peningkatan mengejutkan, lebih dari 90.000 lapangan kerja dari proyeksi ekonom untuk bulan tersebut. Peningkatan lapangan kerja baru ada di sektor ritel, perkantoran, konstruksi, layanan kesehatan, dan pembantu pegawai pemerintah tidak tetap.

Revisi untuk dua bulan sebelumnya menambahkan lagi 44.000 posisi baru. Data terbaru ini menunjukkan ketangguhan ekonomi AS meski China melemah dan Eropa harus berjuang mengatasi ancaman stagnasi. Tingkat pengangguran yang berbasis pada data survei Departemen Tenaga Kerja dibandingkan penciptaan lapangan kerja masih sebesar 5,8%, level terendah sejak Juli 2008, melemah 1,2% poin dari tahun lalu.

Syarifudin
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9234 seconds (0.1#10.140)